BAB II
PEMBAHASAN
A.
DEFINISI
Perdarahan pada
kehamilan harus selalu dianggap sebagian suatu kelainan yang berbahaya. Yang
dimaksud dengan perdarahan antepartum adalah perdarahan pada triwulan terakhir
dari kehamilan. Batas teoritis antara kehamilan muda dan kehamilan tua adalah
kehamilan 22 minggu, mengingatkan kemungkinan hidup janin diluar uterus.
perdarahan setelah kehamilan 22 minggu biasanya lebih banyak dan lebih
berbahaya dari pada sebelum kehamilan 22 minggu, oleh karena itu memerlukan
penanganan yang berbeda.
Pada setiap perdarahan
antepartum pertama-pertama harus selalu dipikirkan bahwa hal itu bersumber pada kelainan
plasenta, karena perdarahan antepartum yang berbahaya umumnya bersumber pada
kelainan plasenta, sedangkan kelainan serviks tidak seberapa berbahaya.
Komplikasi yang terjadi
pada kehamilan trimester III dalam hal ini perdarahan antepartum, masih
merupakan penyebab kematian ibu yang utama.
Klasifikasi
1.
Plasenta Previa
Yaitu
Implantasi plasenta dibagian bawah sehingga dapat menutupi osteum uteri
internum, serta menimbulkan perdarahan saat pembentukan SBR
2.
Abruptio Placenta/Solusio Plasenta
Yaitu
perdarahan yang terjadi karena lepasnya plasenta sebelum waktunya pada
implantasi normal.
3.
Vasa Previa
Yaitu
perdarahan yang terjadi segera setelah ketuban pecah karena pecahnya pembuluh
darah yang berasal dari insersio filamentosa dan melintasi pembukaan.
4.
Ruptura Sinus Marginalis
Yaitu
perdarahan yang terjadi dari sinus marginalis saat inpartu atau pembentukan
SBR.
(manuaba,
Ida Bagus Gde. 2003. Penuntun kepaniteraan klinik obstetri dan ginekologi.
Jakarta: EGC)
A. Etiologi
Pada hamil muda sebab-sebab
pendarahan :
1.
Abortus
2.
Kehamilan ektopik
3.
Mola hidatidosa
Pada tri wulan terakhir
sebab-sebab utama adalah :
1.
Plasenta praevia
2.
Solutio plasentae
Selain sebab-sebab di atas juga
dapat ditimbulkan oleh luka-luka pada jalan lahir karena terjatuh, coitus atau
varices yang pecah dan oleh kehamilan servix seperti carcinoma erosio dan
polyp.
B. Patofisiologi
Seluruh plasenta
biasanya terletak pada segmen atau uterus, kadang-kadang bagian atau seluruh
organ dapat melekat pada segmen bawah uterus, dimana hal ini dapat diketahui
sebagai plasenta previa. Karena segmen bawah agak merentan selama kehamilan
lanjut dan persalinan dalam usaha mencapai dilatasi serviks dan melahirkan
anak, pemisahan plasenta dari dinding usus sampai tingkat tertentu tidak dapat
dihindari sehingga terjadi pendarahan.
Patofisiologi
Perdarahan antepartum akibat plasenta previa terjadi
sejak kehamilan 20 minggu saat segmen bawah uterus telah terbentuk dan mulai
melebar serta menipis. Umumnya terjadi pada trimester ketiga karena segmen
bawah uterus lebih banyak mengalami perubahan. Pelebaran segmen bawah uterus
dan pembukaan serviks menyebabkan sinus uterus robek karena lepasnya plasenta
dari dinding uterus atau karena robekan sinus marginalis dari plasenta.
Perdarahan tidak dapat dihindarkan karena ketidakmampuan serabut otot segmen
bawah uterus untuk berkontraksi seperti pada plasenta letak normal.
(
Manuaba, I.B.G dkk. 2003. Pengantar kuliah Obstetri. Jakarta. EGC)
C. Tanda dan Gejala
a.
Perdarahan terjadi tanpa rasa sakit
pada trimester III
b.
Sering terjadi pada malam hari saat
pembentukan SBR
c.
Perdarahan dapat terjadi sedikit
atau banyak sehingga menimbulkan gejala
d.
Perdarahan berwarna merah
e.
Letak janin abnormal.
Manifestasiklinis
- Anamnesis : perdarahan jalan lahir berwarna merah segar tanpa rasa nyeri, tanpa sebab terutama pada multigravida pada kehamilan setelah 20 minggu.
- Pemeriksaan fisik :
- Pemeriksaan luar , bagian terbawah janin biasanya belum masuk pintu atas panggul, ada kelainan letak janin
- Pemeriksaan inspekulo, perdarahan berasal dari ostium uteri eksternum. Penentuan letak plasenta secara langsung baru dikerjakan bila fasilitas lain tidak ada dan dilakukan dalam keadaan siap operasi, dengan cara :
- Perabaan forniks. Hanya bermakna bila janin presentasi kepala. Sambil mendorong sedikit kepala janin kea rah pintu atas panggul, perlahan-lahan raba seluruh forniks dengan jari. Perabaan lunak bila antara jari dan kepala terdapat plasenta. Bekuan darah dapat dikelirukan dengan plasenta.
- Pemeriksaan melalui kanalis servikalis, setelah perabaan forniks dicurigai adanya plasenta previa. Bila kanalis servikalis telah terbuka, perlahan-lahan masukkan jari telunjuk ke dalam kanalis servikalis untuk meraba kotiledon plasenta. Jangan sekali-kali berusaha menyusuri pinggir plasenta seterusnya karena mungkin plasenta akan terlepas dari insersinya.
D. Faktor Risiko
faktor resiko antara lain
- Peningkatan usia dan paritas
- Preeklampsia
- Hipertensi kronis
- KPD preterm
- Kehamilan kembar
- Hidramnion
- Merokok
- Pencandu alkohol
- Trombofilia
- Pengguna cocain
- Riwayat solusio plasenta
- Mioma uteri
Faktor pencetus :
- Versi luar atau versi dalam
- Kecelakaan
- Trauma abdomen
- Amniotomi ( dekompresi mendadak )
- Lilitan talipusat - Tali pusat pendek
Komplikasi
Prolaps tali pusat
Prolaps plasenta
Prolaps melekat sehingga harus
dikeluarkan manual dan kalau perlu bersihkan dengan kerokan
Robekan-robekan jalan lahir
Perdarahan post partum
Infeksi karena perdarahan yang banyak
Bayi prematuris atau kelahiran mati.
E. Pemeriksaan Penunjang
·
Laboratorium
Bila
wanita yang bersangkutan masuk karena akan melahirkan, harus dilakukan
pemeriksaan hematokrit atau konsentrasi hemoglobin. Harus dilakukan pengambilan
darah yang dimasukkan ke dalam tabung berlabel untuk pemeriksaan golongan
darah, Rh, dan Coombs indirek. Darah ini dapat di simpan atau di kirim ke
laboratorium bank darah, bergantung pada faktor risiko. Serologi sifilis juga
harus di periksa saat masuk. Di sebagian rumah sakit, di lakukan pemeriksaan spesimen
urine untuk protein dan glukosa. Wanita yang belum pernah menjalani pemeriksaan
pranatal harus dianggap berisiko terjangkit sifilis, hepatitis B, dan virus imunodefisiensi
manusia. Pada pasien yang belum tercatat, harus dilakukan pemeriksaan
laboratorium untuk penyakit-penyakit ini serta golongan darah, Rh, dan skrining
antibodi untuk antibodi.
·
Pemeriksaan vagina
Umumnya
dilakukan pemeriksaan vagina (pemeriksaan dalam) di bawah kondisi aseptik,
kecuali pernah terjadi perdarahan yang melebihi bloody show. Jumlah pemeriksaan
vagina selama persalinan berkorelasi dengan morbiditas infeksi, terutama pada
kasus ketuban pecah dini ; oleh karena itu, pemeriksaan ini harus dilakukan
hanya jika informasi yang diperoleh bermanfaat.
(
Leveno, Kenneth J dkk. 2009. Obstetri Williams:panduan ringkas. Jakarta: EGC)
F. Penatalaksanaan
PENANGANAN
UMUM
·
Siapkan fasilitas tindakan gawat darurat
karena perdarahan antepartum merupakan komplikasi yang dapat membahayakan keselamatan
ibu.
·
Setiap tingkat fasilitas pelayanan harus
dapat mengenali, melakukan stabilisasi, merujuk dan menatalaksana komplikasi
pada ibu dan anak sesuai dengan jenjang kemampuan yang ada.
·
Setiap kasus perdarahan antepartum
memerlukan rawat-inap dan penatalaksanaan segera.
·
Lakukan restorasi cairan dan darah
sesuai dengan keperluan untuk memenuhi defisit dan tingkat gawat darurat yang
terjadi.
·
Tegakkan diagnosis kerja secara cepat
dan akurat karena hal ini sangat mempengaruhi hasil penatalaksanaan perdarahan
antepartum.
·
Tindakan konservatif dilakukan selama
kondisi masih memungkinkan dan mengacu pada upaya untuk memperbesar kemungkinan
hidup bayi yang dikandung.
·
Pada kondisi yang sangat gawat,
keselamatan ibu merupakan pertimbangan utama.
(*ikut
buku atas perpustakaan nasional)
a.
Tiap perdarahan tri wulan ketiga yang lebih dari show perdarahan inisial harus
dikirim ke rumah sakit tanpa melakukan suatu manipulasi apapun baik rektal
apalagi vaginal
b.
Apabila ada penilaian yang baik, perdarahan sedikit janin masih hidup, belum
inpartum.
c.
Sambil mengawasi periksa golonga darah dan siapkan donor transfusi darah
kehamilan diperhatikan setua mungkin supaya janin terhindar dari prematur.
d.
Harus diingat bahwa djumpai ibu hamil yang disangka dengan plasenta previa,
kirim segera ke rumah sakut dimana fasilitas operas dan tranfusi darah ada.
e.
Bila ada anemi berikan transfusi darah dan obat-obatan.
PENATALAKSANAAN
SYOK
Syok merupakan kegagalan sistem
sirkulasi untuk mempertahankan perfusi yang adekuat ke organ-organ vital. Syok
merupakan kondisi yang mengancam jiwa dan membutuhkan tindakan segera dan
intensif.
Penyebab syok pada kasus obstetri
biasanya adalah perdarahan (syok hipovolemik), sepsis (syok septik), gagal
jantung (syok kardiogenik), rasa nyeri (syok neurogenik), dan alergi (syok
anafilaktik).
Curigai atau antisipasi syok jika
terdapat satu atau lebih kondisi berikut ini.
1.
Perdarahan pada awal kehamilan (seperti:
abortus, kehamilan ektopik, mola)
2.
Perdarahan pada akhir kehamilan atau persalinann
( seperti: plasenta previa, solusio plasenta, ruptur uteri)
3.
Infeksi (seperti: pada abortus yang
tidak aman atau abortus septik)
4.
Trauma (seperti: perlukaan pada uterus
atau usus selama proses abortus, ruptur uteri)
Berikut tanda dan gejala dari syok :
1.
Nadi cepat dan lemah (110 kali per menit
atau lebih)
2.
Tekanan darah yang rendah (sistolik
kurang dari 90 mmHg)
3.
Tanda dan gejala lain dari syok meliputi
hal-hal berikut ini :
a. Pucat
(khususnya pada kelopak mata bagian dalam, telapak tangan, atau sekitar mulut)
b. Keringat
atau kulit yang terasa dingin dan lembab
c. Pernapasan
yang cepat (30 kali per menit atau lebih)
d. Gelisah,
bingung, atau kehilangan kesadaran
e. Urine
yang sedikit (kurang dari 30 ml per jam)
PRINSIP
DASAR PENANGANAN SYOK
Tujuan utama pengobatan syok ialah
melakukan penanganan awal dan khusus untuk hal-hal berikut ini :
1.
Menstabilkan kondisi pasien
2.
Memperbaiki volume cairan sirkulasi
darah
3.
Mengefisienkan sistem sirkulasi darah
Setelah pasien stabil, kemudian tentukan
penyebab syok.
Penanganan awal yang di lakukan pada
syok adalah sebagai berikut :
1.
