Selasa, 28 Oktober 2014

Makalah Osteoporosis



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Osteoporosis adalah suatu keadaan penyakit yang ditandai dengan rendahnya massa tulang dan memburuknya mikrostruktural jaringan tulang, menyebabkan kerapuhan tulang sehingga meningkatkan risiko terjadinya fraktur. Keadaan tersebut tidak memberikan keluhan klinis, kecuali apabila telah terjadi fraktur.  Pada osteoporosis, terjadi penurunan kualitas tulang dan kuantitas kepadatan tulang, padahal keduanya sangat menentukan kekuatan tulang sehingga penderita osteoporosis mudah mengalami patah tulang atau fraktur. Lokasi kejadian patah tulang osteoporosis yang paling sering terjadi adalah pada patah tulang vertebrata (tulang punggung), tulang leher femur, dan tulang gelang tangan (patah tulang Colles). Adapun frekuensi patah tulang leher femur adalah 20% dari total jumlah patah tulang osteoporosis.
Diantara semua patah tulang osteoporosis, yang paling memberikan masalah di bidang morbiditas, mortalitas, beban sosioekonomik, dan kualitas hidup adalah patah tulang leher femur. Bila tidak diambil tindakan untuk mengatasi osteoporosis diperkirakan pada tahun 2050 jumlah patah tulang leher femur di seluruh dunia akan mencapai 6,26 juta dan lebih dari separuhnya di Asia. Frekuensi tertinggi osteoporosis postmenopause pada wanita adalah pada usia 50-70 tahun.

B.     Tujuan
a.       Dapat menegtahui pengertian osteoporosis.
b.      Dapat mengetahui etiologi osteoporosis.
c.       Dapat mengetahui patofisiologi osteoporosis.
d.      Dapat mengetahui tanda dan gejala osteoporosis.
e.       Dapat mengetahui pemeriksaan penunjang osteoporosis.
f.       Dapat mengetahui penatalaksanaan osteoporosis.






BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian
Osteoporosis adalah gangguan metabolisme tulang sehingga masa tulang berkurang. Komponen matriks tulang, yaitu mineral dan protein berkurang. Resorbsi terjadi lebih cepat dari pada formasi tulang, sehingga tulang menjadi tipis (Pusdiknakes,1995)
Osteoporosis adalah kelainan dengan penurunan masa tulang total. Pada kondisi ini terdapat perubahan pergantian tulang homeostatis normal, kecepatan resorbsi tulang lebih besar daripada kecepatan pembentukan tulang, yang mengakibatkan masa penurunan tulang total. (Brunner&suddarth,2000).
Jadi osteoporosis adalah kelainan atau gangguan yang terjadi karena penurunan masa tulang total. Osteoporosis menyebabkan terjadinya pelebaran sumsum tulang dan saluran havers. Trabekula berkurang dan menjadi tipis dan akibatnya, tulang mudah retak.

B.     Etiologi
3 faktor utama yang mempengaruhi osteoporosis :
1.      Faktor nutrisi
Asupan kalsium dan vitamin D yang tidak mencukupi selama bertahun-tahun mengakibatkan pengurangan masa tulang dan pertumbuhan osteoporosis. Vitamin D penting untuk absorpsi kalsium dan untuk mineralisasi tulang normal.
2.      Kurangnya latihan fisik teratur
Imobilisasi dapat menyebabkan menurunnya masa tulang. Pembentukan tulang dipercepat dengan adanya stres berat badan dan aktifitas otot.
3.      Jenis kelamin
Insidensi osteoporosis lebih banyak menyerang wanita. Hormon reproduksi mempengaruhi kekuatan tulang. Pada wanita pasca menopaus, hormon reproduksi  dan timbunan kalsium tulang menurun. Hormon wanita yang sangat menurun dalam hal ini estrogren. Pria mempunyai puncak massa tulang lebih besar dan tidak mengalami perubahan hormonal mendadak. Dengan demikian, wanita lebih cepat mengalami osteoporosis dari pada pria.



Faktor lain yang menyebabkan osteoporosis :
1.      Obat- obatan
Misalnya isoniasid, heparin, tetrasiklin, antasida yang mengandung aluminium, furosemide, antikonvulsan, kortikosteroid, dan suplemen tiroid. Obat-obatan tersebut mempengaruhi penggunaan tubuh dan metabolisme kalsium.
2.      Keadaan medis penyerta
Misalnya sindrom malabsorpsi, intoleransi laktosa, penyalahgunaan alkohol, gagal ginjal, gagal hepar, dan gangguan endokrin, keadaan tersebut mempengaruhi pertumbuhan osteoporosis.
3.      Faktor diet lain
Osteoporosis paling sering terjadi pada masyarakat barat, dan diperkirakan bahwa asupan natrium klorida dan protein yang tinggi atau faktor terkait lain dalam makanan mempermudah osteoporosis, mungkin dengan meningkatkan pengeluaran kalsium melalui urine.
4.      Adanya riwayat keluarga osteoporosis

C.     Manifestasi Klinis
Osteoporosis terjadi tanpa disertai dengan gejala khusus, oleh karena itu osteoporosis biasa disebut juga the silent disease tetapi biasanya terdapat gejala yang
timbul antara lain :
1. tulang mudah patah(kolaps) bila terjadi benturan.
2. perubahan susunan tulang
3. tulang terasa nyeri
4. Jika beberapa tulang belakang hancur, maka akan terbentuk kelengkungan yang abnormal dari tulang belakang (punuk Dowager), yang menyebabkan ketegangan otot dan sakit.








D.    Patofisiologi


Hasil interaksi kompleks yang menahun antara faktor genetik dan faktor lingkungan
 
 










 














           









Tulang menjadi rapuh dan mudah patah
 

Kolaps bertahap tulang vetebrata
 




 






Kompresi saraf pencernaan lleus paralis
 
Penurunan tinggi badan
 
Perubahan
postural
 
           











Gangguan fungsi ekstremitas atas dan bawah
Pergerakan fragmen tulang, spame otot
 












Perubahan postural
 


 









E.     Pemeriksaan Penunjang
1.      Foto rontgen polos : berguna untuk memperlihatkan fraktur yang berhubungan dengan osteoporosis.
2.      Absorpsiometri foton-tunggal : dapat digunakan untuk memantau massa tulang pada tulang kortikal pada sendi pergelangan tangan
3.      Absorbsiometri rontgen emisi ganda (dual emision x-ray absorbtiometry [DEXA]) : digunakan untuk mengukur densitas tulang dan menghitung derajat osteopenia (kehilangan tulang ringan-sedang) atau osteoporosis (kehilangan tulang berat). Pengukuran berguna pada orang-orang yang beresiko (misalnya yang sedang menjalani terapi kortikosteroid, menopouse yang terjadi lebih awal) untuk mengevaluasi kebutuhan dan respon terhadap terapi protek tulang.

Dari berbagai metode pengukuran densitas tulang yang digunakan saat ini, metode yang berdasarkan x-ray (khususnya dual energy x-ray absorptiometry (DXA)) adalah yang terbanyak digunakan. Teknik ini secara bertahap menggantikan teknik ionisasi lain yang menggunakan radiasi gamma. DXA terbukti merupakan teknologi yang paling luas diterima untuk mengetahui hubungan antar densitas tulang dengan resiko fraktur. DXA juga merupakan teknik dengan akurasi dan presisi baik, serta paparan radiasi yang rendah. Oleh karena itu, alat ini dijadikan seagai gold standard pemeriksaan masa tulang oleh WHO karena merupakan pemeriksaan yang validasinya paling luas dalam menilai fraktur.

F.      Penatalaksanaan
Pengobatan osteoporosis difokuskan pada usaha memperlambat atau menghentikan kehilang mineral, meningkatkan kepadatan tulang, dan mengontrol nyeri sesuai dengan penyakitnya. Kebanyakan 40% dari perempuan akan mengalami patah tulang akibat dari osteoporosis selama hidupnya. Dengan demikian tujuan dari pengobatan ini adalah mencegah terjadinya fraktur (patah tulang). Intervensi tersebut meliputi hal-hal sebagai berikut:
1.      Spesialis: orang dengan fraktur tulang belakang, pinggang atau pergelangan tangan harus dirujuk ke spesialis ortopedi untuk manajemen selanjutnya.
2.      Olahraga: modifikasi gaya hidup harus menjadi salah satu pengobatan. Olahraga yang teratur akan mengurangi patah tulang akibat osteoporosis. Olahraga yang direkomendasikan termasuk diantaranya adalah jalan kaki, bersepeda, dan jogging.
3.      Memaksimalkan massa tulang puncak pada dewasa
Wanita usia muda jangan merokok, mengurangi minuman berakohol dan berkafein, dan meningkatkan asupan kalsium, serta latihan menahan beban.
4.      Mengurangi kecepatan hilangnya masa tulang
Wanita peri atau pasca menopouse, yang menggunakan prednisolon > 7,5 mg/hari dan individu lain yang beresiko tinggi harus menjalani pemeriksaan DEXA scan. Jika osteoporosis ditemukan secara signifikan maka harus diberikan HRT (pada wanita menopouse), bifosfonat dan /atau kalsium / vitamin D
5.      Pencegahan fraktur
Orang-orang dengan osteoporosis harus diperiksa secara rutin untuk menemukan faktor-faktor yang menyebabkan orang tersebut terjatuh seperti obat-obatan  yang menyebabkan hipotensi postural dan memberikan bantalan tulang panggul sebagai pelindung (yang melindungi tulang pangguldari fraktur). Defisiensi vitamin D sering dijumpai pada manula dan harus dipertimbangkan pemberian suplemen. Pada osteoporosis simtomatik, terapi ditujukan untuk menghilangkan gejala dan mencegah fraktur lebih lanjut. Pengukuran DEXA setiap 3 sampai 4 tahun berguna untuk menilai keberhasilan terapi dan perlunya terapi alternatif atau tambahan. Pilihan terapi yang tersedia sekarang adalah
a.       Obat yang mengurangi resorbsi tulang : kombinasi elemen kalsium atau vitamin D, bifosfonat, dan / atau terapi estrogen memberikan keuntungan. Kalsitonin bergunan untuk mengurangi nyeri pada fraktur osteoporotik.
b.      Obat lain yang masih dalam percobaan atau tidak diketahui, termasuk fluorid, tiazid, androgen, hormon pertumbuhan, dan paratiroid

Intervensi Bedah
Intervensi bedah dilakukan untuk penatalaksanaan osteoporosis dengan fraktur melalui imobilisasi ketat dan pengembalian fungsi dan aktivitas tulang.







BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A.    Pengkajian
1.      Riwayat keperawatan. Dalam pengkajian riwayat keperawatan, perawat perlu menidentifikasi adanya
a.       Rasa nyeri/ sakit tulang punggung (bagian bawah), leher, dan pinggang
b.      Berat badan menurun
c.       Biasanya diatas 45 tahun
d.      Jenis kelamin sering pada wanita
e.       Pola latihan dan aktivitas
f.       Keadaan nutrisi (misalnya kurang vitamin D dan C, serta kalsium)
g.      Merokok, mengkonsumsi alkohol dan kafein
h.      Adanya penyakit endokrin : diabetes melitus, hipertiroid, hiperparatiroid, sindrom cushing, akromegali, hipogonadisme
2.      Pemeriksaan fisik :
a.       Lakukan penekanan pada tulang punggung terdapat nyeri tekan atau nyri pergerakan
b.      Periksa mobilitas pasien
c.       Amati posisi pasien yang nampak membungkuk
3.      Riwayat psikososial. Penyakit ini sering terjadi pada wanita. Biasanya sering timbul kecemasan, takut melakukan aktiftas, dan perubahan konsep diri. Perawat perlu mengkaji masalah-masalah psokologis yang timbul akibat proses ketuaan dan efek penyakit yang menyertainya.

B.     Diagnosis Keperawatan
Berdasarkan data pengkajian, diagnosis keperawatan untuk pasien osteoporosis yang mengalami frkatur vertebra spontan sebagai berikut :
1.      Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan proses penyakit
2.      Gangguan konsep diri : perubahan citra tubuh dan harga diri yang berhubungan dengan proses penyakit
3.      Nyeri yang berhubungan dengan fraktur dan spasme otot
4.      Risiko cedera (fraktur) yang berhubungan dengan tulang osteoporosis
5.      Kurang pengetahuan tentang perawatan dirumah
C.     Intervensi dan Implementasi Keperawatan
Diagnosis Keperawatan
Tujuan Keperawatan
Intervensi keperawatan
Hambatan mobilitas fisik




















Gangguan konsep diri
















Nyeri yang berhubungan dengan fraktur dan spasme otot










Risiko cedera (fraktur) yang berhubungan dengan tulang osteoporosis


















Kurang pengetahuan
Dapat meningkatakan mobilitas dan aktivitas fisik



















Dapat menggunakan koping yang positif















Nyeri reda












Cedera tidak terjadi





















Memahami osteoporosis dan program pengobatan
·    Gunakan matras dengan tempat tidur papan untukmembantu memperbaiki posisi tulang
·    Bantu pasien menggunakan alat bantu walker atau tongkat
·    Bantu dan ajarkan latihan ROM setiap 4 jam untuk meningkatkan fungsi persendian dan mencegah kontraktur
·    Anjurkan pasien menggunakan brace punggung atau korset, pasien perlu dilatih menggunakannya dan jelaskan tujuannya
·    Kolaborasi dalam pemberian analgetik, estrogen, kalsium, dan vitamin D
·    Kolaborasi dengan ahli gizi dalam program diet tinggi kalsium serta vitamin C dan D
·    Kolaborasi dengan petugas laboratorium dalam memantau kadar kalsium


