MAKALAH
BIOSTATISTIK
KEMATIAN
BAYI DAN BALITA DAN PENYEBABNYA

Disusun Oleh :
1.
Agung Wicaksono
2.
Andita
Apriliani
3.
Cicik Puspita
Cahyaningrum
4.
Lina
Azizzaturohmah
5.
Nur Anggun
Puspita
6.
Nur Hidayati
7.
Riyan Priyanto
8.
Siti Marhamah
9.
Teguh Soleman
10.
Toni Budiyanto
11.
Zayid Al Amin
PROGRAM
STUDI S1 KEPERAWATAN/4A
SEKOLAH
TINGGI ILMU KESEHATAN
HARAPAN
BANGSA
PURWOKERTO
2013
Kata
Pengantar
Puji syukur
Alhamdulillah, penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
nikmat, rahmat serta hidayahNya kepada penyusun sehingga penyusun dapat
menyelesaikan makalah tentang “ Kematian
Bayi dan Balita Determinan Kematian Bayi dan Balita ” , berkat bantuan dari
berbagai pihak sehingga makalah tersusun
dengan baik. Pada kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada :
- Para dosen pengampu mata kuliah Biostatistik.
- Bapak, Ibu dan adik-adiku tersayang yang memberi dukungan dan dorongan kepada penyusun.
- Teman-teman senasib dan seperjuangan yang telah memberi semangat kepada penyusun.
- Pembaca yang budiman.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih
banyak kekurangan dan kesalahan penulisan maupun pemilihan kata, oleh karena
itu penyusun meminta maaf dan mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna
perbaikan makalah ini. Penyusun berharap dengan makalah ini pembaca dapat
menambah pengetahuan dan wawasan.
Purwokerto,
19 April 2013
Penyusun
Daftar
Isi
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.
Jakarta -
Survei Demografi Kntatao Inckinesia (SDKI) 121 mit Departemen Kesehatan
(Depkes) mengungkapkan.rata-rata per tahun terdapat 401 bayi di Indonesia yang
meninggal dunia sebelum umurnya mencapai 1 tahun.
Bila dirinci. 157.000 bayi meninggal
dunia per tahun, atau 430 bayi per hari. Angka Kemauan Balita (Akaba), yaitu 46
dari 1.000 balita meninggal setiap tahunnya. Bila dirinci, kematian balita ini
mencapai 206.580 balita per tahun, dan 569 balita per hari. Parahnya, dalam
rentang waktu 2002-2007, angka neona-tus tidak pernah mengalami penurunan.
Penyebab kemauan terbanyak pada periode ini disebabkan oleh sepsis (infeksi
sistemik), kelainan bawaan, dan infeksi saluran pemapasan akut (Riset Kesehatan
Dasar Depkes 2007).
B. Tujuan
Dapat mengetahui tentang kematian
pada bayi dan balita serta penyebab kematian pada bayi dan balita.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Kematian Bayi dan Balita
Mortalitas bayi adalah indikator
utama status kesehatan penduduk dan ukuran kunsi status kesehatan suatu
komunitas atau populasi.
Angka kematian
bayi (Infant Mortality Rate, IMR ), sebenarnya bukan rate sejati tetapi rasio,
adalah suatu ukuran untuk jumlah kematian dalam periode satu tahun.
B. Angka Kematian
Bayi
Terdapat variasi tingkat kematian
bayi antara negara berkembang dan negara maju. Pada negara-negara berkembang,
tingkat kematian bayi bisa mencapai 200 per 1000 kelahiran hidup, sedangkan di
negara-negara maju angka tersebut bisa dibawah 15 per 1000 kelahiran (Budi
Utomo, 1983). Demikian juga terdapat variasi angka kematian bayi didalam suatu
negara, misalnya antara daerah geografi yang satu dengan lainya, anatar kota
dengan desa, antara berbagai golongan sosial ekonomi penduduk. Di samping itu,
angka kematian bayi pada suatu tempat juga bervariasi menurut waktu.
Di beberapa negara belum berkembang
di Afrika, lebih dari 150 bayi meninggal per 1000 kelahiran untuk setiap
tahunnya dan dibeberapa negara maju, industri, dan negara berpenduduk homogen
kurang dari 8 bayi meninggal dalam 1000 kelahiran setiap tahun. Dibanyak negara
belum berkembang, perawatan pranatal masih sulit ditemukan, demikian pula
dengan kegiatan pokok dalam kesehatan masyarakat seperti imunisasi, sanitasi
dan pengendalian infeksi, yang juga berkontribusi pada tingginya angka kematian
bayi.
Tingkat kematian bayi (IMR) di
Indonesia walaupun terlihat adanya penurunan setelah tahun 1980an dari 146 pada
tahun 1971 menjadi 109 pada tahun 1980, tetapi tetap menunjukan angka yang
tinggi (diatas 100). Negara – negara ASEAN yang lain pada tahun 1978 besarnya
IMR kurang dari 100 (Malaysia 41, Philipina, 80, Muangthai 80an, Singapura 12)
(Pop Ref Bureau, 1978). Di Indonesia setalah tahun 1990 besarnya IMR mulai lebih
kecil dari 100 dan pada tahun 1997 besarnya IMR diperkirakan akan mencapai 52
per 1000 kelahiran.
Angka
kematian bayi (AKB) di Indonesia dari tahun 1967 sampai dengan tahun 1996
menunjukan kecenderungan menurun. Estimasi AKB yang dilakukan Biro Pusat Statistik
adalah berdasarkan perhitungan data dari hasil sensu/ survei (tentang rata-rata
yang dilahirkan hidup menurut ibu).
Pada kurun waktu tahun 1967-1976 (9
tahun), penurunan AKB rata-rata per tahun adalah 3,2%, yaitu 145 per seribu
kelahiran hidup pada tahun 1967, menjadi 109 per 1000 kelahiran hidup pada
tahun 1976. Untuk periode 1986-1992, penurunan AKB rata-rata per tahun adalah
4,1% yaitu 71 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 1986 menjadi 60 per 1000
kelahiran hidup pada tahun 1992. Dari hasil proyeksi, terlihat bahwa AKB pada
tahun 1992 sebesar 60 per 1000 kelahiran hidupyang cenderung menurun menjadi 54
per 1000 kelahiran hidup pada tahun 1996. Berdasarkan jenis kelamin, terlihat
bahwa angka kematian pada bayi laki-laki tampaknya lebih besar dibandingkan
bayi perempuan.
Pola penyakit kematian bayi dari
Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1996 berbeda dengan hasil SKRT tahun
1992. Perbedaan proporsi antara tahun 1986 dan 1992 ini mungkin disebabkan oleh
cakupan sampel SKRT 1986 yang hanya mencakup 7 provinsi, sedangkan pada tahun
1992 mencakup 27 provinsi. Proporsi penyakit penyebab kematian pada bayi hasil
SKRT tahun 1986 yang tertinggi adalah penyakit tetanus neonatorum (19,3%),
sedangkan hasil SRT 1992 adalah penyakit ISPA (36%). Jika dibandingkan hasil
SKRT 1992 dengan hasil SKRT 1995, penyakit sistem pernapasan menduduki urutan
pertama, sedangkan gangguan pranatal naik dari urutan ke 5 dari SKRT 1992 dan
menjadi urutan ke 2 dari SKRT 1995, jika dibandingkan pola penyakit penyebab
kematian bayi antara Jawa-Bali dan Luar Jawa-Bali, terlihat urutan tertinggi di
Jawa-Bali disebabkan gangguan pranatal (33,5%), sedangkan di Luar Jawa-Bali
disebabkan penyakit sistem pernapasan.
IMR di Amerika Serikat tahun 1990
adalah 9,2 kematian per 1000 kelahiran hidup. Pada tahun 1989, IMR pada semua
ras adalah 9,8 per 1000 kelahiran hidup. Di kalangan kulit hitam, IMRnya
sebesar 18,6 dan untuk kulit putih sebesar 8,1 per 1000. Di Amerika Serikat,
IMR menurun tajam selama beberapa tahun dan terus menurun. Pada tahun 1990
untuk setiap kelahiran hidup di kalangan kulit hitam, 18 bayi meninggal sebelum
berusia 1 tahun. IMR untuk kulit putih sebesar 7,9.

C. Penyebab
Kematian Bayi dan Balita
Mortalitas
bayi mencerminkan pemeliharaan nutrisi pranatal dan pascanatal, atau kekurangan
hal tersebut. Jika ibu mendapat asupan kalori dan nutrien yang cukup termasuk
kenaikan berat badan yang sesuai saat hamil, ini akan meningkatkan berat lahir
bayi dan mengurangi kematian serta kesakitan bayi. Perolehan pelayan kesehatan
yang cepat saat kehamilan, sekalugus tidak mengonsumsi obat-obatan, zat kimia,
alkohol, dan tidak merokok dapat mengurangi kematian bayi. Pemberian imunisasi
bagi bayi baru lahir pada waktu yang sesuai juga akan mengurangi kematian bayi.
Tingkat kesehatan bayi (usia 0-1 tahun) dan balita (
usia bawah 5 tahun) juga masih jauh dari yang diharapkan. Berdasarkan data dari
ikatan Dokter Anak Indonesia tahun 2006, angka kematian balita adalah 44
kematian per 1.000 Kelahiran Hidup (KH), diantaranya 34 per 1.000 KH merupakan
kematian bayi dan 19 per 1.000 KH adalah kematian neonatus (usia0-28 hari).
Kematian balita dan bayi terutama disebabkan oleh
diare, radang paru-paru (pneumonia) dan radang selaput otak (meningitis).
Ketiga penyakit ini dapat dicegah melalui pemberian ASI eklusif dan imunisasi.
Jika dihitung ulang, maka 36% dari kematian balita dan 46,2% dari kematian bayi
terjadi pada masa satu bulan pertama kehidupan (masa neonatus).
Sakit dan meninggalnya bayi yang baru lahir atau
neonatus berkaitan erat dengan proses kehamilan dan persalinan. Hal ini
merupakan akibat langsung dari kurangnya pengawasan pada saat kehamilan dan
kurangnya ketrampilan penolong persalinan pada proses kehamilan.
Kematian yang tinggi pada masa neonatus ini
disebabkan oleh asfiksia (kesulitan bernafas pada bayi baru lahir), kurang
bulan (lahir pada kehamilan kurang dari 37 minggu), berat lahir randah (bayi
lahir dengan berat kurang dari 2500 gram), serta infeksi. Penyebab kematian
neonatus lainnya adalah cacat bawaan yang sulit diprediksi. Angka kematian
janin (bayi yang masih berada didalam kandungan) juga masih memprihatinkan.
Banyak sekali
faktor yang dapat dikaitkan dengan kematian bayi. Secara garis besar, dari segi
penyebabnya, kematian bayi dibedakan menjadi dua jenis yaitu :
1.
Kematian
bayi endogen
Adalah
kematian bayi yang disebabkan oleh faktor-faktor anak yang dibawa sejak lahir,
diwarisi oleh orangtuanya pada saat konsepsi atau didapat dari ibunya selama
kehamilan.
2.
Kematian
bayi eksogen
Adalah
kematian bayi yang disebabkan oleh faktor-faktor yang bertalian dengan pengaruh
lingkungan luar
D.
Upaya Menurunkan Angka Kematian Bayi Dan Balita
Pemerintahan
telah membuat berbagai kebijakan untuk mengatasi persoalan kesehatan anak,
khususnya untuk menurunkanangka kematian anak, diantaranya sebagai berikut :
1. Meningkatkan
mutu pelayanan kesehatan dan pemerataan pelayanan kesehatan
Untuk meningkatkan mutu
pelayanan serta pemerataan pelayanan kesehatan yang ada di masyarakat terlah
dilakukan berbagai upaya, salah satunya adalah dengan meletakan dasar
pelayannan kesehatan pada sektor pelayanan dasar. Pelayanan dasar dapat
dilakukan di puskesmas induk, puskesmas pembantu, posyandu, serta unit-uni
terkait dimasyarakat.
Semua bentuk pelayanan
kesehatan perlu didorong dan digerakan untuk menciptakan pelayanan yan prima.
Selain itu, cakupan pelayanan diperluas dengan pemerataan pelayanan kesehatan
untuk segala aspek atau lapisan masyartkat. Bentuk pelayanan tersebut dilakukan
dalam rangka jangkauan pemerataan pelayanan kesehatan. Upaya pemerataan tersebut
dapat dilakukan dengan penyebaran bidan desa dan puskesmas keliling.
Berkaitan dengan
kematian bayi akibat persalinan, maka upaya yang dapat dilakukan adalah
memperbaiki pelayanan kebidanan serta menyebarkan buku KIA, alat monitor
kesehatan oleh tenaga kesehatan, dan alat komunikasi antara tenaga kesehatan
dengan pasien. (Hapsari, 2004).
2. Meningkatkan
status gizi masyarakat
Peningkatan status gizi
masyarakat merupakan bagian dari upaya untuk mendorong terciptanya perbaikan
status kesehatan. Dengan pemberian gizi yang baik diharapkan pertumbuhan dan
perkembangan anak akan baik pula, disamping dapat memperbaiki status kesehatan
anak. Upaya tersebut dapat dilakukan melalui berbagai kegiatan, diantaranya
upaya perbaikan gizi keluarga (UPGK). Kegiatan UPGK tersebut didorong dan
diarahkan pada peningkatan statusgizi, khususnya pada masyarakat yang rawan
atau memiliki resiko tinggi terhadap kematian atau kesakitan. Kelompok resiko
tinggi terdiri atas balita, ibu hamil, ibu menyusui dan lansia yang tergolong ekonominya
rendah. Melalui upaya tersebut, peningkatan kesehatan akan tercakup pada semua
lapisan masyarakat khusunya pada kelompok resiko tinggi.
3. Meningkatkan
peran serta masyarakat
Peningkatan peran serta
masyarakat dalam membantu perbaikan status kesehatan ini penting, sebab upaya
perimerintah dalam rangka menurunkan kematian bayi dan anak tidak dapat
dilakukan hanya oleh pemerintah, melainkan peran serta masyarakat dengan
keterlibatan atau partisipasi secara langsung. Upaya masyarakat tersebut sangat
menentukan keberhasilan program pemerintah sehingga mampu mengatasi berbagai
masalah kesehatan. Melalui peran serta masyarakat diharapkan mampu pula
bersifat efektif dan efisien dalam pelayannan kesehatan. Upaya atau program
pelayannan kesehatan yang membutuhkan peran serta masyarakat antara lain
pelaksanaan imunisasi, penyediaan air bersih, sanitasi lingkungan, perbaikan
gizi, dll. Upaya tersebut akan memudahkan pelaksanaan program kesehatan yang
tepat pada sasaran yang ada.
4. Meningkatkan manajemen kesehatan
Upaya
pelaksanaaan program pelayanan kesehatan anak dapat berjalan dan berhasil
dengan baikbila didukung dengan perbaikan dalam pengelolaan pelayanan
kesehatan. Dalam hal ini adalah peningkatan manajemen pelayanan kesehatan
melalui pendayagunaan tenaga kesehatan profesional yang mampu secara langsung
mengatasi masalah kesehatan anak. Tenaga kesehatan yang dimaksud antara lain
tenaga perawat, bidan, serta dokter yang berada di puskesmas yang secara
langsung berperan dalam pemberian pelayanan kesehatan.
Banyak usaha yang telah dilakukan untuk menurunkan
angka kesakitan dan kematian tersebut terutama dari segi preventif, yaitu
berupa pemeriksaan rutin selama kehamilan dan upaya melahirkan yang aman dengan
bantuan tenaga kesehatan yang terdidik dan tertatih yang dilapang diharapkan
dapat dilakukan oleh bidan desa. Untuk mendukung hal ini, kontak antara ibu
hamil dan tenaga kesehatan diharapkan cukup sering dan akrab (paling sedikit 4
kali selama kehamilan).
Latihan yoga pada ibu hamil secara langsung dapat
meningkatkan kuantitas dan kualitas pemeriksaan antenataal atau ANC (Ante Natal
Care) pemeriksaan rutin selama kehamilan, sehingga cakupan kunjungan anternatal
dapat tercapai. Selain itu, telah terbukti bahwa latian fisik yang dilakukan
dengan baik, benar, dan terukur selama masa kehamilan, dapat mengurangi
terjadinya persalinan lewat waktu dan memperbaiki nilai APGAR metode penilaian
kondisi kesehatan pada bayi baru lahir.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Angka kematian bayi menjadi indikator
pertama dalam menentukan derajat kesehatan anak (WHO, 2002) karena merupakan
cerminan dari status kesehatan anak saat ini. Tingginya angka kematian bayi di
Indonesia disebabkan olehbeberapa fator, diantaranya adalah faktor penyait
infeksi dan kekurangan gizi. Beberapa penyakit yang saat ini masih menjadi
penyebab kematian terbesar dari bayi, diantaranya penyakit diare, tetanus,
gangguan perinatal dan radang saluran nafas bagian bawah (Hapsari, 2004).
Penyebab kematian bayi yang lainnya
adalah berbagai penyakit yang sebenarnya dapat dicegah dengan imunisasi,
seperti tetanus, campak dan difteri. Hal ini terjadi karena masih kurangnya
kesadaran masyarakat untuk memberi imunisasi pada anak.
Kematian pada bayi juga dapat disebabkan
oleh adanya trauma persalinan dan kelainan bawaan yang kemungkinan besar dapat
disebabkan oleh rendahnya status gizi ibu pada saat kehamilan sertakurangnya
jangkauan pelayanan kesehatan dan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan
(WHO, 2002).
B.
Saran
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat,
A. Aziz Alimul. 2008. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak Untuk Pendidikan Kebidanan.
Jakarta : Salemba Medika
Mantra, Ida Bagoes. 2009. Demografi Umum. Yogyakarta :
Pustaka Pelajar
Syafrudin. 2009. Kebidanan
Komunitas. Jakarta : EGC
Timmreck, Thomas C. 2004. Epidemiologi
Suatu Pengantar Edisi 2. Jakarta : EGC
Wiadnyana.
The Power Of Yoga For Pregnancy and Post-Pregnancy.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar