SISTEM REPRODUKSI
“FISIOLOGI
MONOPAUSE”
KELAS 4A
MAKALAH

DOSEN
PENGAMPU:
Atun
Rodiatul Ma’arifah M.Kep,Ns
OLEH:
KELOMPOK(terlampir
lbr 2)
PRODI
S1 KEPERAWATAN
STIKES HARAPAN BANGSA PURWOKERTO
2013
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha
Kuasa atas berkah dan rahmatnya kelompok kami dapat menyelesaikan tugas MAKALAH
ini, dengan tema yang telah ditentukan yaitu:
“FISIOLOGIS MENOPAUSE”
Dimana menopause merupakan masalah yang penting yang
dialami oleh wanita dimana berujung pada berhentinya proses HAID,
Tak lupa kami mengucapkan banyak terimakasih kepada
dosen pengampu kami yang setia mendidik kami dengan sabar dan ketekunan hingga
kini yaitu yang terhormat :
Ibu.
Atun Rodiatul Ma’arifah M.Kep,Ns
kiranya makalah ini berguna bagi proses pembelajaran
didalam kelas ini walau kami tahu makalah ini hanya sekedar copy paste ataupun
dengan usaha yang tak terlalu keras namun kami harap apa yang kami kerjakan
berguna untuk sesama kami dalam proses pembelajaran, akhir kata kami mohon maaf
apabila ada kesalahan dalam tutur kata ketikan dalam makalah ini.
Wassalamualaikum wr.wb
penulis,
KELOMPOK(terlampir hal 2)
DAFTAR ISI
Halaman
sampul…………………….……………………1
Kata
pengantar……………………………………………2
Daftar
isi…………………………………………………..3
Lampiran
daftar anggota…………………………………4
Bab.I
pendahuluan………………………………………..5
Bab.II.isi……..……………………………………………8
Bab.IIItemuan
ilmiah dan terapy pada monopause……19
Bab.IV.penutup&kesimpulan……….………..…………24
Daftar
Pustaka……………………………………………26
LAMPIRAN
DAFTAR NAMA-NAMA
ANGGOTA KELOMPOK “FISIOLOGIS MONOPAUSE” :
1. Silvia
Desi Necilya
2. Siti
Marhamah
3. Teguh
Soleman
4. Toni
budiyanto
5. Umi
latifah
6. Windi
Damara Kancana
7. Yabniel
Lit jingga
8. Zayid
al-amin
9. Titin
Endang Purwanti
PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
Menopause dikenal sebagai masa berakhirnya menstruasi atau haid, dan sering
dianggap menjadi momok dalam kehidupan wanita. Sebagian besar wanita mulai
mengalami gejala menopause pada usai 40-an dan puncaknya tercapai pada
usia 50 tahun. Kebanyakan mengalami gejala kurang dari 5 tahun dan sekitar 25%
lebih dari 5 tahun. Namun bila diambil rata-ratanya, umumnya seorang wanita
akan mengalami menopause sekitar usia 45-50 tahun (Rostiana 2009).
Menurut perhitungan para ilmuwan
pada tahun 2030 mendatang diperkirakan jumlah perempuan di dunia yang memasuki
masa menopause akan mencapai 1,2 milyar orang. Itu artinya sebanyak 1,2 milyar
perempuan akan memasuki usia lebih 50 tahun, dan angka itu merupakan tiga kali
lipat angka sensus tahun 1990 tentang jumlah perempuan menopause (Siswono
2001). Sementara di Indonesia menurut badan pusat statistika (BPS), pada 2025
diperkirakan akan ada 60 juta wanita menopause (Anonim 2007).
Akibat perubahan dari haid menjadi tidak haid lagi, otomatis
terjadi perubahan organ reproduksi wanita. Perubahan fungsi indung telur
akan memengaruhi hormon dalam yang kemudian memberikan pengaruh pada
organ tubuh wanita pada umumnya. Tidak heran apabila kemudian muncul
berbagai keluhan fisik, baik yang berhubungan dengan organ reproduksinya
maupun organ tubuh pada umumnya. Tidak hanya itu, perubahan ini seringkali
memengaruhi keadaan psikis seorang wanita (Rostiana 2009).
Keluhan psikis sifatnya sangat individual yang dipengaruhi
oleh sosial budaya, pendidikan, lingkungan, dan ekonomi. Keluhan fisik maupun
psikis ini tentu saja akan mengganggu kesehatan wanita yang bersangkutan
termasuk perkembangan psikisnya. Selain itu, bisa memengaruhi kualitas
hidupnya. Dalam menyingkapi dirinya yang akan memasuki masa menopause, beberapa
wanita menyambutnya dengan biasa. Mereka menganggap kondisi ini sebagai bagian
dari siklus hidupnya (Rostiana 2009).
Gejala-gejala psikologis pada masa menopause adalah perasaan
murung, kecemasan, irritabilitas dan perasaan yang berubah-ubah, labilitas
emosi, merasa tidak berdaya, gangguan daya ingat, konsentrasi berkurang, sulit
mengambil keputusan, merasa tidak berharga (Glasier dan Gebbie 2006). Sementara
gejala-gejala fisik yang timbul pada menopause adalah semburan rasa panas (hot
flushes) dan keringant pada malam hari, kelelahan, insomnia, kekeringan
kulit dan rambut, sakit dan nyeri pada persendian, sakit kepala, palpitas
(denyut jantung cepat dan teratur), dan berat badan bertambah (Anonim 2007).
Makalah ini ingin menjelaskan mengenai pengertian menopause
dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, bagaimana proses fisiologis menopause,
gejala fisik dari menopause, serta temuan-temuan ilmiah terkait makanan dan
minuman yang cocok untuk dikonsumsi oleh wanita yang sedang mengalami
menopause. Selain itu akan dijelaskan juga mengenai terapi estrogen pada wanita
menopause.
b. Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan mengenai
pengertian menopause, faktor-faktor yang mempengaruhi menopause, bagaimana
proses fisiologis menopause, dan gejala fisik dari menopause. Selain itu untuk
memberikan informasi mengenai temuan-temuan ilmiah terkait makanan dan minuman
yang dianjurkan bagi wanita menopause serta memberikan penjelasan mengenai
terapi estrogen pada wanita menopause.
c. Kegunaan
Makalah ini diharapkan dapat menjadi tambahan pengetahuan untuk teman-teman dan
dalam lancarnya proses belajar kami dalam study mata kuliah SISTEM REPRODUKSI
ini.
BAB II.
ISI
a.
Pengertian Menopause
Kasdu (2004) mendefinisikan
menopause merupakan sebuah kata yang mempunyai banyak arti, men dan pauseis
adalah kata Yunani yang pertama kali digunakan untuk menggambarkan berhentinya
haid. Rahman (1995), mengatakan menopause terjadi pada usia menjelang 50 tahun
yang ditandai dengan berhentinya haid terakhir dari uterus yang dipengaruhi
oleh hormon-hormon dari otak dan sel-sel telur.
Menopause merupakan salah satu fase
kehidupan normal seorang wanita
Masa menopause yaitu kapasitas reproduksi wanita berhenti, Ovarium tidak lagi berfungsi, produksi hormon steroid dan peptida berangsur-angsur hilang.
Drajat (1994) mendefinisikan menopause sebagai peralihan masa reproduksi ke masa non reproduksi (tua) dimana kemampuan alat-alat reproduksinya mulai menurun yang disebabkan berkurangnya hormon estrogen dan progesteron yang mulai memegang peranan sangat penting dalam berbagai aktivitas tubuh. Baziad (2002) menyebutkan menopause sebagai pendarahan rahim yang masih diatur oleh fungsi hormon indung telur. Istilah menopause digunakan untuk mengatakan suatu perubahan hidup dan pada saat itulah wanita mengalami periode terakhir masa haid. Menopause adalah saat dimana tidak ada telur yang masuk lagi sehingga tidak direproduksi oleh indung telur, maka wanita itu tidak dapat hamil lagi (Rahman, 1995).
Masa menopause yaitu kapasitas reproduksi wanita berhenti, Ovarium tidak lagi berfungsi, produksi hormon steroid dan peptida berangsur-angsur hilang.
Drajat (1994) mendefinisikan menopause sebagai peralihan masa reproduksi ke masa non reproduksi (tua) dimana kemampuan alat-alat reproduksinya mulai menurun yang disebabkan berkurangnya hormon estrogen dan progesteron yang mulai memegang peranan sangat penting dalam berbagai aktivitas tubuh. Baziad (2002) menyebutkan menopause sebagai pendarahan rahim yang masih diatur oleh fungsi hormon indung telur. Istilah menopause digunakan untuk mengatakan suatu perubahan hidup dan pada saat itulah wanita mengalami periode terakhir masa haid. Menopause adalah saat dimana tidak ada telur yang masuk lagi sehingga tidak direproduksi oleh indung telur, maka wanita itu tidak dapat hamil lagi (Rahman, 1995).
Menopause adalah perubahan yang normal terjadi pada
kehidupan seorang wanita ketika periode menstruasinya berhenti. Seorang wanita
sudah mencapai menopause apabila dia tidak mendapatkan menstruasi selama 12
bulan secara berurutan, dan tidak ada penyebab lain untuk perubahan yang
terjadi. Selama menopause, yang umumnya terjadi pada usia 45 – 55 tahun, tubuh
seorang wanita secara perlahan mengurangi produksi hormon estrogen dan
progesterone sehingga terjadilah berbagai gejala
Menurut Takesihaeng (2000)
masa menopause adalah keadaan dimana seseorang berhenti dari masa haidnya
selamanya. Menopause berarti berakhir dari kesuburan dan peralihan menjadi
seorang wanita tua, pada suatu masa menopause berarti akhir daya tarik seksual
dan dalam beberapa masyarakat primitif masih diartikan sebagai penurunan pada
wanita tua yang dianggap netral secara seksual. Secara singkat dapat dikatakan
bahwa menopause merupakan suatu proses peralihan dari masa produktif menuju
perubahan secara perlahan-lahan ke masa non produktif yang disebabkan oleh
berkurangnya hormon estrogen dan progesteron seiring dengan
bertambahnya usia.
b.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Menopause
Menurut Blackburn dan Davidson (1990), faktor-faktor yang
mempengaruhi menopause adalah:
a. Umur sewaktu mendapat haid pertama kali (menarch)
Beberapa penelitian menemukan hubungan antara umur pertama
mendapat haid pertama dengan umur sewaktu memasuki menopause. Semakin
muda umur sewaktu mendapat haid pertama kali, semakin tua usia memasuki
menopause.
b. Kondisi kejiwaan dan pekerjaan
Ada peneliti yang menemukan pada wanita yang tidak menikah
dan bekerja, umur memasuki menopause lebih muda dibandingkan dengan wanita
sebaya yang tidak bekerja dan menikah.
c. Jumlah anak
Ada peneliti yang menemukan, makin sering melahirkan, makin
tua baru memasuki menopause. Kelihatannya kenyataan ini lebih sering terjadi
pada golongan ekonomi berkecukupan dibandingkan pada golongan masyarakat
ekonomi kurang mampu.
d. Penggunaan obat-obat Keluarga Berencana (KB)
Karena obat-obat KB memang menekan fungsi hormon dari indung
telur, kelihatannya wanita yang menggunakan pil KB lebih lama baru memasuki
umur menopause.
e. Merokok
Wanita perokok kelihatannya akan lebih muda memasuki usia
menopause dibandingkan dengan wanita yang tidak merokok.
f. Cuaca dan ketinggian tempat tinggal dari pemukaan laut
Wanita yang tinggal di ketinggian lebih dari 2000-3000 m
dari permukaan laut lebih cepat 1-2 tahun memasuki usia menopause dibandingkan
dengan wanita yang tinggal di ketinggian < 1000 m dari permukaan laut.
g. Sosio-ekonomi
Menopause juga dipengaruhi oleh faktor status sosio-ekonomi,
di samping pendidikan dan pekerjaan suami. Begitu juga hubungan antara tinggi
badan dan berat badan wanita yang bersangkutan termasuk dalam pengaruh
sosio-ekonomi.
c.
Proses Fisiologis Menopause
Klimakterium adalah masa yang bermula dari akhir tahap
reproduksi, berakhir pada awal senium (usia tua) dari terjadi pada wanita
berumur 40-65 tahun. Masa ini ditandai dengan berbagai keluhan endokrinologi
dan vegetatif. Keluhan tersebut terutama disebabkan oleh menurunnya fungsi
ovarium. Gejala menurunnya fungsi ovarium adalah henti haid pada seorang wanita
yang dikenal dengan menopause (Sastrawan 1997).
Menopause adalah terhentinya ovulasi yang disebabkan tidak
adanya respon oosit indung telur (ovarium) dan secara umum pada usia
antara 47-53 tahun. Menopause secara biological didefinisikan sebagai
berakhirnya menstruasi, pertanda bahwa hilangnya kemampuan untuk memilki anak.
Menopause bersamaan dengan penurunan estrogen (hormon seks wanita yang
utama) menjadi 1/10 dari jumlah sebelummya (Camellia 2008).
Kurun waktu 4-5 tahun setelah menopause disebut pramenopause, sedangkan kurun
waktu 3-5 tahun setelah menopause disebut sebagai masa pascamenopause. Masa
pramenopause, menopause dan pascamenopause dikenal sebagai masa klimakterium
sedangkan keluhan-keluhan yang terjadi pada masa tersebut disebut sebagai
sindroma klimakterik (Camellia 2008).
Menopause dapat terjadi juga segera setelah pembedahan
pembuangan ovarium. Perimenopause mengacu pada tahun-tahun sekitar menopause
dimana fungsi ovarium mulai berubah. Jumlah sel telur menurun dan ovarium
menjadi lebih resisten terhadap aksi Follicie-Stimulating Hormon (FSH), ovarium
mulai menghasilkan penurunan jumlah estrogen, progesteron dan androgen.
Hilangnnya negative feedback dari estrogen ovarium menyebabkan
peningkatan sekresi FSH dan Luteinizing Hormon (LH). Terdapat
juga penurunan sekresi inhibin glikoprotein (secara selektif menghambat FSH).
Aksi peristiwa ini mengakibatkan peningkatan FSH menjadi menetap, yang
dapat menjadi tanda bahwa menopause sudah dekat (Thompson 2003).
Gejala vasomotor mulai terjadi pada masa ini. Penyebab pasti dari gejala ini
tidak diketahui. Mungkin terkait pada sekresi LH. Gejala ini
memperlihatkan terjadi secara bersamaan dangan jumlah LH yang naik turun
dan tidak FSH. Gejala didahului adanya tanda prodromal secara subjektif
bahwa flush sedang dimulai. Keadaan ini dapat diukur, terjadi
peningkatan panas diseluruh permukaan tubuh, dan temperatur pusat yang menurun
pada waktu singkat, flush tidak dilepaskan dari panas tubuh yang
terakumulasi tapi lebih merupakan eksitasi yang tidak sesuai secara tiba-tiba
dari mekanisme pelepas panas. Hubungan ini terhadap naik-turunnya LH dan
perubahan temperatur dalam otak tidak dimengerti. Pengamatan bahwa flush
terjadi setelah hipofliksetomi mendukung bahwa mekanisme ini tidak dibangkitkan
secara langsung oleh pelepasan LH (Thompson 2003).
Hot Flush digambarkan berupa onset yang tiba-tiba dari memerahnya kulit
bagian kepala, leher dan dada bersamaan dengan perasaan panas tubuh yang hebat
dan diakhiri oleh (kadang-kadang) keringat yang banyak. Lamanya flush
bervariasi dari beberapa detik sampai beberapa menit, frekuensi yang jarang
dapat berulang tiap menit. Akhirnya flush menjadi lebih sering muncul dan
hebat pada malam hari, ketika wanita terjaga dari tidur atau selama masa-masa
stess. Meskipun flush dapat terjadi pada pramenopause, pada kebanyakan
wanita ini berkahir 1-2 tahun, tetapi sebanyak 25% lebih lama dari 5 tahun
(Sastrawan 1997).
Siklus menstruasi mungkin anovulasi, menimbulkan menstruasi hilang atau
perdarahan yang ireguler. Dengan penurunan jumlah estrogen wanita dapat
mengalami insomnia, masalah dengan konsentrasi, kehilangan memori jangka pendek
dan iritabel, akhirnya produksi estrogen dan progesteron ovarium berhenti. Dan
hal ini memperisposisi untuk terjadinya osteoporosis, dan penyakit
kardiovaskular. Pada menopause yang alami ovarium tetap utuh dan terus
mensekresi androgen termasuk testosteron dan androspenedion yang dapat diubah
menjadi estron (estrogen lemah) tapi produksi testosteron ovarium turun menjadi
30% (ini menerangkan 40% produksi testosteron pasca menopause) dimana sisanya
dihasilkan oleh kelenjar adrenal. Androgen dari kedua sumber diaromatisasi pada
beberapa jaringan perifer, khususnya sel lemak menjadi estron. Oleh karena itu
wanita yang obesitas dapat memilki jumlah estrogen endogen pascamenopause yang
lebih tinggi dan lebih sedikit gejala defisiensi estrogen yang muncul (Thompson
2003).
Estrogen memilki efek yang luas pada system saraf pusat, memperlihatkan
kemampuannya untuk merubah konsentrasi dan ketersediaan neurotransmitter
seperti serotonin dan noradrenalin. Contohnya estrogen meningkatkan jumlah
pemecahan dari monoamine oxiduse, sehingga menghasilkan jumlah
katekolamin juga serotonin lebih tinggi. Estrogen juga meningkatkan ikatan dari
agonis GABA dan reseptor GABA yang upregulasi menjadi berubah pada keadaan
depresi. Dalam hal efeknya terhadap sistem dopamin beberapa penelitian
mendukung bahwa estrogen meningkatkan sensitifitas dari sistem dopaminergik.
Namun penelitian-penalitian lain telah menunjukkan estrogen dapat juga memilki
efek penghambat aktifitas dopamin, khususnya reseptor D2. Meskipun estrogen
memilki beberapa pengaruh pada sistem dopamin, ini belum jelas apakah efek ini
bermakna atau relevan secara klinis (Camellia 2008)
Bukti-bukti yang ada mendukung bahwa hormon-hormon wanita
memiliki pengaruh pada kerentanan gangguan mood pada wanita. Wanita yang
menstruasi pada masa premenopause, usaha bunuh diri lebih sering pada minggu
pertama setelah minggu keempat dari siklus menstruasi dimana dijumpai produksi
esradiol (E2) menurun (Camellia 2008).
d.
Gejala Fisik Menopause
Ada beberapa gejala fisik yang banyak dialami oleh
wanita menopause. Takesihaeng (2000) mengungkapkan gejala fisik yang mungkin
dialami saat mencapai masa menopause adalah berupa rasa panas yang tiba-tiba
menyerang bagian atas tubuh, keluar keringat yang berlebihan pada malam hari,
sulit tidur, iritasi pada kulit, gejala pada mulut dan gigi, kekeringan vagina,
kesulitan menahan buang air kecil, dan peningkatan berat badan. Pada saat
rasa panas menyerang bagian atas tubuh, wajah dan leher menjadi merah padam,
kadang timbul juga noda kemerahan dikulit dada, punggung dan lengan.
Keluar keringat yang berlebihan pada malam hari
terjadi akibat turunnya kadar estrogen dalam pembuluh darah. Selain pada
keadaan fisik timbul beberapa keluhan psikologis yang kerap kali muncul pada
wanita menopause. Keluhan psikologis itu adalah adanya penurunan daya
ingat terhadap hal-hal yang sebelumnya mudah untuk diingat, rasa cemas tanpa
ada sebab yang jelas, mudah marah, serangan rasa panik (bentuk kecemasan yang
lebih khusus, melibatkan bukan hanya sekedar perasaan tapi juga fisik), dan
depresi (Takesihaeng 2000).
Gejala-gejala juga yang normal dialami pada masa menopause
dan cara menanganinya adalah :
* Hot flashes
Hot flashes umum terjadi pada wanita menopause, berlangsung
selama 30 detik sampai beberapa menit, dan kadang diikuti dengan berkeringat
terutama malam hari. Lingkungan panas, makan makanan atau minuman panas atau
makanan pedas, alkohol, kafein, dan stress dapat menyebabkan terjadinya hot
flashes. Modifikasi gaya hidup, olahraga teratur, dan meredakan kecemasan dapat
menurunkan gejala ini. Hubungi dokter bila memerlukan obat-obat antidepresi
atau terapi hormonal.
* Kekeringan pada vagina
Gejala pada vagina dikarenakan vagina yang menjadi lebih
tipis, lebih kering, dan kurang elastik berkaitan dengan turunnya kadar hormon
estrogen. Gejalanya adalah kering dan gatal pada vagina atau iritasi dan atau
nyeri saat bersenggama. Dapat menggunakan pelumas vagina yang dijual bebas atau
krim pengganti estrogen yang digunakan dengan mengusapkannya pada vagina.
Apabila terjadi perdarahan setelah menggunakan krim estrogen segera pergi ke
dokter
* Gangguan tidur
Lakukan latihan fisik sekitar 30 menit per hari tapi hindari
berolahraga dekat dengan waktu tidur. Hindari alkohol, kafein, makan dalam
jumlah besar, dan bekerja tepat sebelum waktu tidur. Usahakan suhu kamar tidur
tidak terlalu panas. Hindari tidur siang dan coba untuk tidur dan bangun pada
waktu yang sama setiap harinya. Dapat dilakukan latihan relaksasi seperti
meditasi sebelum tidur
* Gangguan daya ingat
Tidur dalam jumlah yang cukup dan usahakan tetap aktif
selalu
* Perubahan mood
Tidur dalam jumlah yang cukup dan usahakan aktif selalu
* Penurunan keinginan berhubungan seksual
Pada beberapa kasus penyebabnya adalah faktor emosi. Selain
itu, penurunan kadar estrogen menyebabkan kekeringan pada vagina sehingga
berhubungan seksual menjadi tidak nyaman dan sakit. Konsumsi hormon androgen
dapat meningkatkan gairah seksual dan pemakaian pelumas dapat mengurangi nyeri.
Beberapa wanita mengalami perubahan gairah seksual akibat rasa rendah diri karena
perubahan pada tubuhnya. Grup konseling dapat membantu
* Gangguan berkemih
Kadar estrogen yang rendah menyebabkan penipisan jaringan
kandung kemih dan saluran kemih yang berakibat penurunan kontrol dari kandung
kemih atau mudahnya terjadinya kebocoran air seni (apabila batuk, bersin, atau
tertawa) akibat lemahnya otot di sekitar kandung kemih. Hal tersebut dapat
meningkatkan risiko infeksi saluran kemih.
Hal tersebut diatasi dengan latihan panggul (pelvic floor
exercise) atau Kegel. Kontraksikan otot panggul seperti ketika sedang
mengencangkan atau menutup vagina atau membuka anus (dubur). Tahan kontraksi
dalam 3 hitungan kemudian relaksasikan. Tunggu beberapa detik dan ulangi lagi.
Lakukan latihan ini beberapa kali dalam sehari (dengan total 50 kali per hari)
maka dapat memperbaiki kontrol kandung kemih
* Perubahan fisik lainnya
Distribusi lemak tubuh setelah menopause menjadi berubah,
lemak tubuh pada umumnya terdeposit pada bagian pinggang dan perut. Selain itu
terjadi perubahan di tekstur kulit yaitu keriput dan jerawat. Sejak meopause,
badan wanita menghasilkan sedikit hormon pria testosteron yang mengakibatkan
beberapa wanita dapat mengalami pertumbuhan rambut pada bagian dagu, bagian
bawah dari hidung, dada, atau perut.
e.
Stadium Menopause
ü Menopause prematur (menopause dini)
Kegagalan ovarium prematur adalah
menopause yang terjadi sebelum usia 40 tahun. Penyebabnya tidak diketahui namun
mungkin berkaitan dengan penyakit autoimun atau faktor keturunan. Selain itu,
menopause dini dapat terjadi karena obat-obatan atau operasi. Operasi
pengangkatan indung telur (oophorectomy) akan mengakibatkan menopause dini.
Apabila dilakukan operasi pengangkatan rahim (histerektomi) tanpa pengangkatan
indung telur maka gejala menopause dini tidak akan terjadi karena indung telur
masih mampu menghasilkan hormon. Selain itu, terapi radiasi maupun kemoterapi
dapat menyebabkan menopause bila diberikan pada wanita yang masih berovulasi
(mengeluarkan sel telur).
Wanita yang mengalami menopause dini memiliki gejala yang
sama dengan menopause pada umumnya seperti hot flashes (perasaan hangat di
seluruh tubuh yang terutama terasa pada dada dan kepala), gangguan emosi,
kekeringan pada vagina, dan menurunnya keinginan berhubungan seksual. Wanita
yang mengalami menopause dini memiliki kejadian keropos tulang lebih besar dari
mereka yang mengalami menopause lebih lama. Kejadian ini meningkatkan angka
kejadian osteoporosis dan patah tulang
ü Perimenopause
Perimenopause adalah masa dimana
kondisi tubuh menyesuaikan diri dengan masa menopause yang berkisar antara 2 –
8 tahun. Ditambah dengan 1 tahun setelah periode terakhir menstruasi. Tidak ada
cara untuk mengukur berapa lama perimenopause ini akan terjadi. Stadium ini
merupakan bagian dari kehidupan seorang wanita yang menandakan akhir dari masa
reproduksi. Penurunan fungsi indung telur selama masa perimenopause berkaitan
dengan penurunan hormon estradiol dan produksi hormon androgen. Apabila seorang
wanita masih mengalami periode menstruasi pada masa perimenopause, meskipun
tidak teratur, dia dapat tetap hamil.
BAB III.
TEMUAN ILMIAH
&
TERAPI PADA MONOPAUSE
a.
Temuan-Temuan Ilmiah terkait Menopause
Pemberian minuman fungsional
berbasis susu skim yang disuplementasi isoflavon kedelai sebanyak 100 mg/hari
dan Zn sulfat 8 mg/hari, selama 2 bulan kepada para wanita premenopause, secara
nyata meningkatkan kadar timulin dan fungsi estrogen endogen, tetapi tidak
berpengaruh pada kadar estrogen (Winarsi et al. 2003).
Dengan meningkatnya aktifitas timulin, membuktikan bahwa
gangguan sisitem imun pada usia lanjut sebagai akibat atrofi kelenjar timus,
dapat diperbaiki dengan minuman fungsional berbasis susu skim yang
disuplementasi dengan isoflavon kedelai dan Zn. Peningkatan aktivitas timulin
tersebut berkorelasi positif dengan status antioksidan seluler dan sisitem
imunitas humoral wanita premenopause. Oleh sebab itu dapat dikatakan bahwa
minuman fungsional berbasis susu skim yang disuplementasi dengan isoflavon
kedelai dan Zn, bersifat imunopotensial bagi wanita premenopause (Winarsi et
al 2003).
Dengan meningkatnya kadar timulin, maka status imun wanita
premenopause dapat diperbaiki, sehingga dengan mengkonsumsi minuman fungsional
ini para wanita dapat menikmati hari tua, yang ditunjukkan oleh adanya sistem
kekebalan yang prima (Winarsi et al. 2003)
Menurut Dokter Hasto Wardoyo SpOG dan Dr Ova Emilia SpOG
bahwa pada usia 45 tahun perempuan dianjurkan mengonsumsi obat hormonal
maupun melakukan terapi dengan mengonsumsi makanan yang mengandung hormon
estrogen. Di Indonesia banyak makanan dan tumbuhan yang bisa dimanfaatkan yaitu
tempe, pepaya, bengkuang, dan buah terong yang biasanya digunakan untuk sayuran.
Suplementasi estrogen melalui obat diperlukan bagi perempuan menopause yang
mengalami gangguan serius. Dianjurkan, langkah preventif sejak usia 45
dilakukan daripada cara pengobatan (Siswono 2001).
Ada proses yang pasti terjadi pada perempuan yaitu proses
osteoporosis. Secara umum, perempuan akan kehilangan massa tulangnya antara
40-60 persen, lebih besar dibanding pria. Oleh sebab itu mengonsumsi kalsium
penting sekali pada usia setengah baya. Dan untuk mendapatkan hubungan seksual
yang tetap harmonis pada usia 51 tahun, selain mengonsumsi buah-buahan seperti
jus pepaya atau jus bengkuang misalnya, beberapa kelompok olahraga usia lanjut
di berbagai kota membuktikan pulihnya otot-otot dan hormon perempuan tersebut
(Siswono 2001).
b.
Terapi Estrogen pada Wanita Menopause
Di Amerika Serikat lebih banyak
wanita meninggal karena penyakit jantung dibandingkan karena kanker. Dan
penyakit jantung ini lebih berisiko bagi wanita yang telah mengalami menopause
(berhenti menstruasi). Pada saat menopause, hormon estrogen menurun tajam dan
peluang menderita penyakit jantung semakin meningkat. Mekanisme estrogen di
dalam melindungi jantung adalah karena efek proteksi yang ditimbulkannya. Dalam
publikasinya Heart Fitness for Life Mary P McGowan MD menuliskan bahwa estrogen
akan meningkatkan kolesterol HDL (baik) dan menurunkan kolesterol LDL (jahat).
Kolesterol LDL ini akan menimbulkan plak di dalam darah tetapi dengan kehadiran
HDL yang tinggi yang berperan sebagai tukang sapu maka plak-plak yang mulai
menempel akan dibersihkan (Khomsan 2002).
Adanya hormon estrogen pada wanita yang masih aktif
menstruasi akan menekan Lp(a) atau lipoprotein(a). Kadar Lp(a) rata-rata adalah
2 mg/dl, dan apabila Lp(a) meningkat sampai 20-30 mg/dl maka akan muncul risiko
penyakit jantung koroner. Lp(a) ini berperan sebagai penggumpal yang kemudian
bersama-sama plak yang ada dalam pembuluh arteri akan menyumbat aliran darah
sehingga muncul serangan jantung. Sampai saat ini belum diketahui peranan diet
atau olahraga terhadap kadar Lp(a), terapi yang telah dikenal bermanfaat untuk
menurunkan level Lp(a) adalah pemberian estrogen dan niacin (Khomsan 2002).
Estrogen sebenarnya bukan sekedar hormon pada wanita, karena
diketahui bahwa estrogen juga dapat menjalankan fungsi sebagai antioksidan.
Kolesterol LDL lebih mudah menembus plak di dalam dinding nadi pembuluh darah
apabila dalam kondisi teroksidasi. Peranan estrogen sebagai antioksidan adalah
mencegah proses oksidasi LDL sehingga kemampuan LDL untuk menembus plak akan
berkurang. Peranan estrogen yang lain adalah sebagai pelebar pembuluh darah
jantung sehingga aliran darah menjadi lancar dan jantung memperoleh suplai
oksigen secara cukup (Khomsan 2002).
Dengan berkurangnya estrogen pada saat menopause maka tubuh
wanita menjadi rentan terhadap risiko penyakit jantung. Terapi estrogen (Estrogen
Replacement Therapy) bertujuan agar hormon estrogen yang semakin berkurang
ini dapat terisi kembali. Pada umumnya payudara wanita yang mengalami terapi
estrogen akan menjadi lembek, selain itu juga muncul gejala-gejala mual, lemah
dan pusing. Namun demikian, kebanyakan efek samping ini akan hilang setelah
beberapa minggu terapi (Khomsan 2002).
Dalam penelitian Postmenopausal Estrogen Progesterone
Intervention diketahui bahwa kelompok wanita yang mendapat placebo (kontrol)
dan kelompok terapi hormon, pada akhir penelitian yang berlangsung selama 3
tahun, mempunyai berat badan yang sama. Ini membuktikan, kekhawatiran bahwa
terapi hormon akan meningkatkan berat badan tidak terbukti. Adalah wajar bahwa
seiring dengan bertambahnya usia, wanita cenderung akan meningkat berat
badannya dan ini sebenarnya dapat diatasi dengan diet dan olahraga (Khomsan
2002).
Penggunaan terapi estrogen selama 5-10 tahun tidak akan
menyebabkan kanker payudara. Di Amerika kanker payudara ini membunuh 45.000
wanita setiap tahun, oleh karena itu kaum wanita mesti berhati-hati dalam
menghadapi setiap risiko yang akan meningkatkan terjadinya kanker payudara.
Wanita-wanita pengguna terapi estrogen jangka lama (>5-10 tahun) risikonya
untuk terkena kanker payudara meningkat tipis. Namun sebenarnya mereka
mempunyai kesempatan untuk melakukan deteksi dini atas munculnya kanker
payudara ini (Khomsan 2002).
Sebagaimana diketahui bahwa wanita menopause juga cenderung
mengalami osteoporosis (tulang rapuh). Jumlah wanita yang meninggal akibat
komplikasi retak pinggul akibat osteoporosis ternyata lebih besar dibandingkan
mereka yang meninggal akibat kanker. Dengan terapi estrogen maka risiko
osteoporosis dapat ditekan. Dampak positif pemakaian terapi estrogen bagi
wanita adalah pola tidur menjadi lebih baik, suasana batin lebih tenang, dan
dapat memperbaiki hubungan seksual suami-istri (Khomsan 2002).
Apabila seorang wanita pada awalnya mempunyai kadar
trigliserida darah tinggi (250 mg/dl) maka pemakaian terapi estrogen (pil)
dapat merangsang peningkatan trigliserida. Terdapat keterkaitan metabolisme
antara trigliserida dengan kolesterol HDL (baik). Apabila trigliserida tinggi
maka HDL cenderung turun. Oleh karena itu sebelum menjalani terapi estrogen
disarankan melakukan pemeriksaan profil lipid darah (Khomsan 2002).
Bagi wanita muda penderita kanker payudara yang telah
menjalani kemoterapi, menopause mungkin datang lebih awal dan lebih mendadak.
Hal ini disebabkan oleh berhentinya fungsi ovarium untuk menghasilkan estrogen.
Kekhawatiran utama adalah bahwa wanita muda penderita kanker ini mungkin
terpaksa harus menjalani terapi estrogen lebih lama, dan secara teoritis
penggunaan terapi estrogen jangka panjang akan memunculkan risiko kambuhnya
kanker yang pernah diidapnya. Terapi estrogen akan meningkatkan kepadatan
jaringan payudara dan ini juga akan menyulitkan deteksi kanker (Khomsan 2002).
Namun demikian manfaat terapi estrogen itu sendiri telah
diakui yaitu menurunkan risiko penyakit jantung, menurunkan risiko
osteoporosis, dan mungkin menurunkan penyakit Alzheimer. Pada tahun 1993
National Education Cholesterol Program di AS mengakui pentingnya peranan terapi
estrogen di dalam memperbaiki profil lipid (kolesterol) dan memperkecil risiko
penyakit jantung. Mereka merekomendasikan terapi estrogen bagi wanita yang
telah mengalami menopause yang level kolesterolnya tidak dapat dinormalkan
sepenuhnya dengan diet dan olahraga (Khomsan 2002).
BAB IV.
PENUTUP
a.
Kesimpulan
Istilah menopause digunakan untuk
mengatakan suatu keadaan dimana wanita berhenti dari haidnya selamanya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi menopause diantaranya menarch, kondisi
kejiwaan dan pekerjaan, jumlah anak, penggunaan obat-obat KB, merokok, cuaca
dan ketinggian tempat tinggal dari permukaan laut serta sosial-ekonomi. Masa
pramenopause, menopause dan pasca menopause dikenal sebagai masa klimakterium,
sedangkan keluhan-keluhan yang terjadi pada masa tersebut disebut sebagai
sindroma klimaterik. Gejala fisik yang dialami saat menopause adalah berupa rasa
panas yang tiba-tiba menyerang bagian atas tubuh, keluar keringat yang
berlebihan pada malam hari, sulit tidur, iritasi pada kulit, gejala pada mulut
dan gigi, kekeringan vagina, kesulitan menahan buang air kecil, dan peningkatan
berat badan. Di Indonesia banyak makanan dan tumbuhan yang mengandung hormon
estrogen yang bisa dimanfaatkan yaitu tempe, pepaya, bengkuang, dan buah
terong. Terapi estrogen telah diakui dapat merangsang peningkatan trigliserida,
menurunkan risiko penyakit jantung, menurunkan risiko osteoporosis, dan mungkin
menurunkan penyakit Alzheimer.
b.
Saran
Perlu adanya dukungan psikologis
untuk wanita yang mengalami menopause sehingga mereka memiliki kualitas hidup
yang positif, karena menopause merupakan hal yang wajar. Selain itu, Dianjurkan
pada wanita-wanita menopause untuk melakukan pemeriksaan kolesterol, dan bila
profil lipid darahnya kurang baik segera lakukan modifikasi diet, gaya hidup
dan olahraga. Bila hal ini juga tidak membantu konsultasikan pada ahli
kesehatan untuk mendapatkan obat atau menjalani terapi estrogen.
DAFTAR PUSTAKA
[Anonim]. 2007. Menopause. http://www.women’s_health_concern.org.
[08 September 2010].
Blackburn dan Davidson.
1990. Terapi kognitif untuk depresi & kecemasan suatu petunjuk bagi
praktisi. Semarang : IKIP Semarang.
Camellia Vita. 2008.
Sindroma pascamenopause [skripsi]. Medan: Fakultas Kedokteran, Universitas
Sumatera Utara.
Drajat Z. 1994 Menghadapi
Masa Menopause, Mendekati Usia Tua. Jakarta: Bulan Bintang.
Glasier A dan Gebbie A.
2006. Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi (edisi 4).
Cetakan pertama. Jakarta :ECG.
Kasdu. 2004. Kiat sehat
& bahagia di usia menopause. Puspaswara. Jakarta: Gramedia.
Khomsan Ali. 2002. Dampak
terapi estrogen pada wanita menopause. www.pasific_link.co.id.
[08 September 2010].
Rahman I.A. 1995. Perubahan
tubuh menjelang menopause & gejala serta tanda-tanda yang
menyertainya. Dalam simposium sehari masalah seputar menopause serta
penanggulangan bagi wanita yang aktif. Jakarta: Levin, 5 Fak. Kedokteran.
Universitas Indonesia.
Rostiana Triana. 2009.
Kecemasan pada wanita yang menghadapi menopause [skripsi]. Depok : Fakultas
Psikologi, Universitas Gunadarma.
Sastrawan S. 1997. Klimakterium
dan Menopause. Ilmu Kandungan Eds. Wiknjosastro, H. Saifuddin AB.
Rachimhadhi, T. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Takesihaeng J. 2000. Hidup
sehat bagi wanita. Jakarta: Gramedia.
Thompson B. 2003. The
Psyche of Estrogen Part I; Estrogen and Mood. . http://www.ubcpharmacy.org/cpe/.
[08 September 2010].
Winarsi H, Muchtadi D,
Zakaria FR, dan Purwanto A. 2004. Respons hormonal-imunitas wanita premenopause
yang diintervensi minuman fungsional berbasis susu skim yang disuplementasi
dengan 100 mg isoflavon kedelai dan 8 mb Zn-sulfat (susumeno). Jurnal Teknol
dan Industri Pangan XV (1): 28-34.
“SEMUA ISI DARI DAFTAR PUSTAKA MERUPAKAN COPY-AN ASLI DARI
INTERNET BUKAN BERDASARKAN USAHA KAMI MENCARI SATU PERSATU TUGAS KAMI INI DALAM
SEMUA SUMBER DIATAS, UNTUK HAL INI KAMI MEMINTA MAAF SEBESAR-BESARNYA KEPADA
IBU DOSEN SERTA TEMAN-TEMAN SE PERJUANGAN & SEMOGA BERMANFAAT”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar