BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Osteoporosis
adalah suatu keadaan penyakit yang ditandai dengan rendahnya massa tulang dan
memburuknya mikrostruktural jaringan tulang, menyebabkan kerapuhan tulang
sehingga meningkatkan risiko terjadinya fraktur. Keadaan tersebut tidak
memberikan keluhan klinis, kecuali apabila telah terjadi fraktur. Pada osteoporosis, terjadi penurunan kualitas
tulang dan kuantitas kepadatan tulang, padahal keduanya sangat menentukan
kekuatan tulang sehingga penderita osteoporosis mudah mengalami patah tulang
atau fraktur. Lokasi kejadian patah tulang osteoporosis yang paling sering
terjadi adalah pada patah tulang vertebrata (tulang punggung), tulang leher
femur, dan tulang gelang tangan (patah tulang Colles). Adapun frekuensi patah tulang
leher femur adalah 20% dari total jumlah patah tulang osteoporosis.
Diantara
semua patah tulang osteoporosis, yang paling memberikan masalah di bidang
morbiditas, mortalitas, beban sosioekonomik, dan kualitas hidup adalah patah
tulang leher femur. Bila tidak diambil tindakan untuk mengatasi osteoporosis
diperkirakan pada tahun 2050 jumlah patah tulang leher femur di seluruh dunia
akan mencapai 6,26 juta dan lebih dari separuhnya di Asia. Frekuensi tertinggi
osteoporosis postmenopause pada wanita adalah pada usia 50-70 tahun.
B. Tujuan
a.
Dapat menegtahui
pengertian osteoporosis.
b.
Dapat mengetahui etiologi osteoporosis.
c.
Dapat mengetahui patofisiologi
osteoporosis.
d.
Dapat mengetahui
tanda dan gejala osteoporosis.
e.
Dapat mengetahui pemeriksaan penunjang osteoporosis.
f.
Dapat mengetahui penatalaksanaan osteoporosis.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Osteoporosis adalah gangguan metabolisme tulang sehingga
masa tulang berkurang. Komponen matriks tulang, yaitu mineral dan protein
berkurang. Resorbsi terjadi lebih cepat dari pada formasi tulang, sehingga
tulang menjadi tipis (Pusdiknakes,1995)
Osteoporosis adalah kelainan dengan penurunan masa tulang
total. Pada kondisi ini terdapat perubahan pergantian tulang homeostatis
normal, kecepatan resorbsi tulang lebih besar daripada kecepatan pembentukan
tulang, yang mengakibatkan masa penurunan tulang total. (Brunner&suddarth,2000).
Jadi osteoporosis adalah kelainan atau gangguan yang terjadi
karena penurunan masa tulang total. Osteoporosis menyebabkan terjadinya pelebaran
sumsum tulang dan saluran havers. Trabekula berkurang dan menjadi tipis dan
akibatnya, tulang mudah retak.
B.
Etiologi
3
faktor utama yang mempengaruhi osteoporosis :
1. Faktor nutrisi
Asupan
kalsium dan vitamin D yang tidak mencukupi selama bertahun-tahun mengakibatkan
pengurangan masa tulang dan pertumbuhan osteoporosis. Vitamin D penting untuk
absorpsi kalsium dan untuk mineralisasi tulang normal.
2. Kurangnya latihan fisik teratur
Imobilisasi
dapat menyebabkan menurunnya masa tulang. Pembentukan tulang dipercepat dengan
adanya stres berat badan dan aktifitas otot.
3. Jenis kelamin
Insidensi
osteoporosis lebih banyak menyerang wanita. Hormon reproduksi mempengaruhi
kekuatan tulang. Pada wanita pasca menopaus, hormon reproduksi dan timbunan
kalsium tulang menurun. Hormon wanita yang sangat menurun dalam hal ini
estrogren. Pria mempunyai puncak massa tulang lebih besar dan tidak mengalami
perubahan hormonal mendadak. Dengan demikian, wanita lebih cepat mengalami
osteoporosis dari pada pria.
Faktor lain yang menyebabkan
osteoporosis :
1. Obat- obatan
Misalnya
isoniasid, heparin, tetrasiklin, antasida yang mengandung aluminium,
furosemide, antikonvulsan, kortikosteroid, dan suplemen tiroid. Obat-obatan
tersebut mempengaruhi penggunaan tubuh dan metabolisme kalsium.
2. Keadaan medis penyerta
Misalnya
sindrom malabsorpsi, intoleransi laktosa, penyalahgunaan alkohol, gagal ginjal,
gagal hepar, dan gangguan endokrin, keadaan tersebut mempengaruhi pertumbuhan
osteoporosis.
3. Faktor diet lain
Osteoporosis paling sering terjadi
pada masyarakat barat, dan diperkirakan bahwa asupan natrium klorida dan
protein yang tinggi atau faktor terkait lain dalam makanan mempermudah
osteoporosis, mungkin dengan meningkatkan pengeluaran kalsium melalui urine.
4. Adanya riwayat keluarga osteoporosis
C. Manifestasi Klinis
Osteoporosis terjadi tanpa disertai
dengan gejala khusus, oleh karena itu osteoporosis biasa disebut juga the
silent disease tetapi biasanya terdapat gejala yang
timbul antara lain :
1. tulang mudah patah(kolaps) bila
terjadi benturan.
2. perubahan susunan tulang
3. tulang terasa nyeri
4. Jika beberapa tulang belakang hancur,
maka akan terbentuk kelengkungan yang abnormal dari tulang belakang (punuk
Dowager), yang menyebabkan ketegangan otot dan sakit.
D.
Patofisiologi
|
![]() |
|||
![]() |


|
|
|||||||
![]() |
||||||||
![]() |
|
|

|
|
|||||||||
![]() |
|||||||||
![]() |
|||||||||
![]() |
|||||||||
|
|||||||||
E.
Pemeriksaan
Penunjang
1. Foto
rontgen polos : berguna untuk memperlihatkan fraktur yang berhubungan dengan
osteoporosis.
2. Absorpsiometri
foton-tunggal : dapat digunakan untuk memantau massa tulang pada tulang
kortikal pada sendi pergelangan tangan
3. Absorbsiometri
rontgen emisi ganda (dual emision x-ray absorbtiometry [DEXA]) : digunakan
untuk mengukur densitas tulang dan menghitung derajat osteopenia (kehilangan
tulang ringan-sedang) atau osteoporosis (kehilangan tulang berat). Pengukuran
berguna pada orang-orang yang beresiko (misalnya yang sedang menjalani terapi
kortikosteroid, menopouse yang terjadi lebih awal) untuk mengevaluasi kebutuhan
dan respon terhadap terapi protek tulang.
Dari berbagai metode pengukuran densitas tulang yang
digunakan saat ini, metode yang berdasarkan x-ray (khususnya dual energy x-ray absorptiometry (DXA))
adalah yang terbanyak digunakan. Teknik ini secara bertahap menggantikan teknik
ionisasi lain yang menggunakan radiasi gamma. DXA terbukti merupakan teknologi
yang paling luas diterima untuk mengetahui hubungan antar densitas tulang
dengan resiko fraktur. DXA juga merupakan teknik dengan akurasi dan presisi
baik, serta paparan radiasi yang rendah. Oleh karena itu, alat ini dijadikan
seagai gold standard pemeriksaan masa
tulang oleh WHO karena merupakan pemeriksaan yang validasinya paling luas dalam
menilai fraktur.
F.
Penatalaksanaan
Pengobatan osteoporosis difokuskan pada usaha
memperlambat atau menghentikan kehilang mineral, meningkatkan kepadatan tulang,
dan mengontrol nyeri sesuai dengan penyakitnya. Kebanyakan 40% dari perempuan
akan mengalami patah tulang akibat dari osteoporosis selama hidupnya. Dengan
demikian tujuan dari pengobatan ini adalah mencegah terjadinya fraktur (patah
tulang). Intervensi tersebut meliputi hal-hal sebagai berikut:
1. Spesialis:
orang dengan fraktur tulang belakang, pinggang atau pergelangan tangan harus
dirujuk ke spesialis ortopedi untuk manajemen selanjutnya.
2. Olahraga:
modifikasi gaya hidup harus menjadi salah satu pengobatan. Olahraga yang
teratur akan mengurangi patah tulang akibat osteoporosis. Olahraga yang
direkomendasikan termasuk diantaranya adalah jalan kaki, bersepeda, dan
jogging.
3. Memaksimalkan
massa tulang puncak pada dewasa
Wanita usia muda jangan merokok,
mengurangi minuman berakohol dan berkafein, dan meningkatkan asupan kalsium,
serta latihan menahan beban.
4. Mengurangi
kecepatan hilangnya masa tulang
Wanita peri atau pasca menopouse,
yang menggunakan prednisolon > 7,5 mg/hari dan individu lain yang beresiko
tinggi harus menjalani pemeriksaan DEXA scan. Jika osteoporosis ditemukan
secara signifikan maka harus diberikan HRT (pada wanita menopouse), bifosfonat
dan /atau kalsium / vitamin D
5. Pencegahan
fraktur
Orang-orang dengan osteoporosis
harus diperiksa secara rutin untuk menemukan faktor-faktor yang menyebabkan
orang tersebut terjatuh seperti obat-obatan
yang menyebabkan hipotensi postural dan memberikan bantalan tulang
panggul sebagai pelindung (yang melindungi tulang pangguldari fraktur).
Defisiensi vitamin D sering dijumpai pada manula dan harus dipertimbangkan
pemberian suplemen. Pada osteoporosis simtomatik, terapi ditujukan untuk
menghilangkan gejala dan mencegah fraktur lebih lanjut. Pengukuran DEXA setiap
3 sampai 4 tahun berguna untuk menilai keberhasilan terapi dan perlunya terapi
alternatif atau tambahan. Pilihan terapi yang tersedia sekarang adalah
a. Obat
yang mengurangi resorbsi tulang : kombinasi elemen kalsium atau vitamin D,
bifosfonat, dan / atau terapi estrogen memberikan keuntungan. Kalsitonin
bergunan untuk mengurangi nyeri pada fraktur osteoporotik.
b. Obat
lain yang masih dalam percobaan atau tidak diketahui, termasuk fluorid, tiazid,
androgen, hormon pertumbuhan, dan paratiroid
Intervensi Bedah
Intervensi
bedah dilakukan untuk penatalaksanaan osteoporosis dengan fraktur melalui
imobilisasi ketat dan pengembalian fungsi dan aktivitas tulang.
BAB
III
ASUHAN
KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Riwayat
keperawatan. Dalam pengkajian riwayat keperawatan, perawat perlu
menidentifikasi adanya
a. Rasa
nyeri/ sakit tulang punggung (bagian bawah), leher, dan pinggang
b. Berat
badan menurun
c. Biasanya
diatas 45 tahun
d. Jenis
kelamin sering pada wanita
e. Pola
latihan dan aktivitas
f. Keadaan
nutrisi (misalnya kurang vitamin D dan C, serta kalsium)
g. Merokok,
mengkonsumsi alkohol dan kafein
h. Adanya
penyakit endokrin : diabetes melitus, hipertiroid, hiperparatiroid, sindrom
cushing, akromegali, hipogonadisme
2. Pemeriksaan
fisik :
a. Lakukan
penekanan pada tulang punggung terdapat nyeri tekan atau nyri pergerakan
b. Periksa
mobilitas pasien
c. Amati
posisi pasien yang nampak membungkuk
3. Riwayat
psikososial. Penyakit ini sering terjadi pada wanita. Biasanya sering timbul
kecemasan, takut melakukan aktiftas, dan perubahan konsep diri. Perawat perlu
mengkaji masalah-masalah psokologis yang timbul akibat proses ketuaan dan efek
penyakit yang menyertainya.
B. Diagnosis
Keperawatan
Berdasarkan data pengkajian, diagnosis
keperawatan untuk pasien osteoporosis yang mengalami frkatur vertebra spontan
sebagai berikut :
1. Hambatan
mobilitas fisik yang berhubungan dengan proses penyakit
2. Gangguan
konsep diri : perubahan citra tubuh dan harga diri yang berhubungan dengan
proses penyakit
3. Nyeri
yang berhubungan dengan fraktur dan spasme otot
4. Risiko
cedera (fraktur) yang berhubungan dengan tulang osteoporosis
5. Kurang
pengetahuan tentang perawatan dirumah
C. Intervensi
dan Implementasi Keperawatan
Diagnosis Keperawatan
|
Tujuan Keperawatan
|
Intervensi keperawatan
|
Hambatan mobilitas fisik
Gangguan konsep diri
Nyeri yang berhubungan dengan fraktur dan spasme
otot
Risiko cedera (fraktur) yang berhubungan dengan
tulang osteoporosis
Kurang pengetahuan
|
Dapat meningkatakan mobilitas dan aktivitas fisik
Dapat menggunakan koping yang positif
Nyeri reda
Cedera tidak terjadi
Memahami osteoporosis dan program pengobatan
|
· Gunakan
matras dengan tempat tidur papan untukmembantu memperbaiki posisi tulang
· Bantu
pasien menggunakan alat bantu walker atau tongkat
· Bantu
dan ajarkan latihan ROM setiap 4 jam untuk meningkatkan fungsi persendian dan
mencegah kontraktur
· Anjurkan
pasien menggunakan brace punggung atau korset, pasien perlu dilatih
menggunakannya dan jelaskan tujuannya
· Kolaborasi
dalam pemberian analgetik, estrogen, kalsium, dan vitamin D
· Kolaborasi
dengan ahli gizi dalam program diet tinggi kalsium serta vitamin C dan D
· Kolaborasi
dengan petugas laboratorium dalam memantau kadar kalsium
· Bantu pasien mengekspresikan perasaan dan
dengarkan dengan penuh perhatian
· Klarifikasi jika terjadi kesalahpahaman
