Rabu, 29 Oktober 2014

MAKALAH BIOSTATISTIK KEMATIAN BAYI DAN BALITA DAN PENYEBABNYA



MAKALAH
BIOSTATISTIK
KEMATIAN BAYI DAN BALITA DAN PENYEBABNYA


Description: images (4).jpg


Disusun Oleh :
1.      Agung Wicaksono
2.      Andita Apriliani
3.      Cicik Puspita Cahyaningrum
4.      Lina Azizzaturohmah
5.      Nur Anggun Puspita
6.      Nur Hidayati
7.      Riyan Priyanto
8.      Siti Marhamah
9.      Teguh Soleman
10.  Toni Budiyanto
11.  Zayid Al Amin


PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN/4A
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
HARAPAN BANGSA
PURWOKERTO
2013

Kata Pengantar

Puji syukur Alhamdulillah, penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan nikmat, rahmat serta hidayahNya kepada penyusun sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah tentang  Kematian Bayi dan Balita Determinan Kematian Bayi dan Balita ” , berkat bantuan dari berbagai pihak sehingga  makalah tersusun dengan baik. Pada kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

  1. Para dosen pengampu mata kuliah Biostatistik.
  2. Bapak, Ibu dan adik-adiku tersayang  yang memberi dukungan dan dorongan kepada penyusun.
  3. Teman-teman senasib dan seperjuangan yang telah memberi semangat kepada penyusun.
  4. Pembaca yang budiman.

Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan kesalahan penulisan maupun pemilihan kata, oleh karena itu penyusun meminta maaf dan mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna perbaikan makalah ini. Penyusun berharap dengan makalah ini pembaca dapat menambah pengetahuan dan wawasan.


Purwokerto, 19 April 2013

Penyusun






Daftar Isi

































BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang.
            Jakarta - Survei Demografi Kntatao Inckinesia (SDKI) 121 mit Departemen Kesehatan (Depkes) mengungkapkan.rata-rata per tahun terdapat 401 bayi di Indonesia yang meninggal dunia sebelum umurnya mencapai 1 tahun.
            Bila dirinci. 157.000 bayi meninggal dunia per tahun, atau 430 bayi per hari. Angka Kemauan Balita (Akaba), yaitu 46 dari 1.000 balita meninggal setiap tahunnya. Bila dirinci, kematian balita ini mencapai 206.580 balita per tahun, dan 569 balita per hari. Parahnya, dalam rentang waktu 2002-2007, angka neona-tus tidak pernah mengalami penurunan. Penyebab kemauan terbanyak pada periode ini disebabkan oleh sepsis (infeksi sistemik), kelainan bawaan, dan infeksi saluran pemapasan akut (Riset Kesehatan Dasar Depkes 2007).

B.  Tujuan
            Dapat mengetahui tentang kematian pada bayi dan balita serta penyebab kematian pada bayi dan balita.












BAB II
PEMBAHASAN

A.     Pengertian Kematian Bayi dan Balita
            Mortalitas bayi adalah indikator utama status kesehatan penduduk dan ukuran kunsi status kesehatan suatu komunitas atau populasi.
Angka kematian bayi (Infant Mortality Rate, IMR ), sebenarnya bukan rate sejati tetapi rasio, adalah suatu ukuran untuk jumlah kematian dalam periode satu tahun.

B.     Angka Kematian Bayi
            Terdapat variasi tingkat kematian bayi antara negara berkembang dan negara maju. Pada negara-negara berkembang, tingkat kematian bayi bisa mencapai 200 per 1000 kelahiran hidup, sedangkan di negara-negara maju angka tersebut bisa dibawah 15 per 1000 kelahiran (Budi Utomo, 1983). Demikian juga terdapat variasi angka kematian bayi didalam suatu negara, misalnya antara daerah geografi yang satu dengan lainya, anatar kota dengan desa, antara berbagai golongan sosial ekonomi penduduk. Di samping itu, angka kematian bayi pada suatu tempat juga bervariasi menurut waktu.
            Di beberapa negara belum berkembang di Afrika, lebih dari 150 bayi meninggal per 1000 kelahiran untuk setiap tahunnya dan dibeberapa negara maju, industri, dan negara berpenduduk homogen kurang dari 8 bayi meninggal dalam 1000 kelahiran setiap tahun. Dibanyak negara belum berkembang, perawatan pranatal masih sulit ditemukan, demikian pula dengan kegiatan pokok dalam kesehatan masyarakat seperti imunisasi, sanitasi dan pengendalian infeksi, yang juga berkontribusi pada tingginya angka kematian bayi.
            Tingkat kematian bayi (IMR) di Indonesia walaupun terlihat adanya penurunan setelah tahun 1980an dari 146 pada tahun 1971 menjadi 109 pada tahun 1980, tetapi tetap menunjukan angka yang tinggi (diatas 100). Negara – negara ASEAN yang lain pada tahun 1978 besarnya IMR kurang dari 100 (Malaysia 41, Philipina, 80, Muangthai 80an, Singapura 12) (Pop Ref Bureau, 1978). Di Indonesia setalah tahun 1990 besarnya IMR mulai lebih kecil dari 100 dan pada tahun 1997 besarnya IMR diperkirakan akan mencapai 52 per 1000 kelahiran.
            Angka kematian bayi (AKB) di Indonesia dari tahun 1967 sampai dengan tahun 1996 menunjukan kecenderungan menurun. Estimasi AKB yang dilakukan Biro Pusat Statistik adalah berdasarkan perhitungan data dari hasil sensu/ survei (tentang rata-rata yang dilahirkan hidup menurut ibu).
            Pada kurun waktu tahun 1967-1976 (9 tahun), penurunan AKB rata-rata per tahun adalah 3,2%, yaitu 145 per seribu kelahiran hidup pada tahun 1967, menjadi 109 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 1976. Untuk periode 1986-1992, penurunan AKB rata-rata per tahun adalah 4,1% yaitu 71 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 1986 menjadi 60 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 1992. Dari hasil proyeksi, terlihat bahwa AKB pada tahun 1992 sebesar 60 per 1000 kelahiran hidupyang cenderung menurun menjadi 54 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 1996. Berdasarkan jenis kelamin, terlihat bahwa angka kematian pada bayi laki-laki tampaknya lebih besar dibandingkan bayi perempuan.
            Pola penyakit kematian bayi dari Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1996 berbeda dengan hasil SKRT tahun 1992. Perbedaan proporsi antara tahun 1986 dan 1992 ini mungkin disebabkan oleh cakupan sampel SKRT 1986 yang hanya mencakup 7 provinsi, sedangkan pada tahun 1992 mencakup 27 provinsi. Proporsi penyakit penyebab kematian pada bayi hasil SKRT tahun 1986 yang tertinggi adalah penyakit tetanus neonatorum (19,3%), sedangkan hasil SRT 1992 adalah penyakit ISPA (36%). Jika dibandingkan hasil SKRT 1992 dengan hasil SKRT 1995, penyakit sistem pernapasan menduduki urutan pertama, sedangkan gangguan pranatal naik dari urutan ke 5 dari SKRT 1992 dan menjadi urutan ke 2 dari SKRT 1995, jika dibandingkan pola penyakit penyebab kematian bayi antara Jawa-Bali dan Luar Jawa-Bali, terlihat urutan tertinggi di Jawa-Bali disebabkan gangguan pranatal (33,5%), sedangkan di Luar Jawa-Bali disebabkan penyakit sistem pernapasan.
            IMR di Amerika Serikat tahun 1990 adalah 9,2 kematian per 1000 kelahiran hidup. Pada tahun 1989, IMR pada semua ras adalah 9,8 per 1000 kelahiran hidup. Di kalangan kulit hitam, IMRnya sebesar 18,6 dan untuk kulit putih sebesar 8,1 per 1000. Di Amerika Serikat, IMR menurun tajam selama beberapa tahun dan terus menurun. Pada tahun 1990 untuk setiap kelahiran hidup di kalangan kulit hitam, 18 bayi meninggal sebelum berusia 1 tahun. IMR untuk kulit putih sebesar 7,9.
Description: 190420131266.jpg


C.     Penyebab Kematian Bayi dan Balita
            Mortalitas bayi mencerminkan pemeliharaan nutrisi pranatal dan pascanatal, atau kekurangan hal tersebut. Jika ibu mendapat asupan kalori dan nutrien yang cukup termasuk kenaikan berat badan yang sesuai saat hamil, ini akan meningkatkan berat lahir bayi dan mengurangi kematian serta kesakitan bayi. Perolehan pelayan kesehatan yang cepat saat kehamilan, sekalugus tidak mengonsumsi obat-obatan, zat kimia, alkohol, dan tidak merokok dapat mengurangi kematian bayi. Pemberian imunisasi bagi bayi baru lahir pada waktu yang sesuai juga akan mengurangi kematian bayi.
Tingkat kesehatan bayi (usia 0-1 tahun) dan balita ( usia bawah 5 tahun) juga masih jauh dari yang diharapkan. Berdasarkan data dari ikatan Dokter Anak Indonesia tahun 2006, angka kematian balita adalah 44 kematian per 1.000 Kelahiran Hidup (KH), diantaranya 34 per 1.000 KH merupakan kematian bayi dan 19 per 1.000 KH adalah kematian neonatus (usia0-28 hari).
Kematian balita dan bayi terutama disebabkan oleh diare, radang paru-paru (pneumonia) dan radang selaput otak (meningitis). Ketiga penyakit ini dapat dicegah melalui pemberian ASI eklusif dan imunisasi. Jika dihitung ulang, maka 36% dari kematian balita dan 46,2% dari kematian bayi terjadi pada masa satu bulan pertama kehidupan (masa neonatus).
Sakit dan meninggalnya bayi yang baru lahir atau neonatus berkaitan erat dengan proses kehamilan dan persalinan. Hal ini merupakan akibat langsung dari kurangnya pengawasan pada saat kehamilan dan kurangnya ketrampilan penolong persalinan pada proses kehamilan.
Kematian yang tinggi pada masa neonatus ini disebabkan oleh asfiksia (kesulitan bernafas pada bayi baru lahir), kurang bulan (lahir pada kehamilan kurang dari 37 minggu), berat lahir randah (bayi lahir dengan berat kurang dari 2500 gram), serta infeksi. Penyebab kematian neonatus lainnya adalah cacat bawaan yang sulit diprediksi. Angka kematian janin (bayi yang masih berada didalam kandungan) juga masih memprihatinkan.
Banyak sekali faktor yang dapat dikaitkan dengan kematian bayi. Secara garis besar, dari segi penyebabnya, kematian bayi dibedakan menjadi dua jenis yaitu :
1.      Kematian bayi endogen
Adalah kematian bayi yang disebabkan oleh faktor-faktor anak yang dibawa sejak lahir, diwarisi oleh orangtuanya pada saat konsepsi atau didapat dari ibunya selama kehamilan.
2.      Kematian bayi eksogen
Adalah kematian bayi yang disebabkan oleh faktor-faktor yang bertalian dengan pengaruh lingkungan luar

D.    Upaya Menurunkan Angka Kematian Bayi Dan Balita
Pemerintahan telah membuat berbagai kebijakan untuk mengatasi persoalan kesehatan anak, khususnya untuk menurunkanangka kematian anak, diantaranya sebagai berikut :
1.      Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dan pemerataan pelayanan kesehatan
Untuk meningkatkan mutu pelayanan serta pemerataan pelayanan kesehatan yang ada di masyarakat terlah dilakukan berbagai upaya, salah satunya adalah dengan meletakan dasar pelayannan kesehatan pada sektor pelayanan dasar. Pelayanan dasar dapat dilakukan di puskesmas induk, puskesmas pembantu, posyandu, serta unit-uni terkait dimasyarakat.
Semua bentuk pelayanan kesehatan perlu didorong dan digerakan untuk menciptakan pelayanan yan prima. Selain itu, cakupan pelayanan diperluas dengan pemerataan pelayanan kesehatan untuk segala aspek atau lapisan masyartkat. Bentuk pelayanan tersebut dilakukan dalam rangka jangkauan pemerataan pelayanan kesehatan. Upaya pemerataan tersebut dapat dilakukan dengan penyebaran bidan desa dan puskesmas keliling.
Berkaitan dengan kematian bayi akibat persalinan, maka upaya yang dapat dilakukan adalah memperbaiki pelayanan kebidanan serta menyebarkan buku KIA, alat monitor kesehatan oleh tenaga kesehatan, dan alat komunikasi antara tenaga kesehatan dengan pasien. (Hapsari, 2004).
2.      Meningkatkan status gizi masyarakat
Peningkatan status gizi masyarakat merupakan bagian dari upaya untuk mendorong terciptanya perbaikan status kesehatan. Dengan pemberian gizi yang baik diharapkan pertumbuhan dan perkembangan anak akan baik pula, disamping dapat memperbaiki status kesehatan anak. Upaya tersebut dapat dilakukan melalui berbagai kegiatan, diantaranya upaya perbaikan gizi keluarga (UPGK). Kegiatan UPGK tersebut didorong dan diarahkan pada peningkatan statusgizi, khususnya pada masyarakat yang rawan atau memiliki resiko tinggi terhadap kematian atau kesakitan. Kelompok resiko tinggi terdiri atas balita, ibu hamil, ibu menyusui dan lansia yang tergolong ekonominya rendah. Melalui upaya tersebut, peningkatan kesehatan akan tercakup pada semua lapisan masyarakat khusunya pada kelompok resiko tinggi.
3.      Meningkatkan peran serta masyarakat
Peningkatan peran serta masyarakat dalam membantu perbaikan status kesehatan ini penting, sebab upaya perimerintah dalam rangka menurunkan kematian bayi dan anak tidak dapat dilakukan hanya oleh pemerintah, melainkan peran serta masyarakat dengan keterlibatan atau partisipasi secara langsung. Upaya masyarakat tersebut sangat menentukan keberhasilan program pemerintah sehingga mampu mengatasi berbagai masalah kesehatan. Melalui peran serta masyarakat diharapkan mampu pula bersifat efektif dan efisien dalam pelayannan kesehatan. Upaya atau program pelayannan kesehatan yang membutuhkan peran serta masyarakat antara lain pelaksanaan imunisasi, penyediaan air bersih, sanitasi lingkungan, perbaikan gizi, dll. Upaya tersebut akan memudahkan pelaksanaan program kesehatan yang tepat pada sasaran yang ada.
4.      Meningkatkan manajemen kesehatan
Upaya pelaksanaaan program pelayanan kesehatan anak dapat berjalan dan berhasil dengan baikbila didukung dengan perbaikan dalam pengelolaan pelayanan kesehatan. Dalam hal ini adalah peningkatan manajemen pelayanan kesehatan melalui pendayagunaan tenaga kesehatan profesional yang mampu secara langsung mengatasi masalah kesehatan anak. Tenaga kesehatan yang dimaksud antara lain tenaga perawat, bidan, serta dokter yang berada di puskesmas yang secara langsung berperan dalam pemberian pelayanan kesehatan.

Banyak usaha yang telah dilakukan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian tersebut terutama dari segi preventif, yaitu berupa pemeriksaan rutin selama kehamilan dan upaya melahirkan yang aman dengan bantuan tenaga kesehatan yang terdidik dan tertatih yang dilapang diharapkan dapat dilakukan oleh bidan desa. Untuk mendukung hal ini, kontak antara ibu hamil dan tenaga kesehatan diharapkan cukup sering dan akrab (paling sedikit 4 kali selama kehamilan).
Latihan yoga pada ibu hamil secara langsung dapat meningkatkan kuantitas dan kualitas pemeriksaan antenataal atau ANC (Ante Natal Care) pemeriksaan rutin selama kehamilan, sehingga cakupan kunjungan anternatal dapat tercapai. Selain itu, telah terbukti bahwa latian fisik yang dilakukan dengan baik, benar, dan terukur selama masa kehamilan, dapat mengurangi terjadinya persalinan lewat waktu dan memperbaiki nilai APGAR metode penilaian kondisi kesehatan pada bayi baru lahir.

BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Angka kematian bayi menjadi indikator pertama dalam menentukan derajat kesehatan anak (WHO, 2002) karena merupakan cerminan dari status kesehatan anak saat ini. Tingginya angka kematian bayi di Indonesia disebabkan olehbeberapa fator, diantaranya adalah faktor penyait infeksi dan kekurangan gizi. Beberapa penyakit yang saat ini masih menjadi penyebab kematian terbesar dari bayi, diantaranya penyakit diare, tetanus, gangguan perinatal dan radang saluran nafas bagian bawah (Hapsari, 2004).
Penyebab kematian bayi yang lainnya adalah berbagai penyakit yang sebenarnya dapat dicegah dengan imunisasi, seperti tetanus, campak dan difteri. Hal ini terjadi karena masih kurangnya kesadaran masyarakat untuk memberi imunisasi pada anak.
Kematian pada bayi juga dapat disebabkan oleh adanya trauma persalinan dan kelainan bawaan yang kemungkinan besar dapat disebabkan oleh rendahnya status gizi ibu pada saat kehamilan sertakurangnya jangkauan pelayanan kesehatan dan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan (WHO, 2002).
B.     Saran










DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, A. Aziz Alimul. 2008. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak Untuk Pendidikan Kebidanan. Jakarta : Salemba Medika
Mantra, Ida Bagoes. 2009. Demografi Umum. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Syafrudin. 2009. Kebidanan Komunitas. Jakarta : EGC
Timmreck, Thomas C. 2004. Epidemiologi Suatu Pengantar Edisi 2. Jakarta : EGC
Wiadnyana. The Power Of Yoga For Pregnancy and Post-Pregnancy.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar