Selasa, 28 Oktober 2014

Makalah osteomielitis



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Di negara-negara berkembang osteomielitis masih merupakan dalam bidang ortopedi. Keberhasilan pengobatan osteomielitis ditentukan oleh faktor-faktor diagnosis yang dini dan penatalaksanaan pengobatan berupa pemberian antibiotik atau tindakan pembedahan.
Osteomielitis merupakan suatu proses peradangan pada tulang yang disebabkan oleh invansi mikroorganisme (bakteri dan jamur). Diagnosis perlu ditegakan sedini  mungkin, sehingga pengobatan dapat segera dimulai dan perawatan pembedahan yang sesuai dapat dilakukan untuk mencegah penyebaran infeksi dan kerusakan yang lebih lanjut pada tulang.
Osteomielitis adalah peradangan atau infeksi pada struktur tulang yang akut ataupun kronis akibat infeksi bakteri, yang terbanyak adalah jenis staphylococcus aureus. Infeksi ini dapat pula disebabkan oleh jamur dan virus. Osteomielitis dapat mengenai tulang-tulang panjang, vertebra, tulang pelvis, tulang tengkorak, dan mandibula. Secara umum, infeksi tulang merupakan gangguan kondisi kesehatan yang serius. Dan osteomielitis dapat terjadi pada semua usia.

B.     Tujuan
Tujuan dari pembahasaan makalah ini adalah untuk mengetahui serta memahami tentang osteomielitis, apa pengertian, klasifikasi, etiologi, tanda gejala, faktor resiko, perjalanan penyakit, komplikasi, pencegahan, pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan/ pengobatan, serta asuhan keperawatannya.









BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian
Osteomielitis adalah proses inflamasi akut atau kronis dari tulang dan struktur sekunder tulang akibat dari infeksi organisme piogenik.
Osteomielitis adalah infeksi tulang. Infeksi tulang lebih sulit disembuhkan daripada infeksi jaringan lunak karena terbatasnya asupan darah, respons jaringan terhadap inflamasi, tingginya tekanan jaringan dan pembentukan involukrum (pembentukan tulang baru di sekeliling jaringan tulang mati). Osteomielitis dapat menjadi masalah kronis yang akan mempengaruhi kualitas hidup, atau mengakibatkan kehilangan ekstremitas.
Osteomielitis dapat berhubungan dengan penyebaran infeksi jaringan lunak (missal ulkus dekubitus yang terin­feksi atau ulkus vaskuler) atau kontaminasi langsung, udang (misal fraktur terbuka, cedera traumatik seperti luka tembak, pembedahan tulang).

B.     Etiologi
Infeksi bisa disebabkan oleh penyebaran hematogen (melalui darah) dari fokus infeksi di tempat lain (misal tosil yang terinfeksi, lepuh, gigi terinfeksi, infeksi saluran napas atas). Osteomielitis akibat penyebaran  hematogen biasanya terjadi di tempat di mana terdapat trauma atau di mana terdapat resistensi rendah, kemung­kinan akibat trauma subklinis (tak jelas).
Kelompok Umur
Paling umum organisme
Bayi yang baru lahir (lebih muda dari 4 bulan)
''S. Staphylococcus'',''''spesies Enterobacter, dan kelompok A dan B''Streptococcus''spesies
Anak-anak (usia 4 bulan sampai 4 tahun)
''S. Staphylococcus'',''Streptococcus grup A''spesies, Haemophilus influenzae'''', dan''''spesies Enterobacter
Anak-anak, remaja (usia 4 tahun untuk dewasa)
''S. ''aureus (80%), Streptococcus grup A''''spesies,''H. influenzae'', dan''''spesies Enterobacter
Dewasa
''S. Staphylococcus''dan kadang-kadang''''atau''Enterobacter''Streptococcus spesies
Anemia sel sabit Pasien
''''Spesies Salmonella

Pada anak-anak, tulang panjang biasanya terpengaruh. Pada orang dewasa, tulang belakang dan panggul yang paling sering terkena.
Osteomielitis akut hampir selalu terjadi pada anak-anak. Ketika orang dewasa yang terkena, dapat disebabkan karena penyalahgunaan obat intravena, infeksi akar-canaled gigi, atau penyakit lainnya atau obat-obatan (misalnya''''terapi imunosupresif).
Osteomielitis adalah komplikasi sekunder di 1-3% pasien dengan tuberkulosis paru) dan Escherichia coli''''biasanya terisolasi, dalam anak-anak dari 1 sampai 16 tahun usia,''S. Staphylococcus'',''Streptococcus pyogenes'', dan''''Haemophilus influenzae yang umum. Pada beberapa subpopulasi, termasuk pengguna narkoba suntikan dan pasien splenectomized, bakteri Gram-negatif, termasuk bakteri enterik, adalah patogen yang signifikan.
Bentuk paling umum dari penyakit pada orang dewasa disebabkan oleh cedera mengekspos tulang untuk infeksi lokal. ''''Staphylococcus aureus adalah organisme yang paling umum terlihat pada osteomielitis unggulan dari daerah infeksi yang berdekatan, namun anaerob dan Gram-negatif organisme, termasuk Pseudomonas aeruginosa'''',''E. coli'', dan''''Serratia marcescens, juga umum. Infeksi campuran adalah aturan daripada pengecualian.

C.     Faktor Resiko
Pasien yang berisiko tinggi mengalami osteomielitis adalah mereka yang nutrisinya buruk, lansia, kegemukan, atau penderita diabetes. Selain itu, pasien yang menderita artritis reumatoid, telah di rawat lama di rumah sakit, mendapat terapi kortikosteroid jangka panjang, menjalani pembedahan sendi sebelum operasi sekarang, atau sedang mengalami sepsis rentan, begitu pula yang menjalani pembedahan ortopedi lama, mengalami infeksi luka me­ngeluarkan pus, mengalami nekrosis insisi marginal atau dehisensi luka, atau memerlukan evakuasi hematoma pascaoperasi.

D.    Klasifikasi
Berdasarkan lama infeksi osteomielitis dibagi menjadi tiga, yaitu :
1.      Osteomielitis akut
Yaitu terjadi dalam dua minggu sejak infeksi pertama atau sejak penyakit pendahulu timbul. Osteomielitis akut ini biasanya terjadi pada anak-anak dari pada orang dewasa dan biasanya terjadi sebagai komplikasi dari infeksi di dalam darah 9osteomielitis hematogen). Osteomielitis akut dibagi menjadi 2, yaitu :


a.       Osteomielitis hematogen
Merupakan infeksi yang penyebarannya berasal dari darah. Osteomielitis hematogen akut biasanya disebabkan oleh penyebaran bakteri darah dari daerah yang jauh. Kondisi ini biasanya terjadi pada anak-anak. Lokasi yang sring terinfeksi biasanya merupakan daerah yang tumbuh dengan cepat dan metafisi menyebabkan trombosis dan nekrosis lokal serta pertumbuhan bakteri pada tulang itu sendiri. Osteomielitis hematogen akut mempunyai perkembangan klinis dan onset yang lambat.
b.      Osteomielitis direk
Disebabkan oleh kontak langsung dengan jaringan atau bakteri akibat trauma atau pembedahan. Osteomielitis direk adalah infeksi tulang sekunder akibat inokulasi bakteri yang disebabkan oleh trauma, yang menyebar dari fokus infeksi atau sepsis setelah prosedur pembedahan. Manifestasi klinis dari osteomielitis direk lebih terlokasasi dan melibatkan banyak jenis organisme.
2.      Osteomielitis sub – akut
Yaitu osteomielitis yang terjadi dalam 1-2 bulan sejak infeksi pertama atau sejak penyakit pendahulu timbul.
3.      Osteomielitis kronis
Yaitu osteomielitis yang terjadi dalam 2 bulan atau lebih sejak infeksi pertama atau sejak penyakit pendahulu timbul. Osteomielitis sub-akut dan kronis biasanya terjadi pada orang dewasa dan biasanya terjadi karena ada luka atau trauma (osteomielitis kontangiosa), misalnya osteomielitis yang terjadi pada tulang yang fraktur.

E.     Manifestasi Klinis
1.    Jika infeksi dibawa oleh darah, biasanya awitannya men­dadak, sering terjadi dengan manifestasi klinis septikemia (mis. menggigil, demam tinggi, denyut nadi cepat, dan malaise umum).
2.    Setelah infeksi menyebar dari rongga sumsum ke korteks tulang, akan mengenai periosteum dan jaringan lunak, dengan bagian yang terinfeksi menjadi nyeri, bengkak, dan sangat nyeri tekan. Pasien menggambarkan nyeri konstan berdenyut yang semakin memberat dengan gerakan dan berhu­bungan dengan tekanan pus yang terkumpul.
3.    Bila osteomielitis terjadi akibat penyebaran dari infek­si di sekitarnya atau kontiminasi langsung, tidak akan ada gejala septikemia. Daerah infeksi membengkak, hangar, nyeri dan nyeri tekan.
4.    Pasien dengan osteomielitis kronik ditandai dengan pus yang selalu mengalir keluar dari sinus atau meng­alami periode berulang nyeri, inflamasi, pembengkakan, dan pengeluaran pus.

F.      Patofisiologi

Faktor penyebab/ faktor resiko

Setelah pembedahan ortopedi dapat terjadi:
Akut fulminan ­(stadium 1), terjadi dalam 3 bulan
Awitan lambat (stadium 2), terjadi dalam 4- 24 bulan
Awitan lama (stadium 3), terjadi dalam 2 tahun, penyebaran hematogen

Respon infeksi, inflamasi, peningkatan vaskularisasi, dan edema, 2-4 hari

Trombosis pada pernbuluh darah

Peningkatan tekanan jaringan dan medula

Infeksi berkembang ke kavitas medularis dan ke bawah periosteum

Ter­bentuk abses tulang

Menyebar ke jaringan lunak atau sendi sekitarnya










G.    Pathway










 






H.    Komplikasi
Komplikasi dari osteomielitis adalah sebagai berikut:
a.       Abses tulang
b.      Abses paraveteebral
c.       Bakterimia/sepsis
d.      Fraktur
e.       Lepasnya inplant prostetik
f.       Selulitis

I.       Pemeriksaan Penunjang
1.      Pemeriksaan sinar-x awal hanya menunjukkan pembengkakan jaringan lunak. Pada sekitar 2 minggu terdapat daerah dekalsifikasi ireguler, nekrosis tulang, pengangkatan periosteum, dan pembentukan tu­lang baru.
2.      Pemindaian tulang mengidentifikasi area infeksi.
3.      MRI dapat membantu diagnosis definitif awal
4.      Pemeriksaan darah memperlihat­kan peningkatan leukosit dan peningkatan laju endap darah.
5.      Kultur darah dan kultur abses diperlukan untuk menentukan jenis antibiotika yang sesuai.

J.       Penatalaksanaan
1.      Daerah yang terkena harus diimobilisasi untuk mengu­rangi ketidaknyamanan dan mencegah terjadinya fraktur. Dapat dilakukan rendaman satin hangat selama 20 menit beberapa kali per hari untuk meningkatkan aliran darah.
2.      Sasaran awal terapi adalah mengontrol dan meng­hentikan proses infeksi. Kultur darah dan swab dan kultur abses dilakukan untuk mengidentifikasi organisme dan memilih antibiotika yang terbaik. Kadang, infeksi, dise­babkan oleh lebili dari satu patogen.
3.      Berdasarkan hasil kultur, dimulai pem­berian terapi antibiotika intravena. Bila infeksi tampak telah terkontrol, antibiotika dapat diberikan per oral dan dilanjutkan sampai 3 bulan.
4.      Pembedahan dilakukan bila tidak menunjukan respon terhadap antibiotik
5.      Lakukan irigasi larutan salin fisiologis selama 7- 8 hari pada jaringan purulen dan jaringan nekrotik diangkat. Terapi antibiotik dilanjutkan.

K.    Pencegahan
1.      Pena­nganan infeksi fokal dapat menurunkan angka penyebaran hematogen.
2.      Penanganan infeksi jaringan lunak dapat mengontrol erosi tulang.
3.      Perhatian terhadap lingkungan operasi dan teknik pembedahan dapat menurunkan insiden osteomielitis pas­caoperasi.
4.      Pemberian antibiotika profilaksis, diberikan pada pasien pembedahan untuk mencapai kadar jaringan yang memadai saat pembedahan dan sela­ma 24 jam sampai 48 jam setelah operasi akan sangat membantu.
5.      Teknik perawatan luka pascaoperasi aseptik akan menurunkan insiden infeksi superfisial dan potensial terjadinya osteoniielitis.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A.    Pengkajian
Pasien yang datang dengan awitan gejala akut (mis. nyeri lokal, pembengkakan, eritema, demam) atau kambuhan keluarnya pus dari sinus disertai nyeri, pembengkakan, dan demam sedang. Pasien dikaji adanya faktor risiko (mis. lansia, diabetes, terapi kortikosteroid jangka pan­jang) dan cedera, infeksi, atau bedah ortopedi sebelum­nya. Pasien selalu menghindar dari tekanan di daerah tersebut dan melakukan gerakan perlindungan. Pada osteomielitis akut pasien akan mengalami kelemahan umum akibat reaksi sistemik infeksi.
Pemeriksaan fisik memperlihatkan adanya daerah inflamasi, pembengkakan nyata, hangat yang nyeri tekan. Cairan purulen dapat terlihat. Pasien akan mengalami peningkatan suhu tubuh. Pada osteomielitis kronik, peningkatan suhu mungkin minimal, yang terjadi pada sore dan malam. hari.

B.     Diagnosa Keperawatan
Berdasar pada data pengkajian, diagnosa keperawatan pasien dengan osteomielitis dapat meliputi yang berikut :
  • Nyeri yang berhubungan dengan inflamasi dan pembengkakan
  • Kerusakan mobilitas fisik yang berhubungan de­ngan nyeri, alat imobilisasi, dan keterbatasan beban berat badan
  • Risiko terhadap penebaran infekst:'pembentulcan abses tulang
  • Kurang pengetahuan mengenai program pengobatan

C.     Intervensi Keperawatan
Peredaan Nyeri. Bagian yang terkena harus diimo­bilisasi dengan bidai untuk mengurangi nyeri dan spasme otot. Sendi di atas dan di bawah bagian yang terkena harus dibuat sedemikian sehingga masih dapat digerakkan sesuai rentangnya narnan dengan lembut. Lukanya sendiri kadang terasa sangat nyeri dan harus ditangani: dengan hati-hati dan perlahan.
Peninggian dapat mengurangi pembengkakan dan keti­daknyamanan yang ditimbulkannya. Status neurovaskuler ekstremitas yang terkena harus dipantau. Teknik untuk mengurangi persepsi nyeri dan analgetik yang diresepkan cukup berguna.
Perbaikan Mobilitas Fisik. Program pengobatan membatasi aktivitas. Tulang menjadi lemah akibat proses infeksi dan harus dilindungi dengan alat imobilisasi dan penghindaran sires pada tulang. Pasien harus memahami rasional pembatasan aktivitas. Tetapi partisipasi aktif dalam kehidupan sehari-hari dalam batas fisik tetap di­anjurkan untuk mempertahankan rasa sehat secara umum.
Mengontrol Proses Infeksi. Perawat memantau res­pons pasien terhadap terapi antibiotika dan melakukan observasi tempat pemasangan infus adanya bukti flebitis atau infiltrasi.
Bila diperlukan pembedahan, harus dilakukan upaya untuk meyakinkan adanya peredaran darah yang memada (pengisapan luka untuk mencegah penumpukan cairan peninggian daerah untuk memperbaiki aliran balik vena menghindari tekanan pada daerah yang di graft), untuk mempertahankan imobilitas yang dibutuhkan, dan untuk memenuhi pembatasan beban berat badan.
Kesehatan umum dan nutrisi pasien harus; dipantau. Diet protein seimbang, vitamin C dan vitamin D dipilih untuk meyakinkan adanya keseimbangan nitrogen dan merangsang penyernbuhan.
Pendidikan Pasien dan Pertimbangan Perawatan di Rumah. Penanganan osteomielitis, termasuk perawatan luka dan terapi antibiotika intravena, dapat dilakukan di rumah. Pasien harus dalam keadaan stabil secara medis dan telah termotivasi, dan keluarga harus mendukung. Lingkungan rumah harus bersifat.kondusif terhadap pro­mosi kesehatan dan sesuai dengan program terapeutik.
Pasien dan keluarganya harus memahami benar proto­kol antibiotika. Selain itu, penggantian balutan secara steril dan teknik kompres hangat harus diajarkan. Pendi­dikan pasien sebelum pemulangan dari rumah sakit dan supervise serta dukungan yang memadai dari perawatan di rumah sangat penting dalam keberhasilan penatalaksanaan osteomielitis di rumah.
Pasien tersebut harus dipantau dengan cermat menge­nai bertambahnya daerah nyeri atau peningkatan suhu yang mendadak. Pasien diminta untuk melakukan obser­vasi dan melaporkan bila terjadi peningkatan suhu, ke­luarnya pus, bau, dan bertambahnya inflamasi.




D.    Evaluasi
Hasil yang diharapkan
1.         Mengalami peredaan nyeri
a.    Melaporkan berkurangnya nyeri
b.    Tidak mengalami nyeri tekan di tempat terjadinya infeksi
c.    Tidak mengalami ketidaknyamanan bila bergerak
2.         Peningkatan mobilitas fisik
a.    Berpartisipasi dalam aktivitas perawatan diri
b.    Mempertahankan fungsi penuh ekstremitas yang sehat
c.    Memperlihatkan penggunaan alat imobilisasi dan alat bantu dengan aman,
3.         Tiadanya infeksi
a.    Memakai antibiotika sesuai resep
b.    Suhu badan normal
c.    Tiadanya pembengkakan
d.   Tiadanya pus
e.    Angka leukosit dan laju endap darah kembali normal
f.     Biakan darah negatif
4.         Mematuhi rencana terapeutik
a.    Memakai antibiotika sesuai resep
b.    Melindungi tulang yang lemah
c.    Memperlihatkan perawatan luka yang benar
d.   Melaporkan bila ada masalah segera.
e.    Makan diet seimbang dengan tinggi protein dan vitamin C dan D
f.     Mematuhi perjanjian untuk tindak lanjut
g.    Melaporkan peningkatan kekuatan
h.    Tidak melaporkan peningkatan suhu badan atau kambuhan nyeri, pembengkakan, atau gejala lain di tempat tersebut.







BAB IV
PENUTUP

Penyusun mengucapkan syukur alhamdullilah kepada Allah SWT, karena pada akhirnya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik meskipun masih banyak kesalahan dan masih kurang sempurna.
Penyusun berharap dengan selesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua serta para pembaca. Penyusun mengucapkan terimakasih kepada para pembaca atas kesediaan membaca makalah ini.

























DAFTAR PUSTAKA

Noor Helmi, Zairin. 2012. Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta : Salemba Medika
Smeltzer, Suzanne C, dan Brenda G. Bare. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Jakarta : EGC
Suratun. 2008. Klien Gangguan Muskuloskeletal : Seri Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC

Tidak ada komentar:

Posting Komentar