BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang
ISK
merupakan jenis infeksi nosokomial yang sering terjadi irumah sakit, sejumlah
40% infeksi nosokomial adalah ISK dan 80%nISK terjadi setelah terpasang
kateterisasi (Darmadi, 2008). Schaffer (2007) menjelaskan sekitar 66% - 86%
infeksi nosokomial jenis ISK terjadi setelah instrumentasi traktus urinarius,
adanya kateter indwelling dalam traktus urinarius dapat menimbulkan
infeksi. Pemakaian kateter dapat menyebabkan infeksi saluran kemih (Weber R,
2004).
B.
Tujuan
Tujuan umum
penulisan makalah ini adalah sebagai pemenuhan tugas Sistem Perkemihan yang berjudul “ISK”.
Tujuan khusus
penulisan makalah ini adalah untuk dapat mengetahui definisi,
etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, pemeriksaan penunjang serta
penatalaksanaan pada gangguan Perkemihan ISK agar dapat
menambah pengetahuan penulis ataupun pembaca.
BAB II
PEMBAHASAN
- Definisi
Infeksi saluran kemih adalah infeksi yang terjadi
disepanjang saluran kemih, termasuk ginjal itu sendiri, akibat poliferasi suati
mikroorganisme.
Infeksi saluran kemih merupakan suatu keadaan adanya infeksi
mikroorganisme pada saluran kemih.
- Klasifikasi
1. Infeksi
Saluran Kemih Atas.
o
Pielonefritis akut biasanya terjadi
akibat infeksi kandung kemih asendens. Selain itu, penyakit ini dapat melalui
infeksi yang ditularkan lewat darah.
o
Pielonefritis kronis dapat terjadi
akibat infeksi berulang, dan biasanya dijumpai pada individu yang sering
mengidap batu, obstruksi lain atau refluks vesikoureter.
2. Infeksi
Saluran Kemih Bawah.
o
Sistitis, adalah presentasi klinis infeksi saluran
kemih disertai bakteriuria bermakna.
o
Sindroma uretra akut (SUA), adalah presentasi klinis
sistitis tanpa ditemukan mikroorganisme (steril).
- Etiologi
1.
Infeksi bakteri escherichia Coli.
2.
Faktor
anatomi : Pada perempuan uretra yang pendek meningkatkan
kemungkinan mikroorganisme yang menempel dilubang uretra selama berhubungan
kelamin memiliki akses kekandung kemih.
3.
Pada anak perempuan dan wanita adalah
kecenderungan budaya untuk menahan urine, serta iritasi kulit lubang uretra
pada wanita sewaktu berhubungan kelamin.
4. Pada
pria dengan usia yang sudah lanjut, penyebab paling sering adalah
hiperplasia prostat jinak (BPH) atau
prostatitis.
Faktor lain yang menimbulkan resiko ISK adalah
:
1. Kehamilan.
2. Pengosongan kandung kemih yang tidak tuntas
(misalnya kandung kemih neurogenik pada sklerosis multiprl, cedera medula
spinalis).
3. Batu pada saluran kemih.
4. Abnormalitas struktural dari saluran kemih
(misalnya refluks).
5. Pemasangan instrumen dalam saluran kemih
(misalnya kateter uretra).
- Manifestasi Klinis
Tanda
gejala pada ISK bawah antara lain :
1. Nyeri
yang sering dan rasa panas ketika berkemih.
2. Spasme
pada area kandung kemih dan suprapubis.
3. Hematuri.
4. Nyeri
punggung bagian bawah.
Tanda
gejala pada ISK bagian atas antara lain :
1. Demam
dan menggigil.
2. Nyeri
pangul dan pinggang.
3. Nyeri
ketika berkemih.
4. Malaise.
5. Mual
dan muntah.
6. Pusing.
- Patofisiologi
Infeksi
Saluran Kemih disebabkan oleh adanya mikroorganisme patogenik dalam traktus
urinarius. Organisme penyebab infeksi pada sulran kemih yang tersering adalah
Escherichia coli, yang menjadi penyebab pada lebih dari 80 % kasus. Mikroorganisme ini masuk melalui :
kontak langsung dari tempat infeksi terdekat, hematogen, limfogen. Ada dua
jalur utama terjadinya ISK, asending dan hematogen. Secara asending yaitu:
·
Masuknya mikroorganisme dalam kandung kemih, antara lain: factor
anatomi dimana pada wanita memiliki uretra yang lebih pendek daripada laki-laki
sehingga insiden terjadinya ISK lebih tinggi, factor tekanan urine saat miksi,
kontaminasi fekal, pemasangan alat ke dalam traktus urinarius (pemeriksaan
sistoskopik, pemakaian kateter), adanya dekubitus yang terinfeksi.
·
Naiknya
bakteri dari kandung kemih ke ginjal. Organisme dapat sampai di ginjal melalui aliran darah atau aliran
getah bening
Secara
hematogen yaitu: sering terjadi pada
pasien yang system imunnya rendah sehingga mempermudah penyebaran
infeksi secara hematogen Ada beberapa hal yang mempengaruhi struktur dan fungsi
ginjal sehingga mempermudah penyebaran hematogen, yaitu: adanya bendungan total
urine yang mengakibatkan distensi kandung kemih, bendungan intrarenal akibat
jaringan parut, dan lain-lain.
Pada usia
lanjut terjadinya ISK ini sering disebabkan karena adanya:
o
Sisa
urin dalam kandung kemih yang meningkat akibat pengosongan kandung kemih yang
tidak lengkap atau kurang efektif.
o
Mobilitas
menurun
o
Nutrisi
yang sering kurang baik
o
System
imunnitas yng menurun
o
Adanya
hambatan pada saluran urin
o
Hilangnya
efek bakterisid dari sekresi prostat.
Sisa urin
dalam kandung kemih yang meningkat tersebut mengakibatkan distensi yang
berlebihan sehingga menimbulkan nyeri, keadaan ini mengakibatkan penurunan
resistensi terhadap invasi bakteri dan residu kemih menjadi media pertumbuhan
bakteri yang selanjutnya akan mengakibatkan gangguan fungsi ginjal sendiri,
kemudian keadaan ini secara hematogen menyebar ke suluruh traktus urinarius.
Selain itu, beberapa hal yang menjadi predisposisi ISK, antara lain: adanya
obstruksi aliran kemih proksimal yang menakibtakan penimbunan cairan bertekanan dalam
pelvis ginjal dan ureter yang disebut sebagai hidronefroses. Penyebab umum
obstruksi adalah: jaringan parut ginjal, batu, neoplasma dan hipertrofi
prostate yang sering ditemukan pada laki-laki diatas usia 60 tahun.
- Pathway
TERLAMPIR
- Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium.
Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan untuk menunjang menegakkan
diagnosis infeksi saluran kemih, antara lain :
a. Urinalisis.
Untuk pengumpulan spesimen, dapat dipilih pengumpulan urin melalui urin
porsi tengah, pungsi suprapubik, dan kateter uretra. Secara umum, untuk anak
laki-laki dan perempuan yang sudah bisa berkemih sendiri, maka cara
pengumpulan spesimen yang dapat dipilih adalah dengan cara urin porsi
tengah.Urin yang dipergunakan adalah urin porsi tengah (midstream). Untuk bayi dan anak kecil, spesimen didapat dengan
memasang kantong steril pada genitalia eksterna. Cara terbaik dalam pengumpulan
spesimen adalah dengan cara pungsi suprapubik, walaupun tingkat kesulitannya
paling tinggi dibanding cara yang lain karena harus dibantu dengan alat USG
untuk memvisualisasikan adanya urine dalam vesica urinaria.
b. Bakteriologis.
Ø Mikroskopis,
pada pemeriksaan mikroskopis dapat digunakan urin segar tanpa diputar atau
pewarnaan gram. Bakteri dinyatakan positif bila dijumpai satu bakteri lapangan
pandang minyak emersi.
Ø Biakan
bakteri, pembiakan bakteri sedimen urin dimaksudkan untuk memastikan diagnosis
ISK yaitu bila ditemukan bakteri dalam jumlah bermakna, yaitu:
Kriteria
untuk diagnosis bakteriuria bermakna
Pengambilan spesimen
|
Jumlah koloni bakteri per ml urin
|
Aspirasi supra pubik
|
> 100 cfu/ml dari 1 atau lebih organisme
patogen
|
Kateter
|
> 20.000 cfu/ml dari 1 organisme patogen
|
Urine bag atau urin
porsi tengah
|
> 100.000 cfu/ml
|
c. Tes
Kimiawi
Beberapa tes kimiawi dapat dipakai untuk penyaring adanya bakteriuria,
diantaranya yang paling sering dipakai adalah tes reduksi griess nitrate. Dasarnya adalah
sebagian besar mikroba kecuali enterococci
mereduksi nitrat.
d. Tes
Plat-Celup (Dip Slide).
