Selasa, 28 Oktober 2014

Makalah Infeksi Saluran Perkemihan (ISK)



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar belakang
ISK merupakan jenis infeksi nosokomial yang sering terjadi irumah sakit, sejumlah 40% infeksi nosokomial adalah ISK dan 80%nISK terjadi setelah terpasang kateterisasi (Darmadi, 2008). Schaffer (2007) menjelaskan sekitar 66% - 86% infeksi nosokomial jenis ISK terjadi setelah instrumentasi traktus urinarius, adanya kateter indwelling dalam traktus urinarius dapat menimbulkan infeksi. Pemakaian kateter dapat menyebabkan infeksi saluran kemih (Weber R, 2004).

B.     Tujuan
Tujuan umum penulisan makalah ini adalah sebagai pemenuhan tugas Sistem Perkemihan yang berjudul “ISK”.

Tujuan khusus penulisan makalah ini adalah untuk dapat mengetahui definisi, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, pemeriksaan penunjang serta penatalaksanaan pada gangguan Perkemihan ISK agar dapat menambah pengetahuan penulis ataupun pembaca.
















BAB II
PEMBAHASAN

  1. Definisi
Infeksi saluran kemih adalah infeksi yang terjadi disepanjang saluran kemih, termasuk ginjal itu sendiri, akibat poliferasi suati mikroorganisme.

Infeksi saluran kemih merupakan suatu keadaan adanya infeksi mikroorganisme pada saluran kemih.

  1. Klasifikasi
1.      Infeksi Saluran Kemih Atas.
o   Pielonefritis akut biasanya terjadi akibat infeksi kandung kemih asendens. Selain itu, penyakit ini dapat melalui infeksi yang ditularkan lewat darah.
o   Pielonefritis kronis dapat terjadi akibat infeksi berulang, dan biasanya dijumpai pada individu yang sering mengidap batu, obstruksi lain atau refluks vesikoureter.

2.      Infeksi Saluran Kemih Bawah.
o   Sistitis, adalah presentasi klinis infeksi saluran kemih disertai bakteriuria bermakna.
o   Sindroma uretra akut (SUA), adalah presentasi klinis sistitis tanpa ditemukan mikroorganisme (steril).
  1. Etiologi
1.      Infeksi bakteri escherichia Coli.
2.      Faktor anatomi : Pada perempuan uretra yang pendek meningkatkan kemungkinan mikroorganisme yang menempel dilubang uretra selama berhubungan kelamin memiliki akses kekandung kemih.
3.      Pada anak perempuan dan wanita adalah kecenderungan budaya untuk menahan urine, serta iritasi kulit lubang uretra pada wanita sewaktu berhubungan kelamin.
4.      Pada pria dengan usia yang sudah lanjut, penyebab paling sering adalah hiperplasia  prostat jinak (BPH) atau prostatitis.
Faktor lain yang menimbulkan resiko ISK adalah :
1.      Kehamilan.
2.      Pengosongan kandung kemih yang tidak tuntas (misalnya kandung kemih neurogenik pada sklerosis multiprl, cedera medula spinalis).
3.      Batu pada saluran kemih.
4.      Abnormalitas struktural dari saluran kemih (misalnya refluks).
5.      Pemasangan instrumen dalam saluran kemih (misalnya kateter uretra).

  1. Manifestasi Klinis
Tanda gejala pada ISK bawah antara lain :
1.      Nyeri yang sering dan rasa panas ketika berkemih.
2.      Spasme pada area kandung kemih dan suprapubis.
3.      Hematuri.
4.      Nyeri punggung bagian bawah.

Tanda gejala pada ISK bagian atas antara lain :
1.      Demam dan menggigil.
2.      Nyeri pangul dan pinggang.
3.      Nyeri ketika berkemih.
4.      Malaise.
5.      Mual dan muntah.
6.      Pusing.

  1. Patofisiologi
Infeksi Saluran Kemih disebabkan oleh adanya mikroorganisme patogenik dalam traktus urinarius. Organisme penyebab infeksi pada sulran kemih yang tersering adalah Escherichia coli, yang menjadi penyebab pada lebih dari 80 % kasus. Mikroorganisme ini masuk melalui : kontak langsung dari tempat infeksi terdekat, hematogen, limfogen. Ada dua jalur utama terjadinya ISK, asending dan hematogen. Secara asending yaitu:
·         Masuknya mikroorganisme dalam kandung kemih, antara lain: factor anatomi dimana pada wanita memiliki uretra yang lebih pendek daripada laki-laki sehingga insiden terjadinya ISK lebih tinggi, factor tekanan urine saat miksi, kontaminasi fekal, pemasangan alat ke dalam traktus urinarius (pemeriksaan sistoskopik, pemakaian kateter), adanya dekubitus yang terinfeksi.
·         Naiknya bakteri dari kandung kemih ke ginjal. Organisme dapat sampai di ginjal melalui  aliran darah atau aliran getah bening

Secara hematogen yaitu: sering terjadi pada  pasien yang system imunnya rendah sehingga mempermudah penyebaran infeksi secara hematogen Ada beberapa hal yang mempengaruhi struktur dan fungsi ginjal sehingga mempermudah penyebaran hematogen, yaitu: adanya bendungan total urine yang mengakibatkan distensi kandung kemih, bendungan intrarenal akibat jaringan parut, dan lain-lain.
Pada usia lanjut terjadinya ISK ini sering disebabkan karena adanya:
o   Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat akibat pengosongan kandung kemih yang tidak lengkap atau kurang efektif.
o   Mobilitas menurun
o   Nutrisi yang sering kurang baik
o   System imunnitas yng menurun
o   Adanya hambatan pada saluran urin
o   Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat.

Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat tersebut mengakibatkan distensi yang berlebihan sehingga menimbulkan nyeri, keadaan ini mengakibatkan penurunan resistensi terhadap invasi bakteri dan residu kemih menjadi media pertumbuhan bakteri yang selanjutnya akan mengakibatkan gangguan fungsi ginjal sendiri, kemudian keadaan ini secara hematogen menyebar ke suluruh traktus urinarius. Selain itu, beberapa hal yang menjadi predisposisi ISK, antara lain: adanya obstruksi aliran kemih proksimal yang menakibtakan penimbunan cairan bertekanan dalam pelvis ginjal dan ureter yang disebut sebagai hidronefroses. Penyebab umum obstruksi adalah: jaringan parut ginjal, batu, neoplasma dan hipertrofi prostate yang sering ditemukan pada laki-laki diatas usia 60 tahun.

  1. Pathway
TERLAMPIR




  1. Pemeriksaan Penunjang
1.      Laboratorium.
Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan untuk menunjang menegakkan diagnosis infeksi saluran kemih, antara lain :
a.       Urinalisis.
Untuk pengumpulan spesimen, dapat dipilih pengumpulan urin melalui urin porsi tengah, pungsi suprapubik, dan kateter uretra. Secara umum, untuk anak laki-laki  dan perempuan yang sudah bisa berkemih sendiri, maka cara pengumpulan spesimen yang dapat dipilih adalah dengan cara urin porsi tengah.Urin yang dipergunakan adalah urin porsi tengah (midstream). Untuk bayi dan anak kecil, spesimen didapat dengan memasang kantong steril pada genitalia eksterna. Cara terbaik dalam pengumpulan spesimen adalah dengan cara pungsi suprapubik, walaupun tingkat kesulitannya paling tinggi dibanding cara yang lain karena harus dibantu dengan alat USG untuk memvisualisasikan adanya urine dalam vesica urinaria.

b.      Bakteriologis.
Ø  Mikroskopis, pada pemeriksaan mikroskopis dapat digunakan urin segar tanpa diputar atau pewarnaan gram. Bakteri dinyatakan positif bila dijumpai satu bakteri lapangan pandang minyak emersi.
Ø  Biakan bakteri, pembiakan bakteri sedimen urin dimaksudkan untuk memastikan diagnosis ISK yaitu bila ditemukan bakteri dalam jumlah bermakna, yaitu:
Kriteria untuk diagnosis bakteriuria bermakna
Pengambilan spesimen
Jumlah koloni bakteri per ml urin
Aspirasi supra pubik
>  100 cfu/ml dari 1 atau lebih organisme patogen
Kateter
> 20.000 cfu/ml dari 1 organisme patogen
Urine bag atau urin porsi tengah
> 100.000 cfu/ml




c.       Tes Kimiawi
Beberapa tes kimiawi dapat dipakai untuk penyaring adanya bakteriuria, diantaranya yang paling sering dipakai adalah tes reduksi griess nitrate. Dasarnya adalah sebagian besar mikroba kecuali enterococci mereduksi nitrat.

d.      Tes Plat-Celup (Dip Slide).
Beberapa pabrik mengeluarkan biakan buatan yang berupa lempengan plastik bertangkai dimana pada kedua sisi permukaannya dilapisi pembenihan padat khusus. Lempengan tersebut dicelupkan ke dalam urin pasien atau dengan digenangi urin. Setelah itu lempengan dimasukkan kembali kedalam tabung plastik tempat penyimpanan semula, lalu diletakkan pada suhu 37oC selama satu malam. Penentuan jumlah kuman/mL dilakukan dengan membandingkan pola pertumbuhan kuman yang terjadi dengan serangkaian gambar yang memperlihatkan pola kepadatan koloni antara 1000 hingga 10.000.000 cfu per mL urin yang diperiksa.

2.      Radiologis dan Pemeriksaan lainnya.
Pemeriksaan radiologis pada ISK dimaksudkan untuk mengetahui adanya batu atau kelainan anatomis yang merupakan faktor predisposisi ISK. Pemeriksaan ini dapat berupa foto polos abdomen, pielografi intravena, demikian pula dengan pemeriksaan lainnya, misalnya ultrasonografi dan CT Scan.

  1. Penatalaksanaan
1.      Penatalaksanaan Terapi.
Pada ISK tanpa komplikasi, terapi antibiotik jangka pendek (5 hari atau bahkan dosis tunggal) biasanya adekuat. Antibiotik yang biasanya diresepkan untuk ISK adalah trimetoprim atau amoksilin, tapi mungkin pola resep ini sudah perlu diubah karena perubahan resistensi dan sinsitifitas organisme penyebab terhadap antibiotik. Asupan cairan yang banyak (> 3L/hari) disarankan untuk mencegah stasis urine dalam kandung kemih dan untuk mengurangi replikasi bakteri.




2.      Penatalaksanaan Pencegahan.
1.      Beberapa hal paling penting untuk mencegah infeksi saluran kencing, infeksi kandung kemih, dan infeksi ginjal adalah menjaga kebersihan diri, bila setelah buang air besar atau air kecil bersihkan dengan cara membersihkan dari depan ke belakang, dan mencuci kulit di sekitar dan antara rektum dan vagina setiap hari. Mencuci sebelum dan sesudah berhubungan seksual juga dapat menurunkan resiko seorang wanita dari ISK.
2.      Minum banyak cairan (air) setiap hari akan membantu pengeluaran bakteri melalui sistem urine.
3.      Mengosongkan kandung kemih segera setelah terjadi dorongan untuk buang air kecil juga bisa membantu mengurangi risiko infeksi kandung kemih atau ISK.
4.      Buang air kecil sebelum dan setelah melakukan hubungan seks dapat flush setiap bakteri yang mungkin masuk ke uretra selama hubungan seksual.
5.      Vitamin C membuat urin asam dan membantu mengurangi jumlah bakteri berbahaya dalam sistem saluran kemih.
6.      Hindari pemakaian celana dalam yang dapat membuat keadaan lembab dan berpotensi berkembang biaknya bakteri.

I.       Masalah Keperawatan Yang Mungkin Muncul
1.      Nyeri dan ketidaknyamanan berhubungan dengan inflamasi dan infeksi uretra, kandung kemih dan sruktur traktus urinarius lain.
2.      Perubahan pola eliminasi berhubungan dengan obstruksi mekanik pada kandung kemih ataupun struktur traktus urinarius  lain.
3.      Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurangnya sumber informasi.
4.      Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan adanya factor resiko nosokomial
5.      Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake inadekuat.

J.       Intervensi Keperawatan
1.      Nyeri dan ketidaknyamanan berhubungan dengan inflamasi dan infeksi uretra, kandung kemih dan struktur traktus urinarius lain.
Tujuan : Tidak nyeri waktu berkemih, tidak nyeri pada perkusi panggul
Intervensi:
a.       Pantau keluaran urine terhadap perubahan warna, bau dan pola berkemih, masukan dan keluaran setiap 8 jam dan pantau hasil urinalisis ulang
b.      Catat lokasi, lamanya intensitas skala (1-10) penyebaran nyeri.
c.       Berikan tindakan nyaman, seperti pijatan punggung, lingkungan istirahat;
d.      Bantu atau dorong penggunaan nafas berfokus
e.       Berikan perawatan perineal
f.       Jika dipaang kateter indwelling, berikan perawatan kateter 2 nkali per hari.
g.      Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain
h.      Berikan analgesic sesuai kebutuhan dan evaluasi keberhasilannya
i.        Berikan antibiotic. Buat berbagai variasi sediaan minum, termasuk air segar. Pemberian air sampai 2400 ml/hari

2.      Perubahan pola eliminasi berhubungan dengan obstruksi mekanik pada kandung kemih ataupun struktur traktus urinarius  lain.
Tujuan: Pola eliminasi membaik, tidak terjadi tanda-tanda gangguan berkemih (urgensi, oliguri, disuria)
Intervensi:
a.       Awasi pemasukan dan pengeluaran karakteristi urin
b.      Dorong meningkatkan pemasukan cairan
c.       Kaji keluhan kandung kemih penuh
d.      Observasi perubahan status mental, perilaku atau tingkat kesadaran
e.       Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain
f.       Awasi pemeriksaan laboratorium; elektrolit, BUN, kreatinin
g.      Lakukan tindakan untuk memelihara asam urin: tingkatkan masukan sari buah berri dan berikan obat-obat untuk meningkatkan asam urin.

3.      Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurangnya sumber informasi.
Tujuan: Menyatakan mengerti tentang kondisi, pemeriksaan diagnostic, rencana pengobatan, dan tindakan perawatan diri preventif.
Intervensi:
a.       Berikan informasi tentang: sumber infeksi, tindakan untuk mencegah penyebaran, jelaskna pemberian antibiotic, pemeriksaan diagnostic: tujuan, gambaran singkat, persiapan ynag dibutuhkan sebelum pemeriksaan, perawatan sesudah pemeriksaan.
b.      Pastikan pasien atau orang terdekat telah menulis perjanjian untuk perawatan lanjut dan instruksi tertulis untuk perawatan sesudah pemeriksaan
c.       Instruksikan pasien untuk menggunakan obat  yang diberikan, minum sebanyak kurang lebih delapan gelas per hari khususnya sari buah berri.
d.      Berikan kesempatan kepada pasien untuk mengekspresikan perasaan dan masalah tentang rencana pengobatan.

4.      Resiko tinggi terhadap infeksi b.d adanya factor resiko nosokomial
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan klien dapat berkemih tanpa khawatir terinfeksi dengan kriteria hasil berkemih dengan urine jernih tanpa ketidaknyamanan,kultur urine menunjukkan tidak ada bakteri.
Intervensi :
a.       Berikan perawatan perineal.
b.      Berikan perawatan kateter jika terpasang kateter.
c.       Lakukan universal precaution.
d.      Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat-obat untuk memelihara asam urine.

5.      Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d intake inadekuat.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan kebutuhan nutrisi klien terpenuhi dengan kriteria hasil nafsu makan klien meningkat, intake adekuat.
Intervensi :
a.       Kaji masukan nutrisi klien
b.      Anjurkan klien untuk makan sedikit tapi sering.
c.       Pertahankan hygiene mulut yang baik
d.      Kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian diit.




BAB III
PENUTUP

  1. Kesimpulan
Infeksi saluran kemih merupakan suati keadaan adanya infeksi mikroorganisme pada saluran kemih. Penyebab utama dari ISK adalah Infeksi bakteri escherichia Coli.
Klasifikasi ISK :
1.      Infeksi Saluran Kemih Atas.
o   Pielonefritis akut.
o   Pielonefritis.
2.      Infeksi Saluran Kemih Bawah.
o   Sistitis.
o   Sindroma uretra akut (SUA).

  1. Saran
Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan pada makalah ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan sekali kritik yang membangun bagi makalah ini, agar penulis dapat berbuat lebih baik lagi di kemudian hari. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya.















DAFTAR PUSTAKA

Corwin, Elizabeth J. 2009. Patofisiologi : Buku Saku. Jakarta : EGC
Davey, Patrick. 2006. At A Glance Medicine. Jakarta : Erlangga
Tessy A, Ardaya, Suwanto. Infeksi Saluran Kemih. In: Suyono HS. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi 3. Jakarta, FKUI. 2001.


1 komentar:

  1. makasih banyak buat infonya... sangat membantu

    http://obatasliindonesia.com/obat-herbal-infeksi-saluran-kemih/

    BalasHapus