·   Bantu pasien mengekspresikan perasaan dan dengarkan dengan penuh perhatian
·   Klarifikasi jika terjadi kesalahpahaman tentang proses penyakit dan pengobatan yang telah diberikan
·  Bantu pasien mengidentifikasi pengalaman masa lalu yang menimbulkan kesuksesan atau kebanggaan saat itu
·  Identifikasi bersama pasien tentang alternatif pemecahan masalah yang positif
·  Bantu untuk meningkatkan komunikasi dengan keluarga dan teman

·   Anjurkan istirahat di tempat tidur dengan posisi telentang atau miring
·   Atur posisi lutut fleksi
·   Kompres hangat intermiten dan pijat punggung dapat memperbaiki relaksasi otot
·   Anjurkan posisi tubuh yang baik dan ajarkan mekanika tubuh
·   Gunakan korse/ brace punggung, saat pasien turun dari tempat tidur
·   Kolaborasi dalam pemberian analgesik untuk mengurangi nyeri

·  Anjurkan untuk melakukan aktifitas fisik untuk memperkuat otot, mencegah atrofi, dan memperlambat demineralisasi tulang progesif

·  Latihan isometrik dapat digunakan untuk memperkuat otot batang tubuh

·  Anjurkan pasienuntuk berjalan, mekanika tubuh yang baik, dan postur tubuh yang baik

·  Hindari aktifitas memungkuk mendadak, melengok, dan mengangkat beban lama

·  Lakukan aktifitas di luar ruangan dan dibawah sinar matahari untuk memperbaiki kemampuan tubuh menghasilakan vitamin D


·  Jelaskan pentingnya diet yang tepat, latihan, dan aktifitas fisik yang sesuai, serta istirahat yang cukup
·  Jelaskan penggunaan obat dan efek samping obat yang diberikan secara detail
·  Jelaskan pentingnya lingkungan yang aman
·  Anjurkan mengurangi kafein, alkohol, dan merokok
·  Jelaskan pentingnya perawatan lajutan

D.    Evaluasi Keperawatan
Setelah dilakukan intervensi keperawatan diharapkan :
1.      Aktivitas dan mobilitas fisik terpenuhi
a.       Melakukan ROM secara teratur
b.      Menggunakan alat bantu saat aktifitas
c.       Menggunakan brace/ korset saat aktifitas
2.      Koping pasien positif
a.       Mengekspresikan perasaan
b.      Memilih alternatif pemecahan masalah
c.       Meningkatkan komunikasi
3.      Nyeri berkurang/ hilang
a.       Mengalami peredaan nyeri saat istirahat
b.      Mengalami ketidaknyamanan minimal saat aktifitas sehari-hari
c.       Menunjukan berkurangnya nyeri tekan pada tempat fraktur
4.      Tidak terjadi cedera
a.       Empertahankan postur tubuh yang baik
b.      Menggunakan mekanika tubuh yang baik
c.       Latihan isometrik
d.      Berpartisipasi dalam aktifitas di luar rumah
e.       Menghindari aktivitas yang menimbulkan cedera
5.      Mendapatkan pengetahuan mengenai osteoporosis dan program pengobatan
a.       Menyebutkan hubungan asupan kalsium danlatihan fisik terhadap massa tulang
b.      Mengonsumsi kalsium dengan jumlah yang mencukupi
c.       Meningkatkan latihan fisik
d.      Mengetahui waktu perawatan lanjutan

















BAB III
PENUTUP

Penyusun mengucapkan syukur alhamdullilah kepada Allah SWT, karena pada akhirnya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik meskipun masih banyak kesalahan dan masih kurang sempurna.
Penyusun berharap dengan selesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua serta para pembaca. Penyusun mengucapkan terimakasih kepada para pembaca atas kesediaan membaca makalah ini.

























DAFTAR PUSTAKA

Davey, Patrick. 2002. At A Glance Medicine. Jakarta : Erlangga
J. McPhee, Stephen, dan William F. Ganong. 2010. Patofisiologi Penyakit : Pengantar Menuju Kedokteran klinis. Jakarta : EGC
Noor Helmi, Zairin. 2012. Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta : Salemba Medika
Smeltzer, Suzanne C, dan Brenda G. Bare. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Jakarta : EGC
Suratun. 2008. Klien Gangguan Muskuloskeletal : Seri Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC

Tidak ada komentar:

Posting Komentar