Beberapa pabrik mengeluarkan biakan buatan yang berupa lempengan plastik
bertangkai dimana pada kedua sisi permukaannya dilapisi pembenihan padat
khusus. Lempengan tersebut dicelupkan ke dalam urin pasien atau dengan
digenangi urin. Setelah itu lempengan dimasukkan kembali kedalam tabung plastik
tempat penyimpanan semula, lalu diletakkan pada suhu 37oC selama
satu malam. Penentuan jumlah kuman/mL dilakukan dengan membandingkan pola
pertumbuhan kuman yang terjadi dengan serangkaian gambar yang memperlihatkan
pola kepadatan koloni antara 1000 hingga 10.000.000 cfu per mL urin yang
diperiksa.
2. Radiologis
dan Pemeriksaan lainnya.
Pemeriksaan radiologis pada ISK dimaksudkan untuk mengetahui adanya batu
atau kelainan anatomis yang merupakan faktor predisposisi ISK. Pemeriksaan ini
dapat berupa foto polos abdomen, pielografi intravena, demikian pula dengan
pemeriksaan lainnya, misalnya ultrasonografi dan CT Scan.
- Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan
Terapi.
Pada ISK tanpa
komplikasi, terapi antibiotik jangka pendek (5 hari atau bahkan dosis tunggal)
biasanya adekuat. Antibiotik yang biasanya diresepkan untuk ISK adalah
trimetoprim atau amoksilin, tapi mungkin pola resep ini sudah perlu diubah
karena perubahan resistensi dan sinsitifitas organisme penyebab terhadap
antibiotik. Asupan cairan yang banyak (> 3L/hari) disarankan untuk mencegah
stasis urine dalam kandung kemih dan untuk mengurangi replikasi bakteri.
2. Penatalaksanaan
Pencegahan.
1. Beberapa hal
paling penting untuk mencegah infeksi saluran kencing, infeksi kandung kemih,
dan infeksi ginjal adalah menjaga kebersihan diri, bila setelah buang air besar
atau air kecil bersihkan dengan cara membersihkan dari depan ke belakang, dan
mencuci kulit di sekitar dan antara rektum dan vagina setiap hari. Mencuci sebelum
dan sesudah berhubungan seksual juga dapat menurunkan resiko seorang wanita
dari ISK.
2. Minum banyak
cairan (air) setiap hari akan membantu pengeluaran bakteri melalui sistem
urine.
3. Mengosongkan
kandung kemih segera setelah terjadi dorongan untuk buang air kecil juga bisa
membantu mengurangi risiko infeksi kandung kemih atau ISK.
4. Buang air
kecil sebelum dan setelah melakukan hubungan seks dapat flush setiap bakteri
yang mungkin masuk ke uretra selama hubungan seksual.
5. Vitamin C
membuat urin asam dan membantu mengurangi jumlah bakteri berbahaya dalam sistem
saluran kemih.
6. Hindari
pemakaian celana dalam yang dapat membuat keadaan lembab dan berpotensi
berkembang biaknya bakteri.
I.
Masalah
Keperawatan Yang Mungkin Muncul
1.
Nyeri
dan ketidaknyamanan berhubungan dengan inflamasi dan infeksi uretra, kandung
kemih dan sruktur traktus urinarius lain.
2.
Perubahan
pola eliminasi berhubungan dengan obstruksi mekanik pada kandung kemih ataupun
struktur traktus urinarius lain.
3.
Kurangnya
pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan berhubungan
dengan kurangnya sumber informasi.
4.
Resiko
tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan adanya factor resiko nosokomial
5.
Resiko
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake inadekuat.
J.
Intervensi Keperawatan
1.
Nyeri dan ketidaknyamanan
berhubungan dengan inflamasi dan infeksi uretra, kandung kemih dan struktur
traktus urinarius lain.
Tujuan :
Tidak nyeri waktu berkemih, tidak nyeri pada perkusi panggul
Intervensi:
a.
Pantau
keluaran
urine terhadap perubahan warna, bau dan pola berkemih, masukan dan keluaran setiap 8 jam dan pantau hasil
urinalisis ulang
b.
Catat
lokasi, lamanya intensitas skala (1-10) penyebaran nyeri.
c.
Berikan
tindakan nyaman, seperti pijatan punggung, lingkungan istirahat;
d.
Bantu
atau dorong penggunaan nafas berfokus
e.
Berikan
perawatan perineal
f.
Jika
dipaang kateter indwelling, berikan perawatan kateter 2 nkali per hari.
g.
Kolaborasi dengan
tenaga kesehatan lain
h.
Berikan
analgesic sesuai
kebutuhan dan evaluasi keberhasilannya
i.
Berikan
antibiotic. Buat berbagai variasi sediaan minum, termasuk air segar. Pemberian air sampai 2400 ml/hari
2.
Perubahan pola eliminasi berhubungan
dengan obstruksi mekanik pada kandung kemih ataupun struktur traktus
urinarius lain.
Tujuan: Pola eliminasi membaik,
tidak terjadi tanda-tanda gangguan berkemih (urgensi, oliguri, disuria)
Intervensi:
a.
Awasi
pemasukan dan pengeluaran karakteristi urin
b.
Dorong
meningkatkan pemasukan cairan
c.
Kaji
keluhan kandung kemih penuh
d.
Observasi
perubahan status mental, perilaku atau tingkat kesadaran
e.
Kolaborasi dengan
tenaga kesehatan lain
f.
Awasi
pemeriksaan laboratorium; elektrolit, BUN, kreatinin
g.
Lakukan
tindakan untuk memelihara asam urin: tingkatkan masukan sari buah berri dan
berikan obat-obat untuk meningkatkan asam urin.
3.
Kurangnya pengetahuan tentang
kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurangnya
sumber informasi.
Tujuan: Menyatakan mengerti tentang kondisi,
pemeriksaan diagnostic, rencana pengobatan, dan tindakan perawatan diri
preventif.
Intervensi:
a.
Berikan
informasi tentang: sumber infeksi, tindakan untuk mencegah penyebaran, jelaskna
pemberian antibiotic, pemeriksaan diagnostic: tujuan, gambaran singkat,
persiapan ynag dibutuhkan sebelum pemeriksaan, perawatan sesudah pemeriksaan.
b.
Pastikan
pasien atau orang terdekat telah menulis perjanjian untuk perawatan lanjut dan
instruksi tertulis untuk perawatan sesudah pemeriksaan
c.
Instruksikan
pasien untuk menggunakan obat yang
diberikan, minum
sebanyak kurang lebih delapan gelas per hari khususnya sari buah berri.
d.
Berikan
kesempatan kepada pasien untuk mengekspresikan perasaan dan masalah tentang
rencana pengobatan.
4.
Resiko tinggi terhadap infeksi b.d
adanya factor resiko nosokomial
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan
keperawatan klien dapat berkemih tanpa khawatir terinfeksi dengan kriteria
hasil berkemih dengan urine jernih tanpa ketidaknyamanan,kultur urine
menunjukkan tidak ada bakteri.
Intervensi
:
a.
Berikan
perawatan perineal.
b.
Berikan
perawatan kateter jika terpasang kateter.
c.
Lakukan
universal precaution.
d.
Kolaborasi
dengan dokter untuk pemberian obat-obat untuk memelihara asam urine.
5.
Resiko ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan b.d intake inadekuat.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan
keperawatan kebutuhan nutrisi klien terpenuhi dengan kriteria hasil nafsu makan
klien meningkat, intake adekuat.
Intervensi
:
a.
Kaji
masukan nutrisi klien
b.
Anjurkan klien untuk makan sedikit tapi sering.
c.
Pertahankan
hygiene mulut yang baik
d.
Kolaborasi
dengan ahli gizi untuk pemberian diit.
BAB III
PENUTUP
- Kesimpulan
Infeksi saluran kemih
merupakan suati keadaan adanya infeksi mikroorganisme pada saluran kemih.
Penyebab utama dari ISK adalah Infeksi bakteri escherichia Coli.
Klasifikasi
ISK :
1. Infeksi
Saluran Kemih Atas.
o
Pielonefritis akut.
o
Pielonefritis.
2. Infeksi
Saluran Kemih Bawah.
o
Sistitis.
o
Sindroma uretra akut (SUA).
- Saran
Penulis menyadari masih
banyak terdapat kekurangan pada makalah ini. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan sekali kritik yang membangun bagi makalah ini,
agar penulis dapat berbuat lebih baik lagi di kemudian hari. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Corwin, Elizabeth J. 2009. Patofisiologi : Buku Saku. Jakarta :
EGC
Davey, Patrick. 2006. At A Glance
Medicine. Jakarta : Erlangga
Tessy A,
Ardaya, Suwanto. Infeksi Saluran Kemih. In: Suyono HS. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Edisi 3. Jakarta, FKUI. 2001.
makasih banyak buat infonya... sangat membantu
BalasHapushttp://obatasliindonesia.com/obat-herbal-infeksi-saluran-kemih/