tentang proses penyakit dan pengobatan yang telah diberikan
· Bantu
pasien mengidentifikasi pengalaman masa lalu yang menimbulkan kesuksesan atau
kebanggaan saat itu
· Identifikasi
bersama pasien tentang alternatif pemecahan masalah yang positif
· Bantu
untuk meningkatkan komunikasi dengan keluarga dan teman
· Anjurkan
istirahat di tempat tidur dengan posisi telentang atau miring
· Atur
posisi lutut fleksi
· Kompres
hangat intermiten dan pijat punggung dapat memperbaiki relaksasi otot
· Anjurkan
posisi tubuh yang baik dan ajarkan mekanika tubuh
· Gunakan
korse/ brace punggung, saat pasien turun dari tempat tidur
· Kolaborasi
dalam pemberian analgesik untuk mengurangi nyeri
· Anjurkan
untuk melakukan aktifitas fisik untuk memperkuat otot, mencegah atrofi, dan
memperlambat demineralisasi tulang progesif
· Latihan
isometrik dapat digunakan untuk memperkuat otot batang tubuh
· Anjurkan
pasienuntuk berjalan, mekanika tubuh yang baik, dan postur tubuh yang baik
· Hindari
aktifitas memungkuk mendadak, melengok, dan mengangkat beban lama
· Lakukan
aktifitas di luar ruangan dan dibawah sinar matahari untuk memperbaiki
kemampuan tubuh menghasilakan vitamin D
· Jelaskan
pentingnya diet yang tepat, latihan, dan aktifitas fisik yang sesuai, serta
istirahat yang cukup
· Jelaskan
penggunaan obat dan efek samping obat yang diberikan secara detail
· Jelaskan
pentingnya lingkungan yang aman
· Anjurkan
mengurangi kafein, alkohol, dan merokok
· Jelaskan
pentingnya perawatan lajutan
|
D. Evaluasi
Keperawatan
Setelah dilakukan intervensi
keperawatan diharapkan :
1. Aktivitas
dan mobilitas fisik terpenuhi
a. Melakukan
ROM secara teratur
b. Menggunakan
alat bantu saat aktifitas
c. Menggunakan
brace/ korset saat aktifitas
2. Koping
pasien positif
a. Mengekspresikan
perasaan
b. Memilih
alternatif pemecahan masalah
c. Meningkatkan
komunikasi
3. Nyeri
berkurang/ hilang
a. Mengalami
peredaan nyeri saat istirahat
b. Mengalami
ketidaknyamanan minimal saat aktifitas sehari-hari
c. Menunjukan
berkurangnya nyeri tekan pada tempat fraktur
4. Tidak
terjadi cedera
a. Empertahankan
postur tubuh yang baik
b. Menggunakan
mekanika tubuh yang baik
c. Latihan
isometrik
d. Berpartisipasi
dalam aktifitas di luar rumah
e. Menghindari
aktivitas yang menimbulkan cedera
5. Mendapatkan
pengetahuan mengenai osteoporosis dan program pengobatan
a. Menyebutkan
hubungan asupan kalsium danlatihan fisik terhadap massa tulang
b. Mengonsumsi
kalsium dengan jumlah yang mencukupi
c. Meningkatkan
latihan fisik
d. Mengetahui
waktu perawatan lanjutan
BAB III
PENUTUP
Penyusun mengucapkan syukur alhamdullilah kepada Allah
SWT, karena pada akhirnya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik
meskipun masih banyak kesalahan dan masih kurang sempurna.
Penyusun berharap dengan selesainya makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua serta para pembaca. Penyusun mengucapkan terimakasih
kepada para pembaca atas kesediaan membaca makalah ini.
DAFTAR
PUSTAKA
Davey, Patrick. 2002. At A Glance Medicine. Jakarta : Erlangga
http://siswa.univpancasila.ac.id/nyutut/2010/11/10/tanda-tanda-osteoporosis/
(diakses 18 oktober 2012)
J. McPhee, Stephen, dan William F. Ganong. 2010. Patofisiologi Penyakit : Pengantar Menuju
Kedokteran klinis. Jakarta : EGC
Noor Helmi, Zairin. 2012. Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta : Salemba Medika
Smeltzer, Suzanne C, dan Brenda G. Bare. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner
& Suddarth. Jakarta : EGC
Suratun. 2008. Klien Gangguan Muskuloskeletal : Seri
Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar