Rabu, 29 Oktober 2014

Infeksi saluran kemih (ISK)



ISK
Infeksi saluran kemih (ISK) sangat sering ditemukan, sekitar 1-2% dari pasien yang berobat ke dokter umum. ISK lebih sering menyerang wanita dan biasanya pada wanita muda yang aktif secara seksual, dimana insidensinya mencapai 0,5/wanita tiap tahun. Kebanyakan infeksi timbula akibat bermigrasinya flora usus melalui uretra menuju kandung kemih. Frekuensi nfeksi saluran kemih pada wanita lebih tinggi dikarenakan ukuran uretra wanita yang pendek; ISK biasanya terjadi setelah hubungan seksual. Faktor lain yang menimbulkan resiko ISK adalah :
  • Kehamilan
  • Pengosongan kandung kemih yang tidak tuntas (misalnya kandung kemih neurogenik pada sklerosis multiprl, cedera medula spinalis).
  • Batu pada saluran kemih
  • Diabetes melitus (semua tersangka ISK harus menjalani tes glukosa urine dengan metode dipstik urine)
  • Abnormalitas struktural dari saluran kemih (misalnya refluks)
  • Pemasangan instrumen dalam saluran kemih (misalnya kateter uretra)

Organisme penyebab biasanya bakteri koliform (70%) dan bakteri patogen lainnya termasuk proteus mirabilis, Staphylococcus epidermimidis, dan Strephcoccus faecalis. Antigen permukaan sel tertentu mungkin memperberat patogenisitas dengan cara membantu adhesi bakteri terhadap permukaan uroepitel.
Gejala tipikal ISK adalah disuria, frekuensi berkemih meningkat dan urgensi, nyeri suprapubik, nyeri pinggang, demam, hematuria, dan urine yang berbau menyengat. Terkadang, terutama pada pasien manula, gejala lokal mungkin tidak ada tetapi pasien dapat datang dengan gejala kebingungan/ atau kedaan umum yang memburuk. Jika infeksi ini terutama menimbulkan gejala pada kandung kemih, maka dapat disebut sistitis, seperti halnya infeksi yang menyerang ginjal dinamakan pielonefritis.

PEMERIKSAAN PENUNJANG
  • Tes dipstik urine : Bakteri gram negatif, organisme yang paling menyebabkan pada ISK, mengubah nitrat (yang merupakan konstituen normal dalam urine) menjadi nitrat, yangg dapat dideteksi oleh tes dipstik. Kehadiran nitrat dalam urine merupakan petunjuk yang berguna untuk menentukan ada atau tidaknya organisme gram negatif patogen. Jika bakteri tidak ditemukan (disebut piuria steril) maka harus dipertimbangkan adanya penyebab lain seperti tuberkulosis saluran ginjal, kanker, dan batu ginjal atau saluran kemih.
  • Pemeriksaan mikroskopik dan kultur dari spesimen urine arus tengah (mikroskopy and culture of a midstream of urine [MC&S of MSU]) : Temuan lebih dari (10)5 organisme/mL urine dianggap signifikan. Kultur memungkinkan identifikasi organisme penyebab dan mengetahui pola resistensinya terhadap antibiotik.
  • Pencitraan saluran ginjal

PENATALAKSANAAN
Pada ISK tanpa komplikasi, terapi antibiotik jangka pendek (5 hari atau bahkan dosis tunggal) biasanya adekuat. Antibiotik yang biasanya diresepkan untuk ISK adalah trimetoprim atau amoksilin, tapi mungkin pola resep ini sudah perlu diubah karena perubahan resistensi dan sinsitifitas organisme penyebab terhadap antibiotik. Asupan cairan yang banyak (> 3L/hari) disarankan untuk mencegah stasis urine dalam kandung kemih dan untuk mengurangi replikasi bakteri.

Davey, Patrick. 2006. At A Glance Medicine. Jakarta : Erlangga

FAKTOR RESIKO
Faktor Risiko
Contoh Umum
Wanita
·         Uretra pendek dan sangat dekat dengan vagina dan anus
·         Berkurangnya estrogen pada pascamenopause dan hilangnya laktobasil vagina yang dapat mencegah infeksi
·         Kehamilan
·         Pemakaian diafragma
Obstruksi
·         Tumor
·         Hipertrofi prostat
·         Batu (kalkuli)
Penyakit kronik
·         Diabetes melitus
·         Hipertensi
·         Penyakit sel sabit
·         Glomerulonefritis
·         Imunosupresi
Instrumentasi
·         Kateterisasi
·         Prosedur diagnostif invasif
Umur
·         Pengosongan kandung kemih tidak sempurna
·         Asiditas urine berkurang
·         Anemia
·         Malnutrisi