Mintalah bantuan.
2.
Lakukan pemerikasaan keadaan umum ibu
secara cepat
3.
Pantau tanda vital
4.
Jika ibu muntah, baringkan posisi ibu
dalam posisi miring untuk meminimalkan risiko terjadinya aspirasi dan untuk
memastikan jalan napasnya terbuka.
5.
Jagalah ibu tersebut dalam keadaan
hangat
6.
Naikkan kaki untuk menambah jumlah darah
yang kembali ke jantung
Beberapa penanganan khusus yang
dilakkukan pada syok adalah sebagai berikut :
1.
Mulailah infus intravena ( 2 jalur jika
memungkinkan) dan berikan cairan infus (garam fisiologis atau RL) awal dengan
kecepatan 1 L dalam 15-20 menit (40-50 tetes per menit)
2.
Berikan paling sedikit 2 L cairan ini
pada jam pertama. Jumlah ini melebihi cairan yang dibutuhkan unuk mengganti kehilangan
cairan. Pemberian infus dipertahankan dalam kecepatan 1L per 6-8 jam
3.
Setelah kehilangan cairan, sebaiknya
dikoreksi, pemberian cairan infus dipertahankan dalam kecepatan 1L per 6-8 jam
(16-20 tetes per menit)
4.
Pantau terus tanda-tanda vital (setiap
15 menit) dan darah yang hilang. Napas pendek dan pipi bengkak merupakan
kemungkinan tanda kelebihan cairan.
5.
Lakukan kateterisasi kandung kemih dan
jumlah urine yang keluar
PENENTUAN
DAN PENANGANAN PENYEBAB SYOK
Tentukan penyebab syok setelah ibu
tersebut stabil keadaannya
SYOK
PERDARAHAN
Jika perdarahan hebat dicurigai sebagai
penyebab syok, maka hal-hal yang harus dilakukan adalah sebagai berikut :
1.
Ambil langkah-langkah secara berurutan
untuk menghentikan perdarahan seperti : oksitosin, masase uterus, kompresi
bimanual, kompresi aorta, persiapan untuk tindakan pembedahan)
2.
Transfusi sesegera mungkin untuk
mengganti kehilangan darah
3.
Tentukan penyebab perdarahan dan tata
laksana
A. Jika
perdarahan terjadi pada 22 minggu pertama kehamilan, curigai abortus, kehamilan
ektopik, atau mola
B. Jika
perdarahan terjadi setelah 22 minggu atau pada saat persalinan, tetapi sebelum
melahirkan, curigai plasenta previa, solusio plasenta, atau robekan didnding
uterus (ruptura uteri)
C. Ika
perdarahan terjadi setelah melahirkan, curigai robekan dinding uterus, atonia
uteri, robekan jalan lahir, atau plasenta tertinggal
4.
Nilai ulang keadaan ibu 20-30 menit
setelah pemberian cairan. Lakukan penilaian selama 20 menit. Penilaian keadaan
umum ibu tersebut untuk melihat adanya tanda-tanda perbaikan
5.
Tanda-tanda bahwa kondisi pasien sudah
stabil adalah sebagai berikut :
a. Tekanan
darah mulai naik, sistole mencapai 100 mmHg
b. Denyut
jantung janin stabil
c. Kondisi
mental pasien membaik, ekspresi ketakutan berkurang
d. Produksi
urine bertambah. Diharapkan produksi urine paling sedikit 100 ml/4 jam atau 30
ml/jam
(sumber
: asuhan kebidanan patologis, adlun dan dr. achmad feryanto, sp.OG, penerbit
salemba medika, jakarta, 2011)
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan tersebut dapat ditarik kesimpulan
bahwa perdarahan antepartum adalah perdarahan yang terjadi setelah kehamilan 28
minggu (perdarhan pada triwulan terakhir dari kehamilan).
3.2 Saran
Dunia tidakada masalah yang tidak bisa diselesaikan,
jadi kita sebagai manusia tidak boleh menyerah dalam menyelesaikan masalahnya,
karena dengan adanya masalah dan kita dapat menyelesaikannya. Itu merupakan
awal dari keberhasilan dan kesuksesan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar