Rabu, 29 Oktober 2014

Makalah Prematur



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar belakang
Kebanyakan bayi adalah matur, sehat dan terbentuk sempurna pada saat lahir, tetapi dalam presentase kecil tidaklah demikian. Bagi mereka yang mengalami hal demikian, deteksi dan penanganan awal terhadap masalah adalah penting.

Sebetulnya semua bayi yang berkembang dibawah normal disebut premature kemudian diketahui bahwa baik usia gestasi dan pertumbuhan yang diukur melalui berat badan merupakan indicator penting terhadap derajat resiko yang sesuai. Berbicara sesuai umum, bayi paterm dan mereka dengan BBLR memiliki tingkat mortalitas yang tinggi dibandingkan dengan bayi lahir fullterm dengan berat badan yang sesuai. Bayi yang memiliki masalah yang berhubungan dengan pertumbuhan biasanya mengalami gangguan pernafasan, neurology dan terminal.

Namun belakangan ini teknologi kedokteran sangat maju. Jaman dulu bayi prematur yang lahir usia 6 bulan ke bawah (25 minggu atau kurang) hamper tidak ada harapan hidup sama sekali. Boleh dibilang hampir semuanya mati. Karena kemajuan kedokteran sekarang, bayi lahir prematur sekitar 6 bulan bisa dipertahankan hidupnya.

B.     Tujuan
Tujuan umum penulisan makalah ini adalah sebagai pemenuhan tugas Sistem Reproduksiyang berjudul “Prematur”.

Tujuan khusus penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui  mengenai adaptasi pada bayi baru lahir lebih dalam lagi agar dapat menambah pengetahuan penulis ataupun pembaca.



BAB II
PEMBAHASAN

A.    Definisi
Persalinan preterm adalah yang berlangsung pada umur kehamilan 20-37 minggu dihitumg dari hari pertama haid terakhir (ACOG 1995).

Badan kesehatan dunia (WHO) menyatakan bahwa bayi prematur adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan37 minggu atau kurang.

Himpunan Kedokteran Fetomaternal POGI di Semarang tahun 2005 menetapkan bahwa persalinan preterm adalah persalinan yang terjadi pada usia kehamilan 22-37 minggu.

Secara garis besar, kelahiran prematur mengacu pada pelahiran bayi yang berlangsung antara usia kehamilan 24+0 dan 36+6 minggu. Persalinan prematur dengan selaput ketuban utuh terjadi pada lebih 50% kasus yang ditemukan di unit maternitas.

B.     Klasifikasi dan Katagori
Kelahiran prematur digolongkan ke dalam 3 periode gestasi :
a.       Kelahiran agak prematur. Berlangsung antara usia kehamilan 35 dan 37 minggu.
b.      Kelahiran sangat prematur. Belangsung antara usia kehamilan 29 dan 34 minggu.
c.       Kelahiran luar biasa prematur. Berlangsung antara usia kehamilan 24 dan 28 minggu.

Pelahiran yang lebih dini lagi biasanya disebut dengan keguguran karena usia viabilitas terkini adalah 24 minggu, kecuali bayi telah menunjukan tanda-tanda kehidupan pada saat kelahiran.

Pelahiran prematur terindikasi adalah kelahiran prematur yang dilakukan karena tindakan tersebut dianggap paling tepat untuk ibu atau bayi.
Kelahiran prematur spontan adalah kelahiran prematur yang terjadi akibat :
Ø  Persalinan prematur spontan.
Ø  Pecah ketuban dan prapersalinan (PPROM) spontan.

Klasifikasi Bayi Prematur.
Berat lahir dan usia kehamilan merupakan faktor penting yang perlu dipertimbangkan dalam penatalaksanaan bayi prematur setelah bayi dilahirkan :
a.       Berat bayi lahir rendah kurang dari 2500 g.
b.      Berat bayi lahir sangat rendah kurang dari 1500 g.
c.       Berat bayi luar biasa rendah kurang dari 1000 g.

C.     Etiologi
Penyebab kelahiran prematur dapat digolangkan menjadi penyebab fisiologis dan non fisiologis.
1.      Fisiologis.
a.       Infeksi.
Beberapa ibu dapat menderita penyakit, seperti infeksi saluran kemih, pielonefritis, appendisitis atau pneumonia, dan semuanya berkaitan dengan persalianan prematur. Pada kasus tersebut, persalinan prematur mungkin disebabkan oleh penyebaran infeksi melalui darah langsung ke rongga uterus, penyebaran tak langsung melalui produk samping kimiawi, baik yang dari mikroorganisme maupun dari respon peradangan tubuh.

b.      Overdistensi.
Overdistensi dapat menyebabkan pecah ketuban dini prapersalinan dan juga meregangkan reseptor didalam miometrium, yang dapat menimbulkan persepsi bahwa kehamilan telah cukup bulan dan bayi siap dilahirkan.

c.       Masalah Vaskuler.
Hemoragi antepartum dan solusio merupakan manifestasi yang sering kali dilaporkan terjadi menjelang pelahiran prematur spontan. Darah yang mengiritasi miometrium, melemahkan membran, dan akan menyebabkan kontraksi uterus.

d.      Lemah Serviks.
Lemah serviks, atau yang dahulu disebut inkompetensi serviks, dapat menyebabkan keguguran prematur. Mungkin akan ditemukan dilatasi serviks dengan atau tanpa kontraksi uterus atau pecah ketuban spontan.

e.       Penyebab Latrogenik.
Hampir 30% kelahiran prematur disebabkan oleh indikasi medis atau induksi persalianan atau perlahiran melalui prosedur bedah. Indikasi yang paling sering ditemukan adalah preeklamsia fulminan pada ibu, atau tanda-tanda hambatan pertumbuhan intrauterus yang serius pada janin tunggal atau salah satu janin kembar.

f.       Penyebab Idiopatik.
Pada pelahiran dan persalinan prematur, penyebabnya tidak diketahui dan dikatagorikan sebagai persalinan prematur idiopatik.


g.      Prediktor Fisiologis Lain pada Persalinan Prematur.
Ø  Panjang serviks.
Pemendekan serviks yang segnifikan kerap disertasi dengan dilatasi dan pencorongan membran menuju saluran serviks. Penelitian terkini menemukan bahwa panjang serviks yang kurang dari 15 mm beresiko menyebabkan pelahiran prematur spontan sebelum usia kehamilan 32 minggu.

Ø  Fibronektin.
Fibronektin janin (fFN) adalah sejenis glikoprotein menyerupai lem yang dihasilkan oleh sel-sel korion yang mengikat lapisan membran desidua. Glikoprotein tersebut ditemukan dalam sekresi vagina sejak awal periode kehamilan hingga usia kehamilan 22 minggu. Antara usia kehamilan 24 dan 34 minggu, kadar fFN ini sangat kecil, dan kadar tersebut terus meningkat menjelang awitan persalinan. Jika terdapa gangguan pada antar muka koriodesidua akibat adanya kerusakan, infeksi, atau pedarahan, fFN dapat lebih dini ditemukan dalam sekresi saluran vagina. fFn ini dapat digunakan untuk memprediksi persalonan dan perlahiran prematur.




2.      Faktor Resiko Non Fisikologis.
a.       Usia Ibu.
Usia ibu sangat mempengaruhi kemungkinan mereka menjalani persalinan dan perlahiran prematur. Secara statistik, ibu yang sangat muda yang usia kurang dari 18 tahun atau yang usia diatas 35 tahun terbukti memiliki insiden persalinan prematur yang lebih tinggi. Pada pelahiran anak ke dua, ibu yang berusia antara 15 dan 19 tahun beresiko tiga kali lebih tinggi mengalami pelahiran yang sangat prematur dan bayi lahir mati dibandingkan ibu yang berusia 20-29 tahun.

b.      Faktor Ekonomi atau Kelas Sosial Rendah.
Banyak faktor sosial ekonomi dinyatakan sebagai resiko prediposisi untuk kelahiran prematur. Wanita yang berpenghasilan rendah, atau wanita yang mendapat sedikit atau kurang mendapat dukungan finansial dari pasangan, berisiko tinggi mengalami persalinan prematur dan melahirkan bayi kecil masa kehamilan, serta mengalami komplikasi kehamilan yang lebih berat.
c.       Wanita yang Belum Menikah atau Tidak Mendapat Dukungan.
Pasangan yang tinggal bersama tanpa menikah dan kehidupan sebagai ibu tunggal berisiko tinggi menyebabkan kelahiran prematur. Kurang harmonisnya hubungan dengan suami atau pasangan menyebabkan ibu berisiko tinggi melahirkan bayi dengan berat lahir rendah.

d.      Berat Badan Ibu Kurang atau Lebih.
Ibu yang berat badannya kurang akibat anoreksia nervosa yang dialami lebih rentan mengalami persalinan prematur dan melahirkan bayi dengan berat rendah. Disisi lain ibu yang masuk kategori obes secara klinis juga berisiko mengalami persalinan dan perlahiran prematur, sebab mereka cenderung menyandang diabetes gestasional selama kehamilan. Terlebih, ibu juga berisiko tinggi mengalami preeklamsia yang berkaitan erat dengan pelahiran prematur.

e.       Merokok, Penyalahgunaan Alkohol dan Obat-obatan.

f.       Persalinan Prematur Sebelumnya.
Apabila ibu sebelumnya memiliki riwayat persalinan dan perlahiran prematur yang tidak diketahui jelas penyebabnya, risiko ibu untuk kembali mengalami perlahiran prematur akan meningkat tajam.

g.      Stres dan Hasil Akhir Kelahiran.
Sters maternal mungkin merupakan faktor utama yang memicu persalinan prematur melalui satu atau dua alur fisiologis. Pertama, mereka menetapkan bahwa stres maternal dapat mempengaruhi alur neurondokrin, yang akan mengaktivasi sistem endokrin meternal plasenta janin yang mendorong parturisi. Lockwood dan Kuczynksi (1999) berteori bahwa aktivasi aksis hipotalamus hipofisis adrenal (HPA), yang disebabkan oleh stres, dapat menginduksi persalinan dan kelahiran prematur. Kedua, alur imun inflamasi mungkin turut berperan dalam proses ini. Stres maternal dapat mempengaruhi imunitas sistemik dan lokal untuk meningkatkan kerentanan terhadap proses infeksi inflamasi janin dan intrauterin, dan menyebabkan parturisi melalui mekanisme proinflasmasi yang telah diidentifikasikan sebelumnya (Wadhwa et al., 2001).

h.      Pengaturan Jarak Kelahiran.
Penelitian menemukan bahwa semakin dekat jarak antar kehamilan, semakin besar risiko ibu mengalami persalinan dan perlahiran prematur.

D.    Manifestasi Klinis
a.       Awitan spontan kontraksi uterus yang teratur dan nyeri atau tanpa nyeri disertai pecah ketuban spontan.
b.      Pecah ketuban dini pra persalinan secara spontan.
c.       Nyeri punggung dan ketidaknyamanan abdomen ringan.
d.      Inkontensia urin yang bertolak belakang dengan pecah ketuban dini.

E.     Patofisiologi
Penyebab terjadinya kelahiran bayi prematur belum diketahui secara jelas. Data statistik menunjukkan bahwa bayi lahir prematur terjadi pada ibu yang memiliki sosial ekonomi rendah. Kejadian ini dengan kurangnya perawatan pada ibu hamil karena tidak melakukan antenatal care selama kehamilan. Asupan nutrisi yang tidak adekuat selama kehamilan, infeksi pada uterus dan komplikasi obstetrik yang lain merupakan pencetus kelahiran bayi prematur. Ibu hamil dengan usia yamg masih muda, mempunyai kebiasaan merokok dan mengkonsumsi alkohol juga menyebabkan terjadinya bayi prematur. Faktor tersebut bisa menyebabkan terganggunya fungsi plasenta menurun dan memaksa bayi untuk keluar sebelum waktunya. Karena bayi lahir sebelum masa gestasi yang cukup maka organ tubuh bayi belum matur sehingga bayi lahir prematur memerlukan perawatan yang sangat khusus untuk memungkinkan bayi beradaptasi dengan lingkungan luar.

F.      Pathway
TERLAMPIR

G.    Pemeriksaan Penunjang
                              1.            Pemantauan glukosa darah terhadap hipoglikemia. Nilai normal glukosa serum: 45 mg/dl.
                              2.            Pemantauan gas darah arteri. Normal untuk analisa gas darah apabila kadar PaO2 50 – 70 mmHg dan kadar PaCO2 35 – 45 mmHg dan saturasi oksigen harus 92 – 94 %.
                              3.            Kimia darah sesuai kebutuhan.
                              4.            Pemeriksaan sinar sesuai kebutuhan.
                              5.            Penyimpangan darah tali pusat.

H.    Pencegahan
Cara utama untuk mengurangi risiko persalinan preterm dapat dilakukan sejak awal, sebelum tanda-tanda persalinan muncul.Dimulai dengan pengenalan pasien yang berisiko, untuk diberi penjelasan dan dilakukan penilaian klinik terhadap persalinan preterm serta pengenalan kontraksi sedini mungkin, sehingga tindakan pencegahan dapat segera dilakukan.

Beberapa indikator dapat dipakai untuk meramalkan terjadinya persalinan preterm, sebagai berikut.
a.       Indikator Klinik
Indikatro klinik yang dapat dijumpai seperti timbulnya kontraksi dan pemendekan serviks (secara manual maupun ultrasonogafi).Terjadinya ketuban pecah dini juga meramalkan akan terjadinya persalinan preterm.
b.      Indikator laboratorik
Beberapa indikator laboratorik yang bermakna antara lain adalah : jumlah leukosit dalam air ketuban (20/ ml atau lebih), pemeriksaan CRP (> 0,7 mg/ml), dan pemeriksaan leukosit dalam serum ibu (> 13.000/ml).
c.       Indikator Biokimia
-        Fibronektin Janin : Peningkatan kadar fribronektin janin pada vagina, serviks, dan air ketuban memberikan indikasi adanya gangguan pada hubungan antara korion dan desidua. Pada kehamilan 24 minggu atau lebih, kadar fibronektin janin 50 ng/ml atau lebih mengindikasikan resiko persalinan preterm.
-        Corticotropin releasing hormone (CRH) : peningkatan CRH dini atau pada trimester dua merupakan indikator kuat untuk terjadinya persalinan preterm.
-        Sitokin Inflamasi : seperti IL-1β, IL-6, IL-8, dan TNF-α telah diteliti sebagai mediator yang mungkin berperan dalam sintesis protaglandin.
-        Isoferitin plasenta : pada keadaan normal (tidak hamil) kadar insoferitin sebesar 10 U/ml. Kadarnya meningkat secara bermakna selama kehamilan dan mencapai puncak pada trimester akhir yaitu 54,8 ± 53 U/ml. Penurunan kadar dalam serum akan berisiko terjadinya persalinan preterm.
-        Feritin : rendahnya kadar feritin merupakan indikator yang sensitif untuk keadaan kurang zat besi. Peningkatan ekspresi feritin berkaitan dengan berbagai keadaan reaksi fase akut termasuk kondisi inflamasi. Beberapa peneliti menyatakan ada hubungan antara peningkatan kadar feritin dan kejadian penyakit kehamilan, termasuk persalinan preterm.

Beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mencegah persalinan preterm antara lain sebagai berikut.
d.      Hindari kehamilan pada ibu terlalumuda (kurang dari 17 tahun).
e.       Hindarai jarak kehamilan terlalu dekat.
f.       Menggunakan kesempatan periksa hamil dan memperoleh pelayanan antenatal yang baik.
g.      Anjurkan tidak merokok maupun mengonsumsi obat terlarang (narkotik).
h.      Hindari kerja berat dan perlu cukup beristirahat.
i.        Obati penyakit yang dapat menyebabkan persalinan preterm.
j.        Kenali dan obati infeksi genital/saluran kencing.
k.      Deteksi dan pengamanan faktor resiko terhadap persalinan preterm.
I.       Penatalaksanaan Terapi
1.      Tokolisis
Meski beberapa macam obat telah dipakai untuk menghambat persalinan, tidak ada yang benar-banar efektif.Namun, pemberian tokolisis masih perlu dipertimbangkan bila dijumpai kontraksi uterus yang regular dengan perubahan serviks.
Alasan pemberian tokolisis pada persalinan preterm adalah :
a.       Mencegah mortalitas dan morbiditas pada bayi prematur.
b.      Memberi kesempatan bagi terapi kortikosteroid untuk menstimulir surfaktan paru janin.
c.       Memberi kesempatan transfer intrauterine pada fasilitas yang lebih lengkap.

Beberapa macam obat yang dapat digunakan sebagai toklisis adalah :
a.       Kalsium antagonis : Nifedipin 10 mg/oral diulang 2-3 kali/jam, dilanjutkan tiap 8 jam sampai kontraksi hilang. Obat dapat diberikan lagi jika timbul kontraksi berulang.
b.      Obat β-mimetik : seperti terbutalin, ritrodin, isoksuprin, dan salbutamol, dapat digunakan, tetapi nifedipin mempunyai efek samping lebih kecil.
c.       Sulfas magnesikus dan antiprostaglandin (indometasin) : jarang dipakai karena efek samping pada ibu ataupun janin.

2.      Kortikosteroid
Pemberian terapi kortekostroid dimaksudkan untuk pematangan surfaktan paru janin, menurunkan insidensi RDS, mencegah perdarahan intraventrikular, yang akhirnya menurunkan kematian neonatus. Kortikosteroid perlu diberikan bilamana usia kehamilan > 35 minggu.

Obat yang diberikan adalah : deksametason atau betametason. Pemberian steroid ini tidak diulang karena risiko terjadinya pertumbuhan janin terhambat. Pemberian siklus tunggal kortikosteroid adalah :
o   Betametason : 2x12 mg i.m, dengan jarak pemberian 24 jam.
o   Deksametason : 4x6 mg i.m, dengan jarak pemberian 12 jam.



3.      Antibiotika
Antiiotika iberikan bilamana kehamilan mengandung risiko terjadinya infeksi seperti pada kasus KDP. Obat diberikan per oral, yang di anjurkanadalah : erotrominin 3x500 mg selama 3 hari. Obat pilihan lain adalah ampisilin 3x500 mg selama 3 hari, atau dapat menggunakan antibiotika lain seperti klindamisin. Tidak dianjurkan pemberian ko-amoksiklaf.

J.       Penatalaksanaan Persalinan
1.      Komunikasi.
Komunikasi yang efektif sangat penting dalam perawatan dan penatalaksanaan ibu selama persalinan prematur. Menurut Code of Profisional Conduct NMC (2004), ibu dan keluarga harus mendapat informasi jelas tentang risiko yang terdapat pada setiap alur perawatan yang berbeda yang mungkin diambil dan penatalaksanaan selanjutnya untuk bayi prematur.

2.      Analgesia.
Penggunaan analgesia epidural bermanfaat dalam penatalaksanaan persalinan prematur kerana dapat membantu mencegah dan menghambat ibu untuk mengejan sebelum pembukaan lengkap atau mencegah dan menghambat pelahiran yang mendadak dan dramatis yang dapat menyebabkan gangguan pada janin.

3.      Tanda Vital Ibu dan Janin.
Pemantauan ketat tanda-tanda vital ibu dan janin sangat penting dilakukan untuk menjamin keselamatan ibu dan bayi, khususnya ibu yang sejak awal sudah memiliki masalah fisiologis.

4.      Penatalaksanaan Membran.
Membran sedapat mungkin harus tetap utuh selama persalinan agar cairan ketuban dapat berfungsi sebagai buffer untuk menahan tekanan intrauterin yang ditimbulkan oleh kontraksi uterus. Cairan ini dapat membantu melindungi tubuh janin yang rapuh dan khusunya kepala janin dari trauma lahir.



BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Upaya memprediksi, mencegah, dan mengelola persalinan dan perlahiran prematur hingga kini masih menjadi tantangan tersendiri bagi tenaga kesehatan profesional. Tujuan perawatan adalah :
Ø  Pertama mengkaji dan mengenali faktor risiko yang dapat menyebabkan persalinan prematur.
Ø  Kedua, mewujudkan pelahiran yang aman dan tepat waktu bagi ibu dan bayi dengan bantuan tenaga kesehatan profesional yang trampil dan berpengalaman.
Ø  Akhirnya, memberikan asuhan neonatal spesialis dan tepat, yang akan meningkatkan hasil akhir bagi bayi prematur selama periode neonatal.

B.     Saran
Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan pada makalah ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan sekali kritik yang membangun bagi makalah ini, agar penulis dapat berbuat lebih baik lagi di kemudian hari. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya.














DAFTAR PUSTAKA

Geri, Morgan. 2009. Obstetri &Ginekologi : Panduan Praktik. Jakarta : EGC
Holmes, debbie dan philiph N. Baker. 2011. Buku Ajar Ilmu Kebidanan. Jakarta : EGC




Tidak ada komentar:

Posting Komentar