Baradero, Mary, dkk. 2008. Seri Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Ginjal. Jakarta : EGC


PATOFISIOLOGI
Patofisiologi infeksi saluran kemih berlangsung secara berurutan. Pada individu normal, biasanya laki-laki maupun perempuan urin selalu steril karena dipertahankan jumlah dan frekuensi kencing. Utero distal merupakan tempat kolonisasi mikroorganisme nonpathogenic fastidious Gram-positive dan gram negative. (Sukandar, E., 2004). Urin biasanya berada dalam keadaan steril. Infeksi berlaku apabila bakteri masuk ke dalam urin dan mula bertumbuh. Proses infeksi ini biasanya bermula pada pembukaan uretra di mana urin keluar dari tubuh dan masuk naik ke dalam traktus urinari.
Biasanya, dengan miksi ia dapat mengeluarkan bakteri yang ada dari uretra tetapi jika bakteri yang ada terlalu banyak, proses tersebut tidak membantu. Bakteri akan naik ke atas saluran kemih hingga kandung kemih dan bertumbuh kembang di sini dan menjadi infeksi. Infeksi bisa berlanjut melalui ureter hingga ke ginjal. Di ginjal, peradangan yang terjadi disebut pielonefritis yang akan menjadi keadaan klinis yang serius jika tidak teratasi dengan tuntas (Balentine, 2009).
Hampir semua infeksi saluran kemih (ISK) disebabkan invasi mikroorganisme asending dari uretra ke dalam kandung kemih. Pada beberapa pasien tertentu invasi mikroorganisme dapat mencapai ginjal. Proses ini, dipermudah refluks vesikoureter. Proses invasi mikroorganisme hematogen sangat jarang ditemukan di klinik, mungkit akibat lanjut dari bakteriema. Ginjal diduga merupakan lokasi infeksi sebagai akibat lanjut septikemi atau endokarditis akibat Stafilokokus aureus. Kelainan ginjal yang terkait dengan endokarditis (Stafilokkokus aureus) dikenal Nephritis Lohein. Beberapa penelitian melaporkan pielonefritis akut (PNA) sebagai akibat lanjut invasi hematogen. (Sukandar, E., 2004)
Patogenesis infeksi saluran kemih sangat kompleks, karena tergantung dari banyak faktor seperti faktor pejamu (host) dan faktor organisme penyebab. Bakteri dalam urin dapat berasal dari ginjal, ureter, vesika urinaria atau dari uretra. Beberapa faktor predisposisi ISK adalah obstruksi urin, kelainan struktur, urolitiasis, benda asing, refluks atau konstipasi yang lama. Bakteri uropatogenik yang melekat pada pada sel uroepitelial, dapat mempengaruhi kontraktilitas otot polos dinding ureter, dan menyebabkan gangguan peristaltik ureter. Melekatnya bakteri ke sel uroepitelial, dapat meningkatkan virulensi bakteri tersebut (Hanson, 1999).
Mukosa kandung kemih dilapisi oleh glycoprotein mucin layer yang berfungsi sebagai anti bakteri. Rusaknya lapisan ini akibat dari mekanisme invasi bakteri seperti pelepasan toksin dapat menyebabkan bakteri dapat melekat, membentuk koloni pada permukaan mukosa, masuk menembus epitel dan selanjutnya terjadi peradangan. Bakteri dari kandung kemih dapat naik ke ureter dan sampai ke ginjal melalui lapisan tipis cairan (films of fluid), apalagi bila ada refluks vesikoureter maupun refluks intrarenal. Bila hanya vesika urinaria yang terinfeksi, dapat mengakibatkan iritasi dan spasme otot polos vesika urinaria, akibatnya rasa ingin miksi terus menerus (urgency) atau miksi berulang kali (frequency), dan sakit waktu miksi (dysuri).
Mukosa vesika urinaria menjadi edema, meradang dan perdarahan (hematuria). Infeksi ginjal dapat terjadi melalui collecting system. Pelvis dan medula ginjal dapat rusak, baik akibat infeksi maupun oleh tekanan urin akibat refluks berupa atrofi ginjal. Pada pielonefritis akut dapat ditemukan fokus infeksi dalam parenkim ginjal, ginjal dapat membengkak, infiltrasi lekosit polimorfonuklear dalam jaringan interstitial, akibatnya fungsi ginjal dapat terganggu. Pada pielonefritis kronik akibat infeksi, adanya produk bakteri atau zat mediator toksik yang dihasilkan oleh sel yang rusak, mengakibatkan parut ginjal (renal scarring). (Hanson, 1999).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar