Selasa, 28 Oktober 2014

Makalah Dysphagia



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Dysphagia didefinisikan sebagai kesulitan makan. Dysphagia adalah perkataan yang berasal dari bahasa Yunani dys yang berarti kesulitan atau gangguan, dan phagia berarti makan.
Disfagia berhubungan dengan kesulitan makan akibat gangguan dalam proses menelan. Kesulitan menelan dapat terjadi pada semua kelompok usia, akibat dari kelainan kongenital, kerusakan struktur, dan/atau kondisi medis tertentu. Masalah dalam menelan merupakan keluhan yang umum didapat di antara orang berusia lanjut, dan insiden disfagia lebih tinggi pada orang berusia lanjut dan pasien stroke. Kurang lebih 51-73% pasien stroke menderita disfagia. Penyebab lain dari disfagia termasuk keganasan kepala- leher, penyakit neurologik progresif seperti penyakit Parkinson, multiple sclerosis, atau amyotrophic lateral sclerosis, scleroderma, achalasia, spasme esofagus difus, lower esophageal (Schatzki) ring, striktur esofagus, dan keganasan esofagus. Disfagia merupakan gejala dari berbagai penyebab yang berbeda, yang biasanya dapat ditegakkan diagnosanya dengan anamnesa, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang lainnya, di antaranya pemeriksaan radiologi dengan barium, CT scan, dan MRI.

B.     Tujuan
a.       Dapat menegtahui pengertian disfagia.
b.      Dapat mengetahui penyebab disfagia.
c.       Dapat mengetahui proses perjalanan disfagia.
d.      Dapat mengetahui pathway disfagia.
e.       Dapat mengetahui tanda dan gejala disfagia.
f.       Dapat mengetahui pemeriksaan penunjang pada disfagia.
g.      Dapat mengetahui penatalaksanaan pada disfagia.





BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian
Disfagia adalah istilah medis untuk gejala kesulitan menelan. Meskipun diklasifikasikan di bawah "gejala dan tanda-tanda" dalam ICD-10, istilah ini kadang-kadang digunakan sebagai kondisi dalam dirinya sendiri. Penderita kadang-kadang tidak mengetahui mereka mengalami Disfagia.
Itu berasal dari Yunani '' dys'' berarti buruk atau acak-acakan, dan '' phago'' berarti "makan". Itu adalah sensasi yang menunjukkan kesulitan dalam bagian padat atau cairan dari mulut ke perut. Disfagia dibedakan dari gejala lain termasuk odynophagia, yang didefinisikan sebagai menelan menyakitkan, dan globus, yang adalah sensasi benjolan di tenggorokan. Disfagia psikogenik dikenal sebagai phagophobia.
Hal ini juga berguna untuk merujuk kepada the physiology of menelan dalam pemahaman Disfagia.
Menelan gangguan dapat terjadi di seluruh kelompok umur yang dihasilkan dari kelainan bawaan, kerusakan struktur, dan/atau kondisi medis. pada pasien yang telah memiliki stroke, dan pada pasien yang mengaku rumah sakit perawatan akut atau kronis fasilitas.
Ada dua tipe disfagia yang utama: Disfagia Esofageal dan Disfagia Orofaringeal. Tipe yang paling umum adalah Disfagia Esofageal, yang biasanya terjadi karena melemahnya otot-otot di dalam esofagus sedangkan Disfagia Orofaringeal seringkali merupakan akibat kerusakan atau melemahnya saraf-saraf dan otot-otot yang berfungsi untuk membantu proses menelan. Disfagia berat dapat menyebabkan pneumonia, infeksi paru-paru dan bahkan kematian prematur apabila seseorang menghindari makan dan minum karena takut tidak dapat menelan makanan tersebut, yang dapat menyebabkan rasa nyeri dan tidak nyaman.
Seseorang dapat mengalami kesulitan menggerakan makanan dari bagian atas tenggorokan ke dalam kerongkongan karena adanya kelainan di tenggorokan.

Masalah ini paling sering terjadi pada orang yang memiliki kelainan pada otot volunter (otot kerangka) atau persarafannya, yaitu penderita :
-          Dermatomiositis
-          miastenia gravis
-          distrofi otot
-          polio
-          kelumpuhan pseudobulbar
-          kelainan otak dan sumsum tulang belakang seperti penyakit Parkinson dan sklerosis lateral amiotropik (penyakit Lou Gehrig)
-          orang yang meminum fenotiazin (obat antipsikosa) juga bisa memiliki kesulitan menelan karena obatnya mempengaruhi otot tenggorokan.      
B.     Etiologi
Penyebab Disfagia adalah:
  • Kehilangan koordinasi dan kekuatan otot esofagus (kerongkongan)
  • Menderita Akalasia (Akalasia adalah kondisi medis yang ditandai dengan ketidakmampuan untuk menyalurkan makanan pada pipa menelan (esofagus) ke dalam lambung)
  • Menderita Kanker Esofageal
  • Menderita Penyakit Refluks Gastroesofageal (penyakit Refluks Gastroesofageal adalah suatu kondisi medis yang ditandai dengan mengalirnya kembali isi dari lambung ke esofagus, yang menyebabkan terjadinya peradangan pada esofagus)
  • Menderita Striktur Esofageal (striktur Esofageal adalah suatu kondisi medis yang ditandai dengan peradangan pada esofagus)
C.     Patofisiologi
Gangguan pada proses menelan dapat digolongkan tergantung dari fase menelan yang dipengaruhinya.
Fase Oral
Gagguan pada fase Oral mempengaruhi persiapan dalam mulut dan fase pendorongan oral biasanya disebabkan oleh gangguan pengendalian lidah. Pasien mungkin memiliki kesulitan dalam mengunyah makanan padat dan permulaan menelan. Ketika meminum cairan, psien mungki kesulitan dalam menampung cairan dalam rongga mulut sebelum menelan. Sebagai akibatnya, cairan tumpah terlalu cepat kadalam faring yang belum siap, seringkali menyebabkan aspirasi.
Logemann's Manual for the Videofluorographic Study of Swallowing mencantumkan tanda dan gejala gangguan menelan fase oral sebagai berikut:
-          Tidak mampu menampung makanna di bagian depan mulut karena tidak rapatnya pengatupan bibir.
-          Tidak dapat mengumpulkan bolus atau residu di bagian dasar mulut karena berkurangnya pergerakan atau koordinasi lidah.
-          Tidak dapat menampung bolus karena berkurangnya pembentukan oleh lidah dan koordinasinya.
-          Tidak mampu mengatupkan gigi untukmengurangi pergerakan madibula.
-          Bahan makanan jatuh ke sulcus anterior atau terkumpul pada sulcus anterior karena berkurangnya tonus otot bibir.
-          Posisi penampungan abnormal atau material jatuh ke dasar mulut karena dorongan lidah atau pengurangan pengendalian lidah.
-          Penundaan onset oral untuk menelan oleh karena apraxia menelan atau berkurangnya sensibilitas mulut.
-          Pencarian gerakan atau ketidakmampuan unutkmengatur gerakan lidah karena apraxia untuk menelan.
-          Lidah bergerak kedepan untuk mulai menelan karena lidah kaku.
-          Sisa-sisa makanan pada lidah karena berkurangnya gerakan dan kekuatan lidah.
-          Gangguan kontraksi (peristalsis) lidah karena diskoordinasi lidah.
-          Kontak lidah-palatum yang tidaksempurna karena berkurangnya pengangkatan lidah.
-          Tidak mampu meremas material karena berkurangnya pergerakan lidah keatas.
-          Melekatnya makanan pada palatum durum karena berkurangnya elevasi dan kekuatan lidah.
-          Bergulirnya lidah berulang pada Parkinson disease.
-          Bolus tak terkendali atau mengalirnya cairan secara prematur atau melekatpada faring karena berkurangnya kontrol lidah atau penutupan linguavelar.
-          Piecemeal deglutition.
-          Waktu transit oral tertunda
Fase Faringeal
Jika pembersihan faringeal terganggu cukup parah, pasienmungkin tidak akan mampu menelan makanan dan minuman yang cukup untuk mempertahankan hidup. Pada orang tanpa dysphasia, sejumlah kecil makanan biasanya tertahan pada valleculae atau sinus pyriform setelah menelan. Dalam kasus kelemahan atau kurangnya koordinasi dari otot-otot faringeal, atau pembukaan yang buruk dari sphincter esofageal atas, pasien mungkin menahan sejumlah besar makanan pada faring dan mengalami aspirasi aliran berlebih setelah menelan.
Logemann's Manual for the Videofluorographic Study of Swallowing mencantumkan tanda dan gejala gangguan menelan fase faringeal sebagai berikut:
-          Penundaan menelan faringeal
-          Penetrasi Nasal pada saat menelan karena berkurangnya penutupan velofaringeal
-          Pseudoepiglottis (setelah total laryngectomy) – lipata mukosa pada dasar lidah
-          Osteofit Cervical
-          Perlengketan pada dinding faringeal setelah menelan karena pengurangan kontraksi bilateral faringeal
-          Sisa makanan pada Vallecular karena berkurangnya pergerakan posterior dari dasar lidah
-          Perlengketan pada depresi di dinding faring karena jaringan parut atau lipatan faringeal
-          Sisa makanan pada puncak jalan napas Karena berkurangnya elevasi laring
-          penetrasi dan aspirasi laringeal karena berkurangnya penutupan jalan napas
-          Aspirasi pada saat menelan karena berkurangnya penutupan laring
-          Stasis atau residu pada sinus pyriformis karena berkurangnya tekanan laringeal anterior
Fase Esophageal
Gangguan fungsi esophageal dapat menyebabkan retensi makanan dan minuman didalam esofagus setelah menelan. Retensi ini dapat disebabka oleh obstruksi mekanis, gangguan motilitas, atau gangguan pembukaan Sphincter esophageal bawah.
Logemann's Manual for the Videofluorographic Study of Swallowing mencantumkan tanda dan gejala gangguan menelan pada fase esophageal sebgai berikut:
-          Aliran balik Esophageal-ke-faringeal karena kelainan esophageal
-          Tracheoesophageal fistula
-          Zenker diverticulum
-          Reflux


Aspirasi
Aspirasi adalah masuknya makanan atu cairan melalui pita suara. Seseorang yang mengalami aspirasi beresiko tinggi terkena pneumonia. Beberapa faktormempengaruhi efek dari aspirasi : banyaknya, kedalaman, keadaan fisik benda yang teraspirasi, dan mekanisme pembersihan paru. Mekanisme pembersihanpasu antara lain kerja silia dan reflek batuk. Aspirasi normalnya memicu refleks batuk yang kuat. Jika ada gangguan sensosris, aspirasi dapat terjadi tanpa gejala.

D.    Pathway


Description: Untitled-1 copy.jpg
 

























E.     Tanda dan gejala
Tanda dan gejala Disfagia yang mungkin timbul:
·         Batuk ketika makan atau minum
·         Mengalami kesulitan menelan
·         Penurunan berat badan yang tidak diinginkan
·         Tersedak

F.      Faktor Resiko
Risiko terjangkit Disfagia meningkat bila Anda:
·         Bertambah tua
·         Dilahirkan sebagai bayi yang Kelahiran Prematur
·         Telah didiagnosa mengidap Gangguan Neurologis

G.    Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan spesifik untuk menilai adanya kelainan anatomi atau sumbatan mekanik :
Penunjang
Kegunaan
  1. Barium Swallow (Esofagogram)

  1. CT Scan
  2. MRI

  1. Laringoskopi direk
  2. Esofagoskopi
  3. Endoskopi ultrasound 
Menilai anatomi dan fs otot faring/esofagus, deteksi sumbatan oleh karena  tumor, striktur,web, akalasia, divertikulum
Kelainan anatomi di kepala, leher dan dada
Deteksi tumor, kalainan vaskuler/stroke, degeneratif proses diotak
Menilai keadaan dan pergerakan otot laring
Menilai lumen esofagus, biopsi
Menilai lesi submukosa

Pemeriksaan penunjang untuk menilai fungsi menelan :
Penunjang
Kegunaan
1.      Modified barium swallow
2.      Leksible fiber optic faringoskop
3.      Video floroscopy recording
4.      Scintigraphy

5.      EMG
6.      Manometri pH metri 24 jam
Menilai keadaan kedua sfingter esofagus, menganalisa transfer dysphagia
Menilai pergerakan faring dan laring

Menilai pergerakan faring dan laring

Menilai gangguan orofaring, esofagus, pengosongan lambung dan GERD (Gastroesophageal refluks disease)
Menilai defisiensi fungsi saraf kranial
Menilai gangguan motilitas peristaltik
Pemeriksaan refluks esofagitis

H.    Penatalaksanaan
Terdapat pengobatan yang berbeda untuk berbagai jenis dysphagia. Pertama dokter dan speech-language pathologists yang menguji dan menangani gangguan menelan menggunakan berbagai pengujian yang memungkinkan untuk melihat bergagai fungsi menelan. salah satu pengujian disebut dengan, laryngoscopy serat optik, yang memungkinkan dokter untuk melihat kedalam tenggorokan. Pemeriksaan lain, termasuk video fluoroscopy, yang mengambil video rekaman pasien dalam menelan dan ultrasound, yang menghasikan gambaran organ dalam tubuh, dapat secara bebas nyeri memperlihakab tahapan-tahapan dalam menelan.
Setelah penyebab disfagia ditemukan, pembedahan atau obat-obatan dapat diberikan. Jika dengan mengobati penyebab dysphagia tidak membantu, dokter mungkin akan mengirim pasien kepada ahli patologi hologist yang terlatih dalam mengatasi dan mengobati masalah gangguan menelan.
Pengobatan dapat melibatkan latihan otot ntuk memperkuat otot-otot facial atau untuk meninkatkan koordinasi. Untuk lainnya, pengobatan dapat melibatkan pelatihan menelan dengan cara khusus. Sebagai contoh, beberapa orang harus makan denan posisi kepala menengok ke salah satu sisi atau melihat lurus ke depan. Meniapkan makanan sedemikian rupa atau menghindari makanan tertentu dapat menolong orang lain. Sebagai contoh, mereka yang tidak dapat menelan minuman mungkin memerlukan pengental khusus untukminumannya. Orang lain mungkin garus menghindari makanan atau minuman yang panan ataupun dingin.
Untuk beberapa orang, namun demikian, mengkonsumsi makanan dan minuman lewat mulut sudah tidak mungkin lagi. Mereka harus menggunakan metode lain untuk memenuhi kebutuhan nutrisi. Biasanya ini memerlukan suatu system pemberian makanan, seperti suatu selang makanan (NGT), yang memotong bagian menelan yang tidak mampu bekerja normal.
Berbagai pengobatan telah diajukan untuk pengobatan disfagia orofaringeal pada dewasa. Pendekatan langsung dan tidak langsung disfagia telah digambarkan. Pendekatan langsung biasnya melibatkan makanan, pendekatan tidak langsung
biasanya tanpa bolus makanan.
Modifikasi diet
Merupakan komponen kunci dalam program pengobatan umum disfagia. Suatu diet makanan yang berupa bubur direkomendasikan pada pasien dengan kesulitan pada fase oral, atau bagi mereka yang memiliki retensi faringeal untuk mengunyah makanan padat. Jika fungsi menelan sudah membaik, diet dapat diubah menjadi makanan lunak atau semi-padat sampai konsistensi normal.
Suplai Nutrisi
Efek disfagia pada status gizi pasien adalah buruk. Disfagia dapat menyebabkan malnutrisi.
Banyak produk komersial yang tersedia untuk memberikan bantuan nutrisi. Bahan-bahan pengental, minuman yang diperkuat, bubur instan yang diperkuat, suplemen cair oral. Jika asupan nutrisi oral tidak adekuat, pikirkan pemberian parenteral.
Hidrasi
Disfagia dapat menyebabkan dehidrasi. Pemeriksaan berkala keadaan hidrasi pasien sangat penting dan cairan intravena diberikan jika terapat dehidrasi
Pembedahan
-          Pembedahan gastrostomy
Pemasangan secara operasi suatu selang gastrostomy memerlukan laparotomy dengan anestesi umum ataupun lokal.
-          Cricofaringeal myotomy
Cricofaringeal myotomy (CPM) adalah prosedur yang dilakukan untuk mengurangi tekanan pada sphicter faringoesophageal (PES) dengan mengincisi komponen otot utama dari PES.
Injeksi botulinum toxin kedalam PES telah diperkenalkan sebagai ganti dari CPM. 














BAB III
PENUTUP

Penyusun mengucapkan syukur alhamdullilah kepada Allah SWT, karena pada akhirnya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik meskipun masih banyak kesalahan dan masih kurang sempurna.
Penyusun berharap dengan selesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua serta para pembaca. Penyusun mengucapkan terimakasih kepada para pembaca atas kesediaan membaca makalah ini.

























DAFTAR PUSTAKA




Tidak ada komentar:

Posting Komentar