Selasa, 28 Oktober 2014

Makalah Karakteristik Perkembangan



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Saat merencanakan, mendesain, dan melaksanakan suatu program pendidikan, perawatsebagai pendidik harus berhati-hati dalam mempertimbangkan karakteristik peserta didik berkaitan dengan tahapan perkembangan dalam kehidupan mereka. Semakin heterogen halayak sasarannya, semakinkompleks pembuatan  program pendidikan untuk memenuhi berbagai kebutuhan di dalam populasi. Sebaliknya, semakin homogen populasi peserta didik, semakin mudah pendekatan pengajarannya.
Suatu tahap perkembangan seseorang dapat secara signifikan mempengaruhi kemampuan untuk belajar. Untuk memenuhi kebutuhan pendidikan yang berkaitan dengan kesehatan peserta didik, suatu pendekatan perkembangan harus digunakan. Ada tiga faktor rentang-tahapan utama yang dihubungkan dengan kesiapan peserta didik : kematangan fisik, kognitif, dan psikososial yang harus diperhitungkan pada setiap periode perkembangan di sepanjang siklus kehidupan.
Para ahli psikolog perkembangan selama bertahun-tahun lamanya telah menkaji berbagai pola perilaku khusus pada setiap tahapan perkembangan.

B.     Tujuan :
Tujuan umum penulisan makalah ini adalah sebagai pemenuhan tugas PDK yang berjudul ” Karakteristik Perkembangan ”.

Tujuan khusus penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui  mengenai perkembangan fisik, kognitif, dan psikososial pada berbagai tingkat usia agar dapat menambah pengetahuan penulis ataupun pembaca.





BAB II
PEMBAHASAN MATERI

A.    KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN
Usia kronologis sebenarnya hanyalah indikator relatif untuk tahap perkembangan fisik, kognitif dan psikososial seseorang. Namun, bagaimanapun uniknya setiap orang, ada tren perkembangan khas yang diidentifikasi sebagai tonggak perkembangan normal di sepanjang siklus kehidupan. Saat berhadapan denganproses belajar-mengajar, pengkajian harus dilakukan pada fase-fase perkembangan sebagai kemajuan seseorang dari masa bayi sampai masa tua untuk memahami perubahan perilaku yang terjadi di bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Sama berpengaruhnya terhadap kesiapan pembelajaran sepeti umur, fase-fase perkembangan jangan dikaji secara terpisah. Pertumbuhan dan perkembangan berinteraksi dengan latar belakang pengalaman, status kesehatan fisik dan emosi, dan motivasi pribadi, juga dengan berbagai faktir lingkungan seprti stress, kondisi sekitar, dan sistem pendukung yang tersedia, untuk mempengaruhi kemampuan dan kesiapan sesorang untuk belajar.
Jika perawat sebagai pendidik diwajibkan untuk mendorong peserta didik agar beratnggung jawab terhadap kesehatan mereka sendiri, maka peserta didik harus diakui sebagai sumber data yang penting berkaitan dengan status kesehatannya. Sebelum pembelajaran berlangsung, perawat harus mengkaji berapa banyak pengetahuan yang dimiliki peserta didik berkaitan dengan topik yang diajarkan. Dengan anak sebagai klien, misalnya, materi baru harus diperkenalkan di tahap-tahap perkembangan yang sesuai dan dibangun berdsarkan pengetahuan dan pengalaman terdahulu dari anak tersebut.
Persoalan utama yang mendasari perencanaan pengalaman pendidikan adalah kapan waktu paling sesuai atau waktu terbaik untuk mengajar peserta didik. Jawabannya adalah jika peserta didik telah siap, “momen yang dapat diajarkan” sebagaimana didefinisikan oleh Havighurst (1976) yaitu suatu titik waktu dimana peserta didik paling dapat menerima terhadap suatu situasi pengajaran. Penting diingat bahwa perawat sebagai pendidik yidak selalu harus menunggu sampai omen yang dapat diajarkan itu muncul; sangat mungkin bagi pengajar untuk menciptakanmomen yang dapat diajarkan itu dengan menunjukan minat dan memperthatikan kebutuhan peserta didik.  Saat mengkaji kesiapan untuk belajar, perawat pendidik harus menentukan apakah hubungan interpersonal sudah terbentuk, apakah pengetahuan dan keterampilan yang diwajibkan sudah dikuasai, dan apakah peserta didik menunjukan motivasi, sekaligus apakah rencana untuk pengajaran sudah sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik. (Hussey & Hirsh, 1983)

B.     PERKEMBANGAN FISIK, KOGNITIF, & PSIKOSOSIAL

1.      Masa Bayi Dan Toodler
·         Perkembangan fisik
Perkembangan fisik bayi pada dua tahun pertama berlangsung sangat ekstensif. Pada saat lahir, kepala bayi sangat besar dibandingkan dengan bagian tubuh yang lain. Tubuhnya bergerak terus menerus dan sering kali susah dikendalikan. Bayi memiliki reflek yang didominasi oleh gerakan-gerakan yang selalu berkembang. Dalam waktu 12 bulan, bayi dapat duduk, berdiri, membungkuk, memanjat, dan berjalan. Kemudian ditahun kedua, petumbuhan fisiknya melambat, akan tetapi perkembangan seperti memanjat dan berjalan justru berlangsung  cepat.
Perkembangan fisik dan mental, yang sama pentingnya. Anak yang memiliki perkembangan fisik yang sehat, maka akan mempengaruhi kesehatan mental atau psikologisnya. Seperti peribahasa mengatakan, bahwa dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang sehat pula. Demikian pula sebaliknya, kondisi kesehatan fisik yang buruk pasti akan berdampak kurang baik bagi kesehatan psikologis anak.
Contoh perkembangan fisik pada masa ini yaitu tinggi dan berat badan, gigi,  Tulang Belulang, Ukuran Kepala, Pertumbuhan Otot, Perkembangan Otak.

·         Perkembangan kognitif
      Selama masa bayi, kapasitas kognitif manusia telah mengalami perkembangan. Ada beberapa pandangan mengenai perkembangan kognitif pada bayi, terutama pandangan Piaget dan pandangan kontemporer, perkembangan persepsi, konsepsi, memori dan bahasa.  Kognitif merupakan salah satu aspek terpenting dari perkembangan yang berkaitan dengan pengetahuan perkembangan kognitif yaitu pengetahuan bagaiman mempelajari dan memikirkan lingkungannya.
Perkembangan Kognitif anak 0-2 th dilakukan dalam bentuk bermain sambil belajar dan belajar seraya bermain.

·         Perkembangan psikososial
Pengalaman sosial sejak dini merupakan peranan yang penting dalam menentukan hubungan sosial dimasa depan dan pola perilaku terhadap orang lain. Karena kehidupan anak berpusat disekitar rumah, maka dirumahlah berasal perilaku dan sikap sosial kelak.

2.      Masa Usia Sekolah
Masa ini terjadi dari usia 5 sampai 12 tahun yang ditandai dengan terjadinya perkembangan-perkembangan pada diri anak diantaranya fisik dan juga kognitifnya.
·         Perkembangan fisik
Pada masa pertengahan dan akhir anak-anak merupakan periode pertumbuhan fisik yang lambat dan relatif seragam sampai mulai terjadi perubahan-perubahan pubertas, kira-kira dua tahun menjelang anak menjadi matang secara seksual, pada masa ini pertumbuhan berkembang pesat. Oleh karena itu, masa ini sering disebut juga sebagai “periode tenang” sebelum pertumbuhan yang cepat menjelang masa remaja, meskipun merupakan masa tenang, tetapi hal ini tidak berarti bahwa pada masa ini tidak terjadi proses pertumbuhan fisik yang berarti.
Pada masa ini peningkatan berat badan anak lebih banyak dari pada panjang badannya. Peningkatan berat badan anak selama masa ini terjadi terutama karena bertambahnya ukuran system rangka dan otot, serta ukuran beberapa organ tubuh. Pada saat yang sama kekuatan otot-otot secara berangsur-angsur bertambah dan gemuk bayi ( babyfat ) berkurang. Pertambahan kekuatan otot ini adalah karena faktor keturunan dan latihan ( olah raga ).

·         Perkembangan kognitif
Seiring dengan masuknya anak ke sekolah dasar, kemampuan kognitifnya urut mengalami perkembangan yang pesat. Karena dengan masuk sekolah, berarti dunia dan minat anak bertambah luas. Dengan meluasnya minat maka bertambah pula pengertian tentang manusia dan objek-objek yang sebelumnya kurang berarti bagi anak.
Dalam keadaan normal, pikiran anak usia sekolah berkembang secara berangsur-angsur. Kalau pada masa sebelumnya daya fikir anak masih bersifat imajinatif dan egosentris maka pada masa ini daya piker anak berkembang kearah berpikir kongkrit, rasional dan objektif. Daya ingatnya menjadi sangat kuat sehingga anak benar-benar berada dalam suatu stadium belajar.
Menurut teori Piaget, pemikiran anak masa sekolah dasar disebut juga pemikiran operasional kongkrit (concrete operational thought), artinya aktivitas mental yang difokuskan pada objek-objek peristiwa nyata atau kongkrit dalam upaya memahami alam sekitarnya mereka tidak lagi terlalu mengandalkan informasi yang bersumber dari panca indera, karena anak mulai mempunyai kemampuan untuk membedakan apa yang tampak oleh mata dengan kenyataan sesungguhnya.

·         Perkembangan psikososial
Kemampuan sosial anak diperoleh dari berbagai kesempatan dan pengalaman bergaul dengan orang – orang di lingkungannya. Kebutuhan berinteraksi dengan orang lain telah dirasakan sejak usia enam bulan, disaat itu mereka telah mampu mengenal manusia lain, terutama ibu dan anggota keluarganya. Anak mulai mampu membedakan arti senyum dan perilaku sosial lain, seperti marah (tidak senang mendengar suara keras) dan kasih sayang. Tuntutan sosial pada perilaku sosial anak tergantung dari perbedaan harapan dan tuntutan budaya dalam masyarakat dimana anak berkembang, juga tergantung dari usia dan tugas perkembangannya.

3.      Masa Remaja
·         Perubahan fisik
Rangkaian perubahan yang paling jelas yang nampak dialami oleh remaja adalah perubahan biologis dan fisiologis yang berlangsung pada masa pubertas atau pada awal masa remaja, yaitu sekitar umur 11-15 tahun pada wanita dan 12-16 tahun pada pria (hurlock, 1973: 20-21).

·         Perubahan kognitif
Menurut John Hill (1983), terdapat tiga komponen dasar dalam membahas periode remaja yaitu: perubahan pundamental remaja meliputi perubahan biologis kognitif dan sosial. Ketiga perubahan ini bersifat unipersal.
a.       Transisi Biologis
Menyangkut Tampilan Fisik (Ciri-Ciri Secara Primer Dan Sekunder)
b.      Transisi Kognitif
Perubahan dalam kemampuan berfikir, remaja telah memiliki kemampuan yang lebih baik dari anak dalam berfikir mengenai situasi secara hipotesis, memikirkan sesuatu yang belum terjadi tetapi akan terjadi.
c.       Transisi Sosial
Perubahan dalam status sosial membuat remaja mendapatkan peran-peran baru dan terikat pada kegiatan-kegiatan baru.

·         Perubahan psikososial
a.       Tahap Perkembangan
-          Ideal
-          Terlibat dalam kehidupan, pekerjaan dan hubungan diluar keluarga
-          Harus belajar untuk mencapai kemandirian baik dalam bidang finansial maupun emosional
-          Lebih mampu membuat hubungan yang stabil dengan lawan jenis
-          Merasa sebagai orang dewasa  yang setara dengan anggota keluarga lainnya
-          Hampir siap untuk menjadi orang  dewasa yang mandiri
b.      Dampak Terhadap Anak
-          Cenderung menggeluti masalah sosial/politik. Dapat pula menggeluti  nilai-nilai keagamaan dan bahkan pindah agama
-          Mulai belajar mengatasi stres yang dihadapinya, mungkin lebih senang pergi dengan teman daripada berlibur dengan keluarganya
-          Kecemasan dan ketidak pastian masa depan dapat merusak harga diri dan keyakinan diri
-          Mempunyai pasangan yang lebih serius dan banyak menghabiskan waktunya dengan mereka
-          Cenderung merasa pengalamannya berbeda dengan orang-tuanya
-          Mungkin ingin meninggalkan rumah dan hidup sendiri
c.       Efek Terhadap Orang-Tua
-          Orang tua menjadi tegang dan distres karena penolakan anak terhadap agama dan kepercayaannya sendiri
-          Keinginan orang-tua untuk melindungi anaknya dapat menimbulkan bentrokan
-          Orang-tua mungkin masih memberikan dukungan financial terhadap remaja yang secara emosional tidak lagi tergantung kepada mereka, Hal ini dapat membuat hubungan menjadi tidak mudah
-          Orang-tua cenderung cemas terhadap hubungan yang terlalu serius dan terlalu dini. mereka takut sekolah atau  pekerjaan akan terabaikan
-          Orang-tua mungkin berkecil hati menghadapi keadaan ini. Orang-tua perlu menyesuaikan bila akhirnya anak meninggalkan rumah.

4.      Masa Dewasa Muda
Pada umumnya, para psikolog menentukan waktu dimulainya usia dewasa sekitar usia 20 tahun sebagai awal masa dewasa dan berlangsung hingga sekitar usia 40-45 tahun.
·         Perkambangan fisik
1.      Kesehatan badan.
       Bagi kebanyakan orang, awal masa dewasa ditandai dengan memuncaknya kemampuan dan kesehatan fisik. Mulai dari usia sekitar 18-25 tahun, individu memiliki kekuatan yang terbesar, gerak-gerak refleks mereka sangat cepat. Demikian juga dengan kemampuan reproduksi mereka. Meskipun pada masa ini kondisi kesehatan fisik mencapai puncak, namun selama periode ini mereka juga mengalami penurunan keadaan fisik. Sejak usia 25 tahun, perubahan-perubahan fisik mulai terlihat. Perubahan-perubahan ini sebagian besar bersifat kuantitatif daripada kualitatif. Secara berangsur-angsur, kekuatan fisik mengalami kemunduran, sehingga lebih mudah terserang penyakit.
       Bagi wanita, perubahan biologis yang utama terjadi selama masa pertengahan
dewasa adalah perubahan dalam hal kemampuan reproduksi, menopause, dan  hilangnya kesuburan. Bagi laki-laki, proses penuaan selama masa pertengahan  dewasa tidak begitu kentara, karena tidak ada tanda-tanda fisiologis dari  peningkatan usia seperti berhentinya haid pada perempuan.
2.      Perkembangan sensori.
       Pada awal masa dewasa, penurunan fungsi penglihatan dan pendengaran mungkin belum begitu kentara. Pada masa dewasa akhir barulah terlihat adanya  perubahan-perubahan sensori fisik dari panca inderanya.
3.      Perkembangan otak.
       Mulai masa dewasa awal, sel-sel otak juga berangsur-angsur berkurang. Akan
tetapi, perkembangbiakan koneksi neural, khususnya bagi orang-orang yang tetap
aktif, membantu mengganti sel-sel yang hilang.

·   Perkembangan kognitif
1.      Perkembangan pemikiran postformal.
        Sejumlah ahli perkembangan percaya bahwa pada masa dewasa, individu-individu menata pemikiran operasional mereka. Mereka mungkin merencanakan dan membuat hipotesis tentang masalah-masalah seperti remaja, tetapi mereka menjadi sistematis ketika mendekati masalah sebagai orang dewasa.
        Pada masa dewasa awal misalnya, orang biasanya berubah dari mencari pengetahuan menjadi menerapkan pengetahuan, yakni menerapkan apa yang diketahuinya untuk mencapai jenjang karier dan membentuk keluarga. Akan tetapi, tidak semua perubahan kognitif pada masa dewasa mengarah pada peningkatan potensi. Bahkan, kadang-kadang beberapa kemampuan kognitif mengalami kemerosotan seiring dengan pertambahan usia.
2.      Perkembangan memori.
        Salah satu karakteristik yang paling sering dihubungkan dengan orang dewasa dan usia tua adalah penurunan dalam daya ingat. Namun, sejumlah bukti menunjukkan bahwa perubahan memori bukanlah sesuatu yang pasti terjadi sebagai bagian dari proses penuaan, melainkan lebih merupakan stereotip budaya.
3.      Perkembangan inteligensi.
        Suatu mitos yang bertahan hingga sekarang adalah bahwa menjadi tua berarti
mengalami kemunduran intelektual. Mitos ini diperkuat oleh sejumlah peneliti  awal yang berpendapat bahwa seiring dengan proses penuaan selama masa dewasa,
terjadi kemunduran dalam inteligensi umum. Hampir semua studi menunjukkan bahwa setelah mencapai puncaknya pada usia 18 dan 25 tahun, kebanyakan kemampuan manusia terus-menerus mengalami kemunduran.

·         Perkembangan psikososial
             Selama masa dewasa, dunia sosial dan personal dari individu menjadi lebih luas dan kompleks dibandingkan dengan masa-masa sebelumnya. Pada masa dewasa,
individu memasuki peran kehidupan yang lebih luas. Pola dan tingkah laku sosial  orang dewasa berbeda dalam beberapa hal dari orang yang lebih muda. Perbedaan-perbedaan tersebut tidak disebabkan oleh peristiwa-peristiwa kehidupan yang dihubungkan dengan keluarga dan pekerjaan. Selama periode ini, orang melibatkan diri secara khusus dalam karier, pernikahan, dan hidup berkeluarga.

5.      Masa Dewasa Tengah
Pertengahan masa dewasa awal berlangsung sekitar usia 40-45 sampai sekitar usia 65 tahun.
·         Perkembangan Fisik
Pada masa dewasa madya terjadi perubahan fungsi fisik yang tak mampu berfungsi seperti sedia kala, dan beberapa organ tubuh tertentu mulai "aus".
Melihat dan mendengar merupakan dua perubahan yang paling menyusahkan paling banyak tampak dalam dewasa tengah. Daya akomodasi mata untuk memfokuskan dan mempertahankan gambar pada retina akan mengalami penurunan tajam antara usia 40 dan 9 tahun. Karena pada usia tersebut aliran darah pada mata juga berkurang. Pendengaran mungkin juga mulai menurun pada usia ini yaitu mulai memasuki usia 40. Meskipun kemampuan untuk mendengar suara-suara bernada rendah tidak begitu kelihatan. Laki-laki biasanya kehilangan sensitifitasnya terhadap suara bernada tinggi lebih dahulu daripada perempuan. Hal ini mungkin disebabkan oleh lebih besarnya pengalaman laki-laki terhadap suaru gaduh dalam pekerjaan.

·         Perkembangan kognitif
a.       Pada tahap ini perkembangan intelektual dewasa sudah mencapai titik akhir puncaknya yang sama dengan perkembangan tahap sebelumnya (tahap pemuda). Semua hal yang berikutnya sebenarnya merupakan perluasan, penerapan, dan penghalusan dari pola pemikiran ini.
b.      Orang dewasa mampu memasuki dunia logis yang berlaku secara mutlak dan universal yaitu dunia idealitas paling tinggi.
c.       Orang dewasa dalam menyelesaikan suatu masalah langsung memasuki masalahnya. Ia mampu mencoba beberapa penyelesaian secara konkrit dan dapat melihat akibat langsung dari usaha-usahanya guna menyelesaikan masalah tersebut.
d.      Orang dewasa mampu menyadari keterbatasan baik yang ada pada dirinya (baik fisik maupun kognitif) maupun yang berhubungan dengan realitas di lingkungan hidupnya.
e.       Orang dewasa dalam menyelesaikan masalahnya juga memikirkannya terlebih dahulu secara teoritis. Ia menganalisis masalahnya dengan penyelesaian berbagai hipotesis yang mungkin ada. Atas dasar analisanya ini, orang dewasa lalu membuat suatu strategi penyelesaian secara verbal. Yang kemudian mengajukan pendapat-pendapat tertentu yang sering disebut sebagai proporsi, kemudian mencari sintesa dan relasi antara proporsi yang berbeda-beda tadi.
·         Perkembangan psikososial
Perkembangan psikososial pada masa ini berkaitan dengan beberapa hal :
1.       Pernikahan dan cinta
Cinta kasih sayang atau sebagai teman meningkat  pada masa dewasa tengah, khususnya dalam pernikahan yang telah bertahan selama bertahun-tahun.
2.       Sindrom Sarang kosong dan pengisiannya kembali
Sindrom sarang kosong menyebutkan bahwa kepuasan pernikahan akan mengalami penurunan karena orang tua sudah memperoleh banyak  kepuasan dari anak-anaknya, dan oleh karena itu, kepergian anak dari keluarga akan meninggalkan orang tua dengan perasaan kosong. Meskipun sindrom sarang kosong tersebut berlaku bagi beberapa orang tua yang hidup melalui anak-anaknya. Sarang yang kosong tersebut biasanya tidak menurunkan kualitas kepuasan pernikahan. Melainkan,sebaliknyalah yang terjadi, kepuasan pernikahan meningkat pada tahun-tahun pasca membesarkan anak.

Jumlah anak-anak muda dewasa yang terus tinggal dengan orang tuanya atau mengisi sarang yang kosong dengan kembali kerumah setelah pernikahan gagal, kesulitan ekonomi, kuliah, atau kehilangan pekerjaan mengalami peningkatan. Pengisian kembali sarang kosong memerlukan adaptasi yang sangat besar pada pihak orang tua dan anak-anak mereka yang sudah dewasa.
3.       Meningkatnya Hubungan persaudaraan dan persahabatan
Hubungan ini berlanjut sepanjang hidup. Banyak hubungan saudara kandung pada masa dewasa sangat dekat, terutama jika mereka dekat pada masa anak-anak. Meskipun sebagian ada yang tidak acuh atau sangat bertentangan. Persahabatan terus menjadi penting pada masa dewasa tengah. Persahabatan yang berlangsung lama sering semakin dalam dan intim.
4.       Hubungan antar generasi
Umumnya ada kontak yang berkelanjutan antar generasi dalam keluaraga. Kontinuitas yag lebih besar terjadi dalam sikap-sikap politik dan agama. Kontinuitas yang lebih kecil terjadi pada peran gender, gaya hidup, dan orientasi kerja. Ibu dan anak perempuan memiliki hubungan paling dekat pada masa dewasa. Perempuan memainkan peranan penting dalam memantau akses pada kerabat dan kedekatannya.Generasi usia tengah baya disebut generasi “sandwich”, karena kewajiban financial dan pemberian perawatan pada yang masih muda dan pada orang tua yang lanjut usia mungkin menimbulkan stres pada orang dewasa usia tengah baya. Generasi usia tengah baya memainkan peran penting dalam menghubungkan generasi.

6.      Masa Dewasa Tua
Masa dewasa lanjut atau masa tua sekitar usia 65 tahun sampai meninggal.
·         Perkembangan fisik
Perkembangan fisik pada masa ini mencapai muncaknya (pada masa dewasa awal) dan mengalami penurunan (masa dewasa akhir). Perkembangan pada masa ini meliputi:
1. Kesehatan badan
2. Perkembangan Sensori
3. Perkembangan Otak

·         Perkembangan kognitif
Salah satu pertanyaan yang paling banyak menimbulkan kontroversi dalam studi perkembangan hidup masnusia adalah kemampuan kognitif orang dewasa, seperti memori, kreativitas, intelegensi, maupun kemampuan belajar.
Perkembangan kognitif meliputi:
1. Perkembangan pemikiran postfromal
2. Perkembangan memori
3. Perkembangan intelegensi

·         Perkembangan psikososial
Selama masa dewasa, perkembangan dunia sosial dan personal dari individu menjadi lebih luas dan kompleks dibandingkan dengan masa-masa sebelumnya karena pada masa ini individu memasuki peran kehidupan yanglebih luas.
Perkembangan psikososial ini meliputi:
1. Perkembangan keintiman
2. Cinta
3. Pernikahan dan keluarga
4. Perkembangan generativitas


BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan

Usia kronologis sebenarnya hanyalah indikator relatif untuk tahap perkembangan fisik, kognitif dan psikososial seseorang. Sama berpengaruhnya terhadap kesiapan pembelajaran sepeti umur, fase-fase perkembangan jangan dikaji secara terpisah.
Karakteristik perkembangan dilihat dari perkembangan fisik, kognif, dan psikososial berbagai usia perkembangan.
Perawat sebagai pendidik diwajibkan untuk mendorong peserta didik agar beratnggung jawab terhadap kesehatan mereka sendiri, maka peserta didik harus diakui sebagai sumber data yang penting berkaitan dengan status kesehatannya.

B.     Saran

Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan pada makalah ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan sekali kritik yang membangun bagi makalah ini, agar penulis dapat berbuat lebih baik lagi di kemudian hari. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya.










DAFTAR PUSTAKA
Bastable, Susan B. 2002. Perawat Sebagai Pendidik : Prisip-Prinsip Pengajaran & Pembelajaran. Jakarta : EGC

Tidak ada komentar:

Posting Komentar