Rabu, 01 Mei 2013

makalah stroke





BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang


B.     Tujuan
a.                   Dapat mengetahui pengertian penyakit stroke.
b.                   Dapat mengetahui etiologi atau penyebab penyakit stroke.
c.                   Dapat mengetahui tanda dan gejala penyakit stroke.
d.                  Dapat mengetahui patofisiologi penyakit stroke.
e.                   Dapat mengetahui pathway dari penyakit stroke.
f.                    Dapat mengetaui penatalaksanaan dari penyakit stroke.
g.                   Dapat mengetahui pemeriksaan penunjang dari penyait stroke.













              



BAB II
PEMBAHASAN
A.    Definisi
   Stroke adalah sindrom klinis yang awal timbulnya mendadak, progresif cepat, berupa deficit neurologis fokal, atau dan global, yang berlangsung 24 jam atau lebih atau langsung menimbulkan kematian, dan semata-mata disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak non traumatik (kapita kedokteran jilid II).
   Stroke adalah cedera otak yang berkaitan dengan obstruksi aliran darah otak (Patofisiologi, Elizabeth J. Corwin).

B.     Etiologi
1.  Infark otak (80%)
a.       Emboli
1)      Emboli kardiogenik
2)      Fibrilasi atrium dan aritmia lain
3)      Thrombus mural dan ventrikel kiri
4)      Penyakit katub mitral atau aorta
5)      Endokarditis (infeksi atau non infeksi)
b.      Emboli paradoksal (foramen ovalepaten)
1)      Emboli arkus aorta
2)      Aterotrombotik (penyakit pembuluh darah sedang-besar)
3)      Penyakit eksakranial
4)      Arteri karotis interna
5)      Arteri vertebralis
c.       Penyakit intracranial
1)      Arteri karotis interna
2)      Arteri serebri interna
3)      Arteri basilaris
4)      Lakuner (oklusi arteri perforans kecil)
2.  Perdarahan Intraserebral (15%)
a.       Hipertensi
b.      Malformasi arteri-vena
c.       Angipati amiloid
3.  Perdarahan Subraknoid (5%)
4.  Penyebab lain (dapat menimbulkan infark atau perdarahan)
a.       Trobus sinus dura
b.      Diseksi arteri karotis atau vertebralis
c.       Vaskulitis sistem saraf pusat
d.      Penyakit moya-moya (oklusi arteri besar intracranial yang progresif)
e.       Migren
f.       Kondisi hiperkoagulasi
g.      Penyalahgunaan obat
h.      Kelainan hematologist (anemia sel sabit, polisistemia atau leukimia)
i.        Miksoma atrium

Faktor Resiko :
-          Yang tidak dapat diubah : riwayat keluarga, riwayat stroke atau TIA, riwayat jantung koroner, usia, jenis kelamin, pria, ras, fibrilasi atrium dan heterozigot atau untuk hemosistinuria.
-          Yang dapat diubah : Hipertensi, Diabetes Melitus, merokok, penyalahgunaan obat dan alcohol, kontrasepsi oral, hematokrit meningkat, bruit karotis, asimtomatis, hiperurisemia dan dislipedemia.

C.    Manifestasi Klinis
   Pada stroke non hemoragic (iskemik), gejala umumnya adalah timbulnya deficit neurologist secara mendadak atau subakut, didahului gejala prodromal, terjadinya pada waktu istirahat atau bangun pagi dan biasanya kesadaran tidak menurun, kecuali bila embolus cukup besar, biasanya terjadi pada usia > 50 tahun.
   Menurut WHO dalam International Statistical of Disease And Related Health Problem 10 revitoan, stroke hemoragic dibagi atas :
1. Pendarahan Intraserebral (PIS)
      Stroke akibat PIS mempunyai gejala yang tidak jelas, kecuali nyeri kepala karena Hipertensi, serangan kali siang hari, saat aktifitas atau emosi atau marah, sifat nyeri kepalanya hebat sekali, mual dan muntah sering terdapat pada permulaan serangan. Hemiparasis / hemiplegi biasa terjadi pada permulaan serangan, kesadaran biasanya menurun dan cepat masuk koma (60% terjadi kurang dari setengah jam, 23% antara setengah jam s.d 2 jam dan 12% terjadi setelah 2 jam, sampai 19 hari).
2. Pendarahan Subaraknoid (PSA)
      Pada pasien PSA gejala prodromal berupa nyeri kepala hebat dan akut, kesadaran sering terganggu dan sangat bervariasi, ada gejala atau tanda rangsangan maningeal, oedema pupil dapat terjadi bila ada subhialoid karena pecahnya aneurisma pada arteri komunikans anterior atau arteri karotis interna.
      Gejala neurologist tergantung pada  berat ringannya gangguan pembuluh darah dan lokasinya.

Manifestasi klinis stroke akut berupa :
-          Kelumpuhan wajah anggota badan (biasanya hemiparesis yang timbul mendadak)
-          Gangguan sensabilitas pada satu atau lebih anggota badan (gangguan hemiparesik)
-          Perubahan mendadak status mental (konfusi, delirium, letargi, stupor atau koma)
-          Afasia (bicara tidak lancar, kurangnya ucapan, atau kesulitan memahami ucapan)
-          Disartria (bicara pelo atau cadel)
-          Gangguan penglihatan (hemianopia atau monokuler atau diplopia)
-          Ataksia (trunkal atau anggota badan)
-          Vertigo, mual dan muntah atau nyeri kepala.

D.    Patofisiologi







































E.     Pathway
1. Stroke non hemoragic


 
























                                 

2.      Stroke Hemoragik



 





Hematom serebral
 
                                                                                                                                                                                   








 






                                                                                                                                                                             


 




Nyeri kepala hebat
 
PSA (perdarahan subaraknoid)
 
PIS (perdarahan intraserebral)
 
                                                                                                                      








 


                                                                                                                                                                                       








Gangguan persepsi sensori
 





 




                                 
F.     Pemeriksaan Penunjang
1.      Pemeriksaan radiologi sistem
a.       Miografi
b.      CT Scan
c.       Angiografi
d.      MRI
e.       EEG
f.       EMG
2.      Laboratorium
a.       Darah
b.      Urine
c.       Cairan serebrospinal


G.    Penatalaksanaan

1.      Demam
       Demam dapat mengeksaserbasi cedera otak iskemik dan harus diobati secarra agresif dengan antipiretik (asetaminofen) atau kompres hangat, jika diperlukan. Penyebab demam tersering adalah pneumonia aspirasi, lakukan kultur darah dan urine kemudian berikan antibiotik intravena secara empiris (sulbensilin, sepalosporin, dll) dan terapi akhir sesuai hasil kultur.

2.      Nutrisi
       Pasien stroke memiliki resiko tinggi untuk aspirasi. Bila pasien sadar penuh tes kemampuan menelan dapat diberikan dengan memberikan satu sendok air putih kepada pasien dengan posisi setengah duduk dan kepala fleksi kedepan sampai dagu menyentuh dada, perhatikan pasien tersedak atau batuk dan apakah suaranya berubah (negative). Bila tes menelan negative dan pasien dengan kesadaran menurun, berikan makanan enteral melalui pipa nasoduodenal ukuran kecil dalam 24 jam pertama setelah onset stroke.

3.      Hidrasi Intravena
       Hipovolemia sering ditemukan dan harus dikoreksi dengan kristaloid isotonis. Cairan hipotonis (misalnya dektrosa 5% dalam air, larutan NaCl 0,45%) dapat memperhebat edema serebri dan harus dihindari.

4.      Glukosa

       Hiperglikemia dan hipoglikemia dapat menimbulkan sksaserbasiiskemia. Walaupun klinis dari efek ini pada manusia belum jelas, tetapi para ahli sepakat bahwa hiperglikemia (kadar glukosa darah sewaktu >200mg/dl) harus dicegah. Skala luncur (sliding scale) setiap 6 jam selama 3-5 hari sejak onset stroke.

5.      Perawatan paru
       Fisioterapi dada setiap 4 jam harus dilakukan untuk mencegah atelaktis pada pasien yang tidak bergerak.

6.      Aktivitas
       Pasien dengan stroke harus dimobilisasi dan harus dilakukan fisioterapi sedini mungkin bila kondisi klinis neurologist dan hemodinamik stabil. Untuk fisioterapi pasif pada pasien yang belum bergerak, perubahan posisi badan dan ekstremitas setiap 2 jam untuk mencegah dekubitus, latihan gerakan sendi anggota badan secara pasif 4 kali sehari untuk mencegah kontraktur. Splin tumit untuk mempertahankan kaki dalam posisi dorsofleksi dan dapat juga mencegahpemendekan tendon achilles. Posisi kepala 30 derajat dari bidang horizontal untuk menjamin aliran darah yang adekuat ke otak dan aliran balik vena ke jantung, kecuali pada pasien hipotensi (posisi datar), pasien dengan muntah-muntah (dekubitus lateral kiri), pasien dengan gangguan jalan napas (posisi kepala ekstensi). Bila kondisi memungkinkan, maka pasien harus diimibilisasi aktif keposisi tegak, duduk dan pindah kekursi sesuai toleransi hemodinamik dan neurologist.

7.      Neurorestorasi dini
       Stimulasi sensorik, kognitif, memori, bahasa, emosi serta otak yang terganggu. Depresi dan amnesia juga harus dikenali dan diobati sedini mungkin.

8.      Profilaksis trombosis vena dalam
       Pasien stroke iskemik dengan imobilisasi lama yang tidak dalam pengobatan heparin intravena harus diobati dengan heparin 5.000 unit atau fraksiparin 0,3 cc setiap 12 jam selama 5-10 hari untuk mencegah pembentukan thrombus dalam vena provunda, karena insidennya sangat tinggi. Terapi ini juga dapat diberikan dengan pasien perdarahan intraserebral setelah 72 jam sejak onset.

9.      Perawatan vesika
       Kateter urine menetap (kateter foley), sebaiknya hanya dipakai ada pertimbangan khusus (kesadaran menurun, demensia, afasia global). Pada pasien yang sadar dengan gangguan berkemih, laterisasi intermitten secara steril setiap 6 jam lebih disukai untuk mencegah kemungkinan infeksi, pembentukan batu dan gangguan sfingter vesika terutama pada pasien laki-laki yang mengalami retensi urine atau pasien wanita dengan inkotinensia atau retensio urine. Latihan vesika harus dilakukan bila pasien sudah sadar.






BAB II
PENUTUP

Kami anggota kelompok 1 mengucapkan syukur alhamdullilah kepada Allah SWT, karena pada akhirnya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik meskipun masih banyak kesalahan dan masih kurang sempurna.
Kami berharap dengan selesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua serta para pembaca. Kami mengucapkan terimakasih kepada dosen kami Bpk. Made yang telah bersedia menerima makalah ini sebagai salah satu tugas dalam sistem Neurobehaviour semester IV.












                              








DAFTAR PUSTAKA
Mansjoer, Arif, et al, Kapita Selekta Kedokteran, Jilid II, Medika Aesculapius FKUI, Jakarta,1993
Smeltzer, Suzanne C, dan Brenda G. Bare. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Jakarta : EGC
Rendy, M. Clevo, dan Margareth TH. 2012. Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Penyakit dalam. Jogjakarta: Nuha Medika