Selasa, 28 Oktober 2014

makalah Diabaets melitus



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
B.     Tujuan :
Tujuan umum penulisan makalah ini adalah sebagai pemenuhan tugas Sistem endokrin yang berjudul ” Diabetes mellitus ”. Tujuan khusus penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui  tentang definisi diabetes, penyebab, penangananya, dan lainnya agar dapat menambah pengetahuan penulis ataupun pembaca.

















BAB II
PEMBAHASAN MATERI

A.    Definisi
Diabetes melitus adalah keadaan hiperglikemi kronik yang disertai berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah. (M. Clevo Rendy dan Margareth TH : 2012)
Diabetes melitus merupakan suatu penyakit kronik yang kompleks yang melibatkan kelainan metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak dan berkembangnya komplikasi makrovaskuler dan neurologis.
Diabetes melitus juga didefinisikian sebagai sekelompok kelainan yang ditandai oleh peningktana kadar glukosa darah (hiperglikemia) mungkin terdapat penurunan dalam kemampuan untuk berespon terhadap insulin dan atau penurunan atau tidak terdapatnya pembentukan insulin oleh pankreas.

B.     Klasifikasi
Klasifikasi Diabetes Melitus dari National Diabetus Data Group: Classification and Diagnosis of Diabetes Mellitus and Other Categories of Glucosa Intolerance :
1)      Diabetes Melitus Tipe 1 :  Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM)
Merupakan kondisi autoimun yang menyebabkan kerusakan sel β pankreas sehingga timbul defisiensi insulin absolut sel – sel β pancreas yang secara normal menghasilkan hormon insulin dihancurkan oleh proses autoimun, sebagai akibatnya penyuntikan insulin diperlukan untuk mengendalikan kadar glukosa darah. Diabetes Melitus Tipe I ditandai oleh gejala mendadak yang biasanya terjadi pada usia 30 tahun.
2)      Diabetes Melitus Tipe 2 : Non-Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM)
Diabetes melitus tipe 2 merupakan penyakit yang jumlahnya semakin naik sehubungan dengan peningkatan obesitas pada populasi.
Diabetes melitus tipe 2 merupakan jenis diabetes yang paling sering terjadi, mencakup sekitar 85% pasien diabetes. Keadaan ini ditandai oleh resistensi insulin disertai defisiensi insulin realtif. Terdapat predisposisi genetik yang kuat bagi DM tipe 2 dengan adanya kesesuaian yang tinggi antara kembar identik dan prevalansi tinggi pada komunitas etnik tertentu, terutama penduduk Asia Selatan dan Afrika-Karibia. Namun faktor lingkunga juga berpengaruh penting, misalnya orang obes memiliki angka resistensi insulin dan DM tipe 2 yang jauh lebih tinggi.
Dahulu diabetes tipe 2 lebih sering terjadi pada pasien berusia diatas 40 tahun. Namun, dengan meningkatnya insidensi obesitas di negara barat dan onsetnya yang semakin dini, saat ini terjadi peningkatan frekuensi diabete tipe 2 pada orang dewasa muda dan anak-anak.
3)      Gangguan Toleransi Glukosa/ Impaired Glokosa Tolerance (GTG)
Kadar glukosa antara normal dan diabetes, dapat menjadi diabetes atau menjadi normal atau tetap tidak berubah.
4)      Gastrointestinal Diabetes Melitus (GDM)
Intoleransi glukosa yang terjadi selama kehamilan.
Dalam kehamilan terjadi perubahan metabolisme endokrin dan karbohidrat yangg menunjang pemanasan bagi janin serta persiapan menyusui. Menjelang aterm, kebutuhan insulin meningkat sehingga mencapai 3 kali lipat dari keadaan normal. Bila seorang ibu tidak mampu meningkatkan produksi insulin sehingga relatif hipoinsulin maka mengakibatkan hiperglikemi. Resistensi insulin juga disebabkan oleh adanya hormon estrogen, progresteron, prolaktin, dan plasenta laktogen. Hormon tersebut mempengaruhi reseptor insulin pada sel sehingga mengurangi aktifitas insulin.
5)      Diabetes Melitus tipe yang lain
Adalah DM yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom tertentu hiperglikemik terjadi karena penyakit lain; penyakit pankreas, hormonal, obat, atau bahan kimia, endokrinopati, kelainan reseptor insulin, sindroma genetik tertentu.
Penyakit pankreas seperti pankreatitis pada kerusakan anatomis dan fungsional organ pankreas akibat aktivitas toksik baik karena bakteri maupun kimia. Keruskan ini berdampak pada penurunan insulin.
Penyakit hormonal seperti kelebihan hormon glukokortikoroid (dari korteks adrenal) akan berdampak pada peningkatan glukosa dalam darah. Peningkatan glukosa dalam darah ini akan menigkatkan beban kerja dari insulin untuk memfasilitasi glukosa masuk dalam sel. Peningkatan beban kerja ini akan berakibat pada penurunan produk insulin.
Pemberian zat kimia/ obat-obatan seperti hidrokortison akan berdampak pada peningkatan glukosa dalam darah karena dampaknya seperti glukokortikoroid.
Endokrinopati (kematian produksi hormone) seperti kelenjar hipofisis akan berdampak sistemik bagi tubuh. Karena semua produk hormon akan dialirkan ke seluruh tubuh melalui aliran darah. Kelainan ini berdampak pada penurunan metabolisme baik karbohidrat, protein, maupun lemak yang dalam perjalanannya akan mempengaruhi produksi insulin.

C.    Etiologi
1.      Secara Umum
Penyebab resistensi insulin pada diabetes sebenarnya tidak begitu jelas, tetapi faktor yang banyak berperan antara lain :
a.      Kelainan Genetik
Diabetes dapat menurun menurut silsilah keluarga yang mengidap diabetes. Ini terjadi karena DNA pada orang dibetes mellitus akan ikut diinformasikan pada gen berikutnya terkait dengan penurunan produksi insulin.
b.      Usia
Umumnya manusia mengalami penurunan fisiologis yang secata dramatis menurun dengan cepat pada usia 40 tahun. Penurunan ini yang akan beresiko pada penurunan fungsi endokrin pankreas untuk memproduksi insulin.
c.       Gaya Hidup Stress
Stress kronis cenderung membuat seseorang mencari makanan yang cepat saji yang kaya pengawet, lemak, dan gula. Makanan ini berpengaruh besar terhadap kerja pankreas. Beban yang tinggi membuat pankreas mudah rusak hingga berdampak pada penurunan insulin.
d.      Pola makan yang salah
Kurang gizi atau kelebihan berat badan sama-sama meningkatkan risiko terkena diabetes. Malnutrisi dapat merusak pankreas, Sedangkan obesitas meningkatkan gangguan kerja atau resistensi insulin. Pola makan yang tidak teratur dan cenderung terlambat juga akan berperanan pada ketidakstabilan kerja pankreas.
e.       Obesitas
Obesitas mengakibatkan sel-sel β pankreas mengalami hipertropi yang akan berpengaruh terhadap penurunan produksi insulin. Hipertropi pankreas disebabkan karena peningkatan beban metabolisme glukosa pada penderita obesitas untuk mencukupi energi sel yang terlalu banyak.


f.       Infeksi
Masuknya bakteri atau virus ke dalam pankreas akan berakibat rusaknya sel-sel pankreas. Kerusakan ini berakibat pada penurunan fungsi pankreas.

2.      Diabetes Melitus Tipe 1 :  Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM)
a.      Faktor genetic
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe 1 itu sendiri tetapi mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetic kearah terjadinya diabetes tipe 1. Kecenderungan genetic ini pada individu yang memiliki tipe antigen HLA (Human Leucocyte Antigen) tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang bertanggungjawab atas antigen transplantasi dan proses imun lainnya.
b.      Faktor Imunologi
Pada diabetes tipe 1 terdapat bukti adanya suatu respon autoimun. Ini merupakan respon abnormal dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah – olah sebagai jaringan asing.
c.       Faktor Lingkungan
Faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel β pancreas, sebagai contoh hasil penyelidikkan menyatakan bahwa virus atau toksin tertentu dapat memicu proses autoimun yang dapat menimbulkan destruksi sel β pancreas.
3.      Diabetes Melitus Tipe 2 : Non-Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM)
Secara pasti penyebab dari DM tipe 2 ini belum diketahui, faktor genetik diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin. NIDDM ditandai dengan kelainan dalam sekresi insulin maupun dalam kerja insulin. Pada awalnya tampak terdapat resistensi dari sel-sel sasaran terhadap kerja insulin. Insulin mula-mula mengikat dirinya kepada reseptor-reseptor permukaan sel tertentu, kemudian terjadi reaksi intraselluler yang meningkatkan transport glukosa menembus membran sel. Pada pasien dengan NIDDM terdapat kelainan dalam pengikatan insulin dengan reseptor. Hal ini dapat disebabkan oleh berkurangnya jumlah tempat reseptor yang responsif insulin pada membran sel. Akibatnya terjadi penggabungan abnormal antara komplek reseptor insulin dengan sistem transport glukosa. Kadar glukosa normal dapat dipertahankan dalam waktu yang cukup lama dan meningkatkan sekresi insulin, tetapi pada akhirnya sekresi insulin yang beredar tidak lagi memadai untuk mempertahankan euglikemia.































4.      Patofisiolog

DM Tipe I                                                                  DM Tipe II
 Reaksi autoimun                                                                Idiopatik, usia, genetik, dll
    Sel b pancreas hancur                                                      jml sel b pancreas menurun






 
                                                   Defisiensi Insulin


 
Hiperglikemia                     Katabolisme protein meningkat           Lipolisis meningkat















 
                                                                        Penurunan BB polipagi

Glukosuria                               Glukoneogenesis                            Gliserol asam lemak
                                                      Meningkat                                     bebas meningkat

Diuresis Osmotik                    Kehilangan elektrolit urin                          Ketogenesis

Kehilangan cairan hipotonik

Polidipsi                      Hiperosmolaritas                     ketoasidosis                 ketonuria
 

                                                                                         Coma
5.      Pathway


 














G.    Manifestasi Klinik
1.      Poliuria (peningkatan pengeluaran uriene)
2.      Polidipsia (peningkatan rasa haus) akibat volume urine yang sangat besar dan keluarnya air yang menyebabkan dehidrasi ekstrasel. Dehidrasi intrasel mengikuti dehidrasi ekstrasel karena air intrasel akan berdifusi keluar sel mengikuti penurunan gradien konsentrasi ke plasma yang hipertonik (sangat pekat). Dehidrasi intrasel merangsang pengeluaran ADH (antiduretic hormone) dan menimbulkan rasa haus.
3.      Rasa lelah dan kelemahan otot akibat gangguan aliran darah pada pasien diabetes lama, katabolisme protein diotot dan ketidakmampuan sebagian besar sel untuk menggunakan glukosa sebagai energi.
4.      Polifagia (peningkatan rasa lapar)
5.      Peningkatan angka infeksi akibat penurunan protein sebagai bahan pembentukan antibody, peningkatan konsentrasi glukosa disekresi mukus, gangguan fungsi imun, dan penurunan aliran darah pada penderita diabetes kronik.
6.      Kesemutan akibat terjadinya neuropati. Pada penderita diabetes melitus regenerasi sel persarafan mengalami gangguan akibat kekurangan bahan dasar utama yang berasal dari unsur protein. Akibatnya banyak sel persarafan terutama perifer mengalami kerusakan.
7.      Kelemahan tubuh. Kelemahan tubuh terjadi akibat penurunan produksi energi metabolik yang dilakukan oleh selmelalui proses glikolisis tidak dapat berlangsung secara optimal.
8.      Luka yang tidak sembuh-sembuh. Proses penyembuhan luka membutuhkan bahan dasar utama dari protein dan unsur makanan yang lain. Pada penderita diabetes mellitus bahan protein banyak diformulasikan untuk kebutuhan energi sel sehingga bahan yang dipergunakan untuk penggantian jaringan yang rusak mengalami gangguan. Selain itu luka yang sulit sembuh juga dapat diakibatkan oleh pertumbuhan mikroorganisme yang cepat pada penderita diabetes mellitus.
9.      Mata kabur yang disebabkan katarak atau gangguan refraksi akibat perubahan pada lensa oleh hiperglikemia. Mungkin juga disebabkan kelainan pada corpus vitreum.
Ciri umum IDDM dan NIDDM

IDDM
NIDDM
Genetic locus
Awitan (usia)
Habitus tubuh
Insulin plasma
Glukagon plasma
Komplikasi akut
Terapi insulin
Obat oral
Kromosom 6
< 40 th
Normal – kurus
Rendah – negatif
Tinggi
Ketoasidosis
Responsif
Tidak responsif
Kromosom 11
> 40 th
Gemuk
Normal – tinggi
Tinggi
Koma hiperosmolar
Responsif – resisten
responsif

H.    Komplikasi
Beberapa komplikasi dari Diabetes Melitus adalah :
1.      Akut
a.       Hipoglikemi dan Hiperglikemi
b.      Penyakit Makrovaskuler : Mengenai pembuluh darah besar, penyakit jantung koroner (cerebrovaskuler, penyakit pembuluh darah kapiler)
c.       Penyakit Mikrovaskuler, mengenai pembuluh darah kecil, retinopati, nefropati.
d.      Neuropati saraf sensorik (berpengaruh pada ekstremitas), saraf otonom berpengaruh pada gastro intestinal, kardio vaskuler.
e.       Koma hipoglikemia
Koma hipoglikemia terjadi karena pemakaian obat diabetic yang melebihi dosis yang dianjurkan sehingga terjadi penurunan glukosa dalam darah. Glukosa yang ada sebagian difasilitasi untuk masuk ke dalam sel.
f.       Ketoasidosis
Minimnya glukosa di dalam sel akan mengakibatkan sel mencari sumber alterbatif untuk dapat memperoleh energi sel. Kalau tidak ada glukosa maka benda-benda keton akan dipakai sel. Kondisi ini akan mengakibatkan penumpukan residu pembongkaran benda-benda keton yang berlebihan yang dapat mengakibatkan asidosis.
g.      Koma hiperosmolar nonketotik
Koma ini terjadi karena penurunan komposisi cairan intrasel dan ekstrasel karena banyak di ekresi lewat urine.
2.      Komplikasi kronik/ menahun Diabetes Melitus
a.       Makroangiopati yang mengenai pembuluh darah besar, pembuluh darah jantung, pembuluh darah tepi, pembuluh darah otak. Perubahan pada pembuluh darah besar dapat mengalami atherosklerosis sering terjadi pada DMTTI/ NIDDM. Komplikasi makroangiopati adalah penyakit vaskuler otak, penyakit arteri koronaria dan penyakit vaskuler perifer.
b.      Mikroangiopati yang mengenai pembuluh darah kecil, retinopati diabetika, nefropati diabetic.
Perubahan-perubahan mikrovaskuler yang ditandai dengan penebalan dan kerusakan membran diantara jaringan dan pembuluh darah sekitar. Terjadi pada penderita DMTI/ IDDM yang terjadi neuropati, nefropati, dan retinopati.
Nefropati terjadi karena perubahan mikrovaskuler pada struktur dan fungsi ginjal yang menyebabkan komplikasi pada pelvis ginjal. Tubulus dan glomerulus penyakit ginjal dapat berkembang adari proteinuria ringan ke ginjal.


c.         Neuropati diabetika
Akumulasi orbital di dalam jaringan dan perubahan metabolik mengakibatkan fungsi sensorik dan motorik saraf menurun kehilangan sensori mengakibatkan penurunan persepsi nyeri.
d.      Rentan infeksi seperti tuberculosis paru, gingivitis, dan infeksi saluran kemih.
e.       Kaki diabetik
Perubahan mikroangiopati, makroangiopati dan neuropati menyebabkan perubahan pada ekstremitas bawah. Komplikasinya dapat terjadi gangguan sirkulasi, terjadi infeksi, gangren, penurunan sensasi dan hilangnya fungsi saraf sensorik dapat menunjang terjadi trauma atau tidak terkontrolnya infeksi yang mengakibatkan gangren.
Terdapat lima grade ulkus diabetikum antara lain :
1)        Grade 0         : tidak ada luka
2)        Grade I          : kerusakan hanya sampai pada permukaan kulit
3)        Grade II        : kerusakan kulit mencapai otot dan tulang
4)        Grade III       : terjadi abses
5)        Grade IV       : gangren pada kaki bagian distal
6)        Grade V        : gangren pada seluruh kaki dan tungkai bawah distal

f.       Komplikasi DM Tipe 1
Semua pasien dengan DM sebaiknya dipantau ketat dengan tujuan mencegah timbulnya komplikasi. Pasien dengan diabetes tipe 1 memiliki resiko tertentu bagi timbulnya komplikasi mikrovaskular.
Retinopati
Bila tidak diterapi akan menjadi kebutaan
Nefropati
Glomerulosklerosis dengan proteinuria progresif dan gagal ginjal
Neuropati
Neuropati sensorik perifer – dapat tibul ulserasi dan kolaps sendi pada kaki    
      Neuropatik
Artropati Charcot
Mononeuropati dan mononeuritis multipkes termasuk neuropati kranial
Amiotrofi (neuropati motorik proksimal)
Neuropati otonom – takikardia istirahat dan hipotensi postural; kembung
      akibat pengosongan lambung yang lambat, muntah dan diare; kandung  
      kemih atonik; disfungsi ereksi, berkeringat
Description: 21112012998.jpg








Secara tardisional, komplikasi mikrovaskular dianggap hanya ditemukan pada pasien dengan DM tipe 1. Namun, perbaikan terapi penyakit kardiovaskular pada pasien dengan diabetes tipe 2 menunjukan bahwa komplikasi ini dapat terihat pada pasien dengan tipe DM manapun.
g.      Komplikasi DM Tipe 2
Komplikasi makrovaskular merupakan penyebab utama kematian pada pasien diabetes tipe 2, mencakup 50% kemtian dalam kelompok ini.
Penyakit kardiovaskular
Peningkatan prevalansi hipertensi
Penyakit jantung iskemik yang berhubungan dengan profil lipid abnormal yang menyebabkan   
       infark miokard, gagal jantung
Hiperglikemia mempercepat progesi aterosklerosis
Penyakit srebrovaskular
Stroke
Penyakit vaskular perifer
Klaudikasio intermiten
Gangren
Penyakit kaki diabetik – iskemia dan ulserasi
Risiko relatif penyakit kardiovaskular adalah 2-3 kali lipat lebih tinggi pada pria dan 3-4 kali lipat lebih tinggi pada wanita dengan diabetes dari pada kelompok kontrol dengan usia sama.
Penyandang diabetes 3 kali lipat lebih berpeluang mengalami stroke dan 15 kali lipat lebih berpeluang mengalami amputasi tungkai bawah dari pada mereka yang tidak menyandang diabetes.
Penyakit kaki pada penyandang diabetes disebabkan oleh penyakit vaskular perifer atau oleh neuropati namun seringkali disebabkan oleh keduanya. Tata laksana penyakit kaki pada penyandang diabetes bersifat kritis pada pemeliharaan mobilitasdan pencegahan ulserasi, gangren, dan kemungkinan amputasi.


Description: 211120121000.jpg
 










I.       Pemeriksaan Penunjang
1.    Pemeriksaan gula darah pada pasien diabetes melitus antar lain :
a.       Gula darah puasa (GDO) 70-110 mg/dl
Kriteria diagnostik untuk DM > 140 mg/dl paling sedikit dalam dua kali pemeriksaan.
Atau > 140 mg/dl disertai gejala klasik hiperglikemia, atau IGT 115-140 mg/dl.
b.      Gula garah 2 jam post prondial < 140 mg/dl
Igunakan untuk skrining atau evaluasi pengobatan bukan didiagnostik.
c.       Gula darah sewaktu < 140 mg/dl
Digunakan untuk skrining bukan diagnostik.
d.      Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO)
GD < 115 mg/dl ½ jam, 1 jam, 1 ½ jam < 200 mg/dl, 2 jam < 140 mg/dl. TTGO dilakukan hanya pada pasien yang telah bebas dan diet dan beraktivitas fisik 3 hari sebelum tes tidak dianjurkan pada (1) hiperglikemi yang sedang puasa, (2) orang yang mendapat thiazide, dilantin, propanolol, lasik, tiroid, estrogen, pil KB, steroid. (3) pasien yang dirawat atau sakit akut atau pasien inaktif.
e.       Tes Toleransi Glukosa Intravena (TTGI)
Dilakukan jika TTGO merupakan kotra indikasi atau terdapat kelainan gastrointestinal yang mempengaruhi absorbsi glukosa.
f.       Tes Toleransi Kortison Glukosa
Digunakan jika TTGO tidak bermakna, kortison menyebabkan peningkatan kadar gula darah abnormal dan menurunkan penggunaan gula darah perifer pada orang yang berpredisposisi menjadi DM kadar glukosa darah 140 mg/dl pada akhir 2 jam dianggap sebagai hasil positif.
g.      Glycosatet Hemoglobin
Berguna dalam memantau kadar glukosa darah rata-rata selama lebih dari 3 bulan.
h.      C-Pepticle 1-2 mg/dl (Puasa) 5-6 kali meningkat setelah pemberian glukosa
Untuk mengukur proinsulin (produks samping yang tak aktif secara biologis) dari pembentukan insulin dapat membantu mengetahui sekresi insulin.
i.        Insulin Serum Puasa : 2-20 mu/ml post glukosa sampai 120 mu/ml, tidak digunakan secara luas dalam klinik, dapat digunakan dalam diagnosa banding hipoglikemia atau dalam penelitian diabetes.

J.      Penatalaksanaan           
Tujuan utama terapi DM adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya mengurangi terjadinya komplikasi vaskuler serta neuropatik. Tujuan terapeutik pada setiap tipe DM adalah mencapai kadar glukosa darah normal (euglikemia) tanpa terjafi hipoglikemia dan gangguan serius pada pola aktivitas pasien.
Ada lima komponen dalam penatalaksanaan DM, yaitu :
1.      Diet
Syarat diet DM hendaknya dapat :
a.       Memperbaiki kesehatan umum penderita
b.      Mengarahkan pada berat badan normal
c.       Menormalkan pertumbuhan DM anak dan DM dewasa muda
d.      Mempertahankan kadar KGD normal
e.       Menekan dan menunda timbulnya penyakit angiopati diabetik
f.       Memberikan modifikasi diit sesuai dengan keadaan penderita
g.      Menarik dan mudah diberikan
Prinsip diet DM, adalah :
·         Jumlah sesuai kebutuhan
·         Jadwal diet ketat
·         Jenis : boleh dimakan / tidak
Diit DM sesuai dengan paket-paket yang telah disesuaikan dengan kandungan kalorinya.
1)      Diit DM I        : 1100 kalori
2)      Diit DM II       : 1300 kalori
3)      Diit DM III     : 1500 kalori
4)      Diit DM IV     : 1700 kalori
5)      Diit DM V       : 1900 kalori
6)      Diit DM VI     : 2100 kalori
7)      Diit DM VII    : 2300 kalori
8)      Diit DM VII    : 2500 kalori
Diit I s/d III         : diberikan kepada penderita yang terlalu gemuk
Diit IV s/d V        : diberikan kepada penderita dengan berat badan normal
Diit VI s/d VIII   : diberikan kepada penderita kurus. Diabetes remaja, atau              diabetes komplikasi,    
Dalam melaksanakan diit diabetes sehari-hari hendaklah diikuti pedoman 3 J, yaitu :
J I             : jumlah kalori yang diberikan harus habis, jangan dikurangi atau
             ditambah
J II            : jadwal diit harus sesuai dengan intervalnya
J III          : jenis makanan yang manis harus dihindari
Penentuan jumlah kalori Diit Diabetus Melitus harus disesuaikan oleh status gizi penderita, penentuan gizi dilaksanakan dengan menghitung Percentage of relative body weight (BBR = berat badan normal) dengan rumus :


Text Box:        BB (kg)
BBR = ---------------- x 100 %
 TB (cm) – 100
 





1.      Kurus (underweight)        : BBR < 90%
2.      Normal (ideal)                  : BBR 90 – 110%
3.      Gemuk (overweight)        : BBR > 110%
4.      Obesitas, apabila              : BBR > 120%
-          Obesitas ringan            : BBR 120 – 130%
-          Obesitas sedang          : BBR 130 – 140%
-          Obesitas berat              : BBR 140 – 200%
-          Morbid                                    : BBR > 200%
Sebagai pedoman jumlah kalori yang diperlukan sehari-hari untuk penderita DM yang bekerja biasa adalah :
1)      Kurus                   : BB x 40 – 60 kalori sehari
2)      Normal                 : BB x 30 kalori sehari
3)      Gemuk                 : BB x 20 kalori sehari
4)      Obesitas               : BB x 10 – 15 kalori sehari

2.      Latihan
Beberapa kegunaan latihan teratur setiap hari bagi penderita DM, adalah :
a.       Meningkatkan kepekaan insulin (glukosa uptake), apabila dikerjakan setiap satu setengah jam sesudah makan, berarti pula mengurangi insulin resisten pada penderita dengan kegemukan atau menambah jumlah reseptor insulin dan meningkatkan sensitivitas insulin dengan reseptornya.
b.      Mencegah kegemukan apabila ditambah latihan pagi dan sore
c.       Memperbaiki aliran perifer dan menambah supply oksigen
d.      Meningkatkan kadar kolesterol-high density lipoprotein
e.       Kadar glukosa otot dan hati menjadi berkurang, maka latihan akan dirangsang pembentukan glikogen baru
f.       Menurunkan kolesterol (total) dan trigliserida dalam darah karena pembakaran asam lemak menjadi lebih baik.

3.      Penyuluhan
Penyuluhan Kesehatan Masyarakat Rumah Sakit (PKMRS) merupakan salah satu bentuk penyuluhan kesehatan kepada penderita DM, melalui bermacam-macam cara atau media misalnya : leaflet, poster, TV, kaset video, diskusi kelompok, dan sebagainya.

4.      Obat
a.      Tablet OAD (Oral Antidiabetes)
1)      Mekanisme kerja sulfanilurea
a)      Kerja OAD tingkat pereseptor : pankreatik, ekstra pancreas
b)      Kerja OAD tingkat reseptor
2)      Mekanisme kerja Biguanida
Biguanida tidak mempunyai efek pancreatik, tetapi mempunyai efek lain yang dapat meningkatkan efektivitas insulin, yaitu :
a)      Biguanida pada tingkat pereseptor à ekstra pankreatik
-          Menghambat absorpsi karbohidrat
-          Menghambat glukoneogenesis di hati
-          Meningkatkan afinitas pada reseptor insulin
b)      Biguanida pada tingkat reseptor : meningkatkan jumlah reseptor insulin
c)      Biguanida pada tingkat pascareseptor : mempunyai efek intraseluler
b.      Insulin
1)      Indikasi penggunaan insulin
a)      DM tipe I
b)      DM tipe II yang pada saat tertentu tidak dapat dirawat dengan OAD
c)      DM kehamilan
d)     DM gangguan faal hati yang berat
e)      DM dan infeksi
f)       DM dan TBC paru akut
g)      DM dan koma lain pada DM
h)      DM operasi
i)        DM patah tulang
j)        DM dan underweight
k)      DM dan penyakit graves
2)      Beberapa cara pemberian insulin
a)      Suntikan insulin subcutan
Insulin reguler mencapai puncak kerjanya pada 1-4 jam, sesudah suntikan subcutan, kecepatan absorpsi ditempat suntikan tergantung pada beberapa faktor antara lain :
(1)   Lokasi suntikan
Ada 3 tempat suntikan yang sering dipakai yaitu dinding perut, lengan, dan paha. Dalam memindahkan suntikan (lokasi) janganlah dilakukan setiap hari tetapi lakukan rotasi tempat suntikan setiap 14 hari, agar tidak memberi perubahan kecepatan absorpsi setiap hari.
(2)   Pengaruh latihan pada absorpsi insulin
Latihan akan mempercepat absorpsi apabila dilaksanakan dalam waktu 30 menit setelah suntikan insulin karena itu pergerakan otot yang berarti, hendaklah dilaksanakan 30 menit setelah suntikan.
(3)   Pemijatan (Masage)
Pemijatan juga akan mempercepat absorpsi insulin.
(4)   Suhu
Suhu kulit tempat suntikan (termasuk mandi uap) akan mempercepat absorpsi insulin.
(5)   Dalamnya suntikan
Makin dalam suntikan makin cepat puncak kerja insulin dicapai. Ini berarti suntikan intramusculer akan lebih cepat efeknya daripada subcutan.
(6)   Konsentrasi insulin
Apabila konsentrasi insulin berkisar 40 – 100 U / ml, tidak terdapat perbedaan absorpsi. Tetapi apabila terdapat penurunan dari U – 100 ke U – 10 maka efek insulin dipercepat.
b)      Suntikan intramuskular dan intravena
Suntikan intramuskular dapat diguanakan pada koma diabetik atau pada kasus-kasus dengan degradasi tempat suntikan subcutan. Sedangkan suntikan intravena dosis rendah digunakan untuk terapi koma diabeti.

5.      Transplantasi sel β manusia. Kemajuan terkini dalam terapi adalah keberhasilan transplantasi pulau Langerhans ke pasien diabetes tipe 1. Teknik ini memberikan harapan kesembuhan, namun pada saat ini, suplai jaringan sangat jarang dan pembentukan pulau dari sel punca (stem cell) sedang diteliti.






























BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A.    Asuhan Keperawatan
1.      Pengkajian
a.       Biodata
1)      Identitas klien             :
Nama                           :
Tempat, tanggal lahir   :
Umur                           :
Jenis kelamin               :
Alamat                         :
Agama                         :
Suku                            :
Pendidikan                  :
No CM                                    :
Diagnosa Medis                      :
2)      Identitas Penanggung jawab
Nama                           :
Tempat, tanggal, lahir  :
Umur                           :
Jenis kelamin               :
Alamat                         :
Agama                         :
Suku                            :
Pendidikan                  :
Hubungan dengan pasien        :
2.      Riwayat Kesehatan
a.       Keluhan utama
b.      Riwayat Kesehatan Sekarang
c.       Riwayat Kesehatan Dahulu
d.      Riwayat Kesehatan Keluarga
e.       Riwayat Kesehatan Lingkungan
Keadaan lingkungan pasien bersih
Diagnosa Medik Saat Masuk Rumah Sakit
A.    Ulkus Diabetes Melitus Grade II
B.     DM2NO
Pemeriksaan Penunjang
Hasil pemeriksaan Laboratorium :
Tanggal
Test                                  Hasil                            Normal
ALT                     :                                               (10 – 14)
AST                      :                                               (10 – 42)
BUN                    :                                               (7 – 8)
Creatinin              :                                               (0,6 – 1,3)
Glukosa                :                                               (80 – 120) mg/dl
Ureum                  :                                               (20 – 40)
RBC                     :                                               (3,7 – 6,5)
HGB                    :                                               (12 – 18) 9/dl
HCT                     :                                               (47 – 75) %
MCV                    :                                               (80 – 99)
MCH                    :                                               (27 – 31)
PLT                      :                                               (150 – 450)
RDW                    :                                               (35 – 47)
PDW                    :                                               (9 – 13)
MPV                    :                                               (7,2 – 11,1)

Differential
MXD                    :                                               (0 – 8)
Neut                     :                                               (40 – 74)
Lym#                    :                                               (1 – 3,7)
MXD#                  :                                               (0 – 1,2)
Neut#                   :                                               (1,5 – 7)

Interprestasi         :
-          Glukosa
-          WBC
-          HGB
-          HCT 
      Tindakan yang telah dilakukan
-          Diit DM IV (1700 kalori)
-          USG : cista ovarium
-          Rontgent : tidak ada osteomyelitis
-          EKG : ST elevasi
-          Infus NaCl 30 tetes per menit
-          Injeksi reguler insulin 3 X 12 iU
-          Rawat luka dan nekrotomi
-          Metronidazol : 3 X 50 gr
-          Captopril       : 2 X 12,5 mg
-          Ceftriaxon     : 2 X 1 gr

3.      Pola Fungsi Kesehatan (Gordon)
a.       Pola Persepsi terhadap Kesehatan
b.      Pola aktivitas dan latihan
AKTIVITAS
0
1
2
3
4
Mandi





Berpakaian





Eliminasi





Mobilisasi di tempat tidur





Berpindah





Ambulaansi





Makan





0                     : mandiri
1                     : alat bantu
2                     : dibantu orang lain
3                     : dibantu orang lain dan alat
4                     : tergantung total
Oksigenasi       : klien bernafas secara spontan atau menggunakan bantuan alat oksigenasi.
c.       Pola istirahat dan tidur
d.      Pola nutrisi metabolik
e.       Pola Eliminasi :
1)      Buang air besar
2)      Buang air kecil
f.       Pola Kognitif Perseptual
g.      Pola konsep diri
h.      Pola Koping
i.        Pola Seksual Reproduksi
j.        Pola Hubungan
k.      Pola nilai dan Kepercayaan

4.      Pemeriksaan Fisik
a.       Tanda – tanda vital:
-          Suhu badan
-          Nadi
-          Tekanan darah
-          Pernafasan
-          Tinggi badan
-          Berat badan
b.      Kesan umum
-          Kesan umum                   
-          Wajah                              
-          Kesadaran                       
-          Penafsiran umum 
-          Bentuk badan
-          Cara berbaring dan bergerak
-          Bicara
-          Pakaian, kerapian, dan kebersihan badan
c.       Kulit, Rambut, Kuku
-          Inspeksi
Warna kulit
Lesi
Jumlah rambut
Warna kuku
Bentuk kuku
-          Palpasi
Suhu
Kelembapan
Tekstur
Turgor
Edema
d.      Kepala
-          Inspeksi
Kesimetrian muka
Tengkorak
Rambut
Kulit kepala
-          Palpasi
Kulit kepala
Deformitas
e.       Mata
-          Inspeksi
Bola mata
Kelopak mata
Konjungtiva
Sklera
Kornea
Iris
Pupil
Lensa
Lapang pandang
Visus
-          Palpasi
Tekanan bola mata
f.       Telinga
-          Inspeksi
Daun telinga
Liang telinga
Membran telinga
-          Palpasi
Kartilago
Nyeri tekan pada procesus mastoideus
Nyeri tekan tragus
Uji pendengaran
g.      Hidung dan sinus – sinus
-          Inspeksi
Bagian luar
Bagian dalam
Perdarahan
Penyumbatan
-          Palpasi
Septum
Sinus-sinus
h.      Mulut
-          Inspeksi
Bibir
Gigi
Gusi
Lidah
Membrane mukosa
Faring
Ovula
Tonsil
-          Palpasi
Pipi
Palatum
Dasar mulut
Lidah
-          Perkusi
Gigi
i.        Leher
-          Inspeksi
Bentuk leher
Warna kulit
Bengkak
Tumor
Tekanan vena
Gerakan
-          Palpasi
Kelenjar limfe
Kelenjar tiroid
Trakea
Pembuluh darah
j.        Dada dan paru – paru
-          Inspeksi
Bentuk
Retraksi / ekspansi
Kulit
Payudara
Frekruensi
-          Palpasi
Benjolan/massa/nyeri tekan
Ekspansi dada
-          Perkusi
-          Auskultasi
k.      Jantung
-          Inspeksi
-          Palpasi
-          Perkusi
-          Auskultasi
l.        Abdomen
-          Inspeksi
-          Palpasi
-          Perkusi
-          Auskultasi
m.    Musculosceletale
Otot :
-          Ispeksi
Ukuran
Kontraktur
Kontraksi
Kekuatan
-          Palpasi
Kelemahan
Kontraksi
Gerakan
Tulang :
-          Inspeksi
Susunan tulang
Deformitas
Pembengkakan
-          Palpasi
Edema
Nyeri tekan
Persendian :
-          Inspeksi
Nyeri tekan
n.      Neurologi
Kesadaran
Mentasi
Perhatian
Mengingat
Perasaan
Berpikir
Persepsi spasial
Pergerakan
Sensasi
Regulasi integrasi
Pola pemecahan masalah / penyesuaian diri


5.      Pemeriksaan penunjang :
Hasil pemeriksaan Laboratorium :
Tanggal
Test                                  Hasil                            Normal
ALT                     :                                               (10 – 14)
AST                      :                                               (10 – 42)
BUN                    :                                               (7 – 8)
Creatinin              :                                               (0,6 – 1,3)
Glukosa                :                                               (80 – 120) mg/dl
Ureum                  :                                               (20 – 40)
RBC                     :                                               (3,7 – 6,5)
HGB                    :                                               (12 – 18) 9/dl
HCT                     :                                               (47 – 75) %
MCV                    :                                               (80 – 99)
MCH                    :                                               (27 – 31)
PLT                      :                                               (150 – 450)
RDW                    :                                               (35 – 47)
PDW                    :                                               (9 – 13)
MPV                    :                                               (7,2 – 11,1)

Differential
MXD                    :                                               (0 – 8)
Neut                     :                                               (40 – 74)
Lym#                    :                                               (1 – 3,7)
MXD#                  :                                               (0 – 1,2)
Neut#                   :                                               (1,5 – 7)
6.      Data Fokus
a.       Data Subyektif
b.      Data Obyektif





BAB IV
PENUTUP

A.    Kesimpulan

Diabetes didefinisikian sebagai sekelompok kelainan yang ditandai oleh peningktana kadar glukosa darah (hiperglikemia) mungkin terdapat penurunan dalam kemampuan untuk berespon terhadap insulin dan atau penurunan atau tidak terdapatnya pembentukan insulin oleh pankreas.
Penyebab resistensi insulin pada diabetes sebenarnya tidak begitu jelas, tetapi faktor yang banyak berperan antara lain :
1.      Kelainan Genetik
2.      Usia
3.      Gaya Hidup Stress
4.      Pola Makan Yang Salah
5.      Obesitas
6.      Infeksi

B.     Saran

Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan pada makalah ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan sekali kritik yang membangun bagi makalah ini, agar penulis dapat berbuat lebih baik lagi di kemudian hari. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya.










DAFTAR PUSTAKA

Greenstein,  Ben dan Diana Wood. 2006. At A Glance Sistem Endokrin Edisi Kedua. Jakarta : Erlangga
Riyadi, Sujono dan Sukarmin. 2008. Asuhan keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Eksokrin dan Endokrin Pada Pankreas. Yogyakarta : Graha Ilmu
Tambayong, Jan. 2000. Patofisiologi untuk Keperawatan. Jakarta : EGC

Tidak ada komentar:

Posting